Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan Status Gizi Siswa – Siswi SD Juara Medan Tahun 2013

(1)

Oleh :

MOEHAMMAD AL GHAZALI

100100101

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

MOEHAMMAD AL GHAZALI

100100101

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

i

Penelitian dengan Judul :

Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan Status Gizi Siswa – Siswi SD Juara Medan Tahun 2013

Yang dipersiapkan oleh :

MOEHAMMAD AL GHAZALI 100100101

Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk dilanjutkan ke Seminar Hasil Penelitian.

Medan, Desember 2013 Disetujui,

Dosen Pembimbing


(4)

ii

JUDUL : FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS

GIZI SISWA – SISWI SD JUARA MEDAN TAHUN 2013

NAMA : MOEHAMMAD AL GHAZALI

NIM : 100100101

Pembimbing Penguji I

(Sri Lestari, SP, M.Kes) (dr. Kristo A Nababan Sp.KK)

Penguji II

(dr. Erjan Fikri, SpB, SpBA)

Medan,

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

( Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD – KGEH ) NIP: 19540220 198011 1 001


(5)

ABSTRAK

Anak usia sekolah merupakan investasi bangsa, karena anak sekolah adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak saat ini. Menurut penelitian LIPI (2004) Lebih dari sepertiga (36,1%) anak usia sekolah di Indonesia menderita gizi kurang dan hasil SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga, 2004) menunjukkan bahwa terdapat 18% anak usia sekolah dan remaja 5-17 tahun berstatus gizi kurang. Oleh karena masih tingginya angka status gizi buruk pada anak, penulis tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi anak.

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang bersifat analitik dengan desain cross sectional study dengan sampel yang berjumlah 153 orang yang terdiri dari siswa-siswi SD Juara Medan dan orang tua siswa-siswai kelas 1-6 SD. Dimulai dari Mei 2013 sampai Oktober 2013

Dalam penelitian ini didapatkan 13,7 % siswa SD Juara Medan yang menderita gizi buruk, 81,7 % siswa dengan gizi baik. Didapatkan hubungan antara pendapatan orangtua dengan status gizi anak. Tidak terdapat hubungan antara pola makan, pekerjaan orangtua, lingkungan tempat tinggal dan tingkat pendidikan orangtua dengan status gizi.


(6)

ABSTRACT

Human resource is a dominant factor in Nation development, while its quality depends on the condition of the children as a whole and particularly the children under school age. According to the LIPI (36%) of children under school age had malnutrition, while according to the survey on the health of household on national level (Survey Kesehatan

Rumah Tangga 2004) had described that 18% of children on specific school age which is

5-7 year had malnutrition. Due to those high rate of malnutrition among the school age children, it is reasonable to carried out the research to find the prevalence factors related with malnutrition among the children under school age.

Research is conducted by using analytic analysis with cross sectional study design, the research is carried out in SD Juara Medan, with 153 respondents, which consist of student between 1-6 grade and their parents. Start from Mei 2013 until October 2013. The research shows that 13,7% of student are malnutrition, while the majority of 81,7% have good nutrition. The research indicated that parents income has related with nutrition status of the children, while meal pattern and habit, parent occupation, living environment and the level of parent education has not related with the nutrition status of the children


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan hasil penelitian ini. Sebagai salah satu area kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum, laporan hasil penelitian ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Sarjana Kedokteran, Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah turut serta membantu penulis dalam menyelesaikan laporan hasil penelitian ini, diantaranya:

1. Kepada kedua orangtua penulis, Ayahanda Prof. Dr. Ir. H. Moehammad Nawawi Loebis M.phil, Ph-D dan Ibunda Pristiwani Mei Hilda, kakak penulis, Haghia Sophia, SH, LLM, serta abang penulis, Moehammad Heikal Loebis, SE, yang senantiasa mendukung dan memberikan bantuan dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.

2. Kepada Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Kepada Prof. dr. Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A (K), selaku Pembantu Dekan I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Kepada dr. Zaimah Z. Tala, Msi Sp.GK, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5. Kepada dr. M. Rusda M.Ked (OG), Sp.OG (K), selaku Pembantu Dekan III Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

6. Kepada dosen pembimbing dalam penulisan penelitian ini, Sri Lestari, SP, M.Kes yang dengan sepenuh hati telah meluangkan segenap waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis, mulai dari awal penyusunan penelitian, pelaksanaan di lapangan, hingga selesainya laporan hasil penelitian ini. Juga kepada dr. Erjan Fikri, Sp.BA dan dr. Kristo A


(8)

Nababan Sp.KK selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun untuk penelitian ini.

7. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Edi Ardiansyah, Sp.OG yang telah menjadi dosen penasehat akademik penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

8. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. M. Azhari dan dr. Anggia Mulia yang senantiasa mendukung dan memberikan bantuan dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.

9. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh sahabat-sahabat yang luar biasa, khususnya Rizky Keumala, Akbar Sinaga, Harmen Reza, Yessi Serena, Fachreza Maulana, Egi Erico, M. Haristyah Warli, Lutfi Farhan, M. Akim Nst, Rahmat Tahir, Ilham Surgawi, Fariz Saleh, Aulia Erizal, Nanda Pasha, Mufti Muhammad, Tri Widi Wibowo, Muttamamin Ula, Aga Diandra, Akbar Batubara, Irsazulharto, Octisa Almira, Annisa Putri, Elvita Nora Susana, Adja Nazlia, Cut Trianisa, Suci Putri Ayu, Dwi Atika, Lasa Siahaan, Arief Pratama, H5B2, Aulia Barizon, Luthfi Walikran, abang-abang dan kakak-kakak senior di FK USU, sahabat-sahabat saya di kantin lama FK USU yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan adik-adik saya di FK USU atas dukungan dan motivasi yang sangat membantu penulis.

10.Kepada kepala sekolah dan guru – guru SD Juara Medan yang telah membantu dalam pengumpulan data dalam penelitian ini.

Cakupan belajar sepanjang hayat dan mengembangkan pengetahuan baru, dalam area kompetensi KIPDI-3, telah memotivasi penulis untuk melaksanakan penelitian yang berjudul ”Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan Kurang Gizi Pada Siswa Siswi SD Juara Medan Tahun 2013” ini. semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan khusunya di bidang ilmu kedokteran.

Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan khusunya di bidang ilmu kedokteran.


(9)

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan hasil penelitian ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan laporan hasil penelitian ini di kemudian hari.

Medan, Desember 2013


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Abstrak ... iii

Abstract ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi... viii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. ... Lata r Belakang ... 1

1.2. ... Rum usan Masalah ... 2

1.3. ... Tuju an Penelitian ... 2

1.3.1. Tujuan Umum ... 2

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4. ... Man faat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. ... Stat us Gizi ... 4

2.1.1. Definisi Status Gizi ... 4

2.1.2. Pengukuran Status Gizi ... 5

2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi ... 11

2.2. Anak Sekolah Dasar ... 12

2.3. ... Mas alah Kurang Gizi pada Anak Sekolah... 13

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 16

3.1. Kerangka Konsep ... 16

3.2. Definisi Operasional ... 16

3.3. Cara Ukur ... 18

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 19


(11)

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian... 19

4.3. Populasi dan Sampel ... 19

4.3.1. Populasi Penelitian ... 19

4.3.2. Besar Sampel ... 19

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 19

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 19

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 21

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 21

5.2 Saran ... 21

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 29

6.1. Kesimpulan ... 29

6.2 Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1.1. Standart Penilaian Status Gizi 19

Tabel 5.1. Sebaran Responden Menurut Karakteristik Sosiodemografi 23

Tabel 5.2. Gambaran Status Gizi Anak SD 24

Tabel 5.3. Gambaran Pola Makan Anak SD 24

Tabel 5.4. Sebaran Responden Menurut Lingkungan 26


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Kurva CDC Anak Perempuan 10

Gambar 2.2. Kurva CDC Anak Laki-laki 11


(14)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Riwayat Hidup Peneliti

Lampiran 2 Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran 3 Surat persetujuan Ikut Dalam Penelitian Lampiran 4 Kuisioner Penelitian

Lampiran 5 Ethical clearence


(15)

ABSTRAK

Anak usia sekolah merupakan investasi bangsa, karena anak sekolah adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak saat ini. Menurut penelitian LIPI (2004) Lebih dari sepertiga (36,1%) anak usia sekolah di Indonesia menderita gizi kurang dan hasil SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga, 2004) menunjukkan bahwa terdapat 18% anak usia sekolah dan remaja 5-17 tahun berstatus gizi kurang. Oleh karena masih tingginya angka status gizi buruk pada anak, penulis tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi anak.

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang bersifat analitik dengan desain cross sectional study dengan sampel yang berjumlah 153 orang yang terdiri dari siswa-siswi SD Juara Medan dan orang tua siswa-siswai kelas 1-6 SD. Dimulai dari Mei 2013 sampai Oktober 2013

Dalam penelitian ini didapatkan 13,7 % siswa SD Juara Medan yang menderita gizi buruk, 81,7 % siswa dengan gizi baik. Didapatkan hubungan antara pendapatan orangtua dengan status gizi anak. Tidak terdapat hubungan antara pola makan, pekerjaan orangtua, lingkungan tempat tinggal dan tingkat pendidikan orangtua dengan status gizi.


(16)

ABSTRACT

Human resource is a dominant factor in Nation development, while its quality depends on the condition of the children as a whole and particularly the children under school age. According to the LIPI (36%) of children under school age had malnutrition, while according to the survey on the health of household on national level (Survey Kesehatan

Rumah Tangga 2004) had described that 18% of children on specific school age which is

5-7 year had malnutrition. Due to those high rate of malnutrition among the school age children, it is reasonable to carried out the research to find the prevalence factors related with malnutrition among the children under school age.

Research is conducted by using analytic analysis with cross sectional study design, the research is carried out in SD Juara Medan, with 153 respondents, which consist of student between 1-6 grade and their parents. Start from Mei 2013 until October 2013. The research shows that 13,7% of student are malnutrition, while the majority of 81,7% have good nutrition. The research indicated that parents income has related with nutrition status of the children, while meal pattern and habit, parent occupation, living environment and the level of parent education has not related with the nutrition status of the children


(17)

Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh keberhasilan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki sifat yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Bukti empiris menunjukkan bahwa hal ini ditentukan oleh status gizi yang baik. Oleh karena itu masalah gizi kurang dan buruk dipengaruhi langsung oleh faktor konsumsi pangan dan penyakit infeksi serta tidak langsung oleh pola asuh, ketersediaan pangan, faktor sosial ekonomi budaya dan politik, dapat menjadi faktor penghambat dalam pembangunan nasional (Dinkes Propinsi Sumatera Utara, 2006).

Anak usia sekolah merupakan investasi bangsa, karena anak sekolah adalah generasi penerus. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak saat ini. Upaya peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) harus dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan. Tumbuh kembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian asupan zat gizi dengan kualitas dan kuantitas yang baik. Namun, pemberian makanan pada anak tidak selalu dilaksanakan dengan baik, yang dapat mengakibatkan gangguan pada organ-organ dan system tubuh anak (Judarwanto 2006).

Populasi di dunia 2008 yang diperkirakan beresiko terhadap kurang gizi mencapai 44-967 juta orang yang tinggal di wilayah perkotaan dan pedesaan (WHO, 2008). Berdasarkan data FAO (2006), sekitar 854 juta orang di dunia menderita kelaparan kronis dan 820 juta diantaranya berada di negara berkembang. Dari jumlah terebut, 350-450 juta atau lebih dari 50% diantaranya adalah anak-anak, dan 13 juta di antaranya berada di Indonesia (Unilever, PT 2007). Menurut penelitian LIPI (2004) Lebih dari sepertiga (36,1%) anak usia


(18)

Universitas Sumatera Utara

sekolah di Indonesia menderita gizi kurang dan hasil SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga, 2004), menunjukkan bahwa terdapat 18% anak usia sekolah dan remaja 5-17 tahun berstatus gizi kurang. Prevalansi gizi kurang paling tinggi pada anak usia sekolah dasar (21%)..

Di Indonesia menunjukkan bahwa 37,8% anak SD/MI menderita Kurang Energi Protein (KEP). Gizi kurang pada anak usia sekolah dan remaja umur 5-17 tahun sebesar 17,6% dan prevalensi gizi kurang paling tinggi terjadi pada anak usia sekolah dasar (21%) dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga Tahun 2004 (SKRT, 2004).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010 ditemukan angka kekurangan gizi di Sumatera Utara adalah 12.4% untuk anak laki-laki dan 9.7% pada anak perempuan, angka kekurusan pada anak baru sekolah di Kota Medan adalah 11.1% pada anak laki-laki dan 7.4% pada anak perempuan. Angka ini lebih tinggi dari angka kekurusan Provinsi Sumatera Utara yaitu 12,4% pada anak laki-laki dan 9,7% pada anak perempuan. Kecamatan Sunggal, sebagai salah satu kecamatan yang berada di wilayah administrasi Kota Medan juga memiliki prevalensi kekurusan yang tinggi. Sebanyak 3,7% anak sekolah mengalami masalah kesehatan khususnya masalah gizi. (Laporan Tahunan Puskesmas Sunggal, 2007).

Kekurangan gizi merupakan penyakit tidak menular dapat terjadi pada sekelompok masyarakat disuatu tempat. Hal ini berkaitan erat dengan berbagai faktor dan harus selalu dikontrol terutama pada masyarakat yang tinggal di negara-negara berkembang (Depkes, 2000).

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah untuk mencari faktor-faktor penyebab kurang gizi pada siswa/siswi SD Juara Medan.


(19)

Universitas Sumatera Utara

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi pada siswa-siswi SD Juara Medan

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui prevalensi kekurangan gizi pada pada siswa-siswi SD Juara Medan.

2. Mengetahui tingkat sosio ekonomi orang tua pada siswa-siswi SD Juara Medan.

3. Mengatahui pola makan pada siswa-siswi SD Juara Medan.

4. Mengetahui higienitas dan sanitasi lingkungan tampat tinggal siswa-siswi Juara Medan.

5. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi anak SD

1.4 Manfaat Penelitian

1.Penelitian ini di harapkan menjadi sebuah informasi penting pada masyarakat tentang faktor-faktor yang berhubungan degan kurang gizi pada anak SD

2.Penelitian ini dapat menjadi informasi penting bagi responden

3.Bagi institusi, diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan bagi sekolah di wilayah penelitian sebagai bahan evaluasi dalam promosi kesehatan tentang penanganan status gizi


(20)

Universitas Sumatera Utara

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi

2.1.1 Definisi Status Gizi

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan indikator baik buruknya penyediaan makanan sehari-hari. Status gizi yang baik diperlukan untuk mempertahankan derajat kebugaran dan kesehatan, membantu pertumbuhan bagi anak, serta menunjang prestasi olahraga (Irianto, 2006:65). Sedangkan Menurut Sunita Almatsier (2009: 3) Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi, yang dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih.

a. Gizi lebih

Gizi lebih terjadi jika terdapat ketidakseimbangan antara konsumsi energi dan pengeluaran energi. Asupan energi yang berlebihan secara kronis akan menimbulkan kenaikan berat badan, berat badan lebih (overweight) dan obesitas. Makanan dengan kepadatan energi yang tinggi (banyak mengandung lemak atau gula yang ditambahkan dan kurang mengandung serat) turut menyebabkan sebagian besar keseimbangan energi yang positif ini. Selanjutnya penurunan pengeluaran energi akan meningkatkan keseimbangan energi yang positif (Gibney, 2008:3).

b. Gizi baik

Gizi baik adalah gizi yang seimbang. Gizi seimbang adalah makanan yang dikonsumsi oleh individu sehari-hari yang beraneka ragam dan memenuhi 5 kelompok zat gizi dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan tidak kekurangan (Dirjen BKM, 2002).


(21)

Universitas Sumatera Utara

c. Gizi kurang

Menurut Moehji (2003:15) Gizi kurang adalah kekurangan bahan-bahan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh.

d. Gizi buruk

Gizi buruk merupakan istilah teknis yang biasanya digunakan oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah kondisi seseorang yang nutrisinya di bawah rata-rata. Hal ini merupakan suatu bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun (Novitasari, 2012).

2.1.2 Pengukuran Status Gizi

Supariasa, dkk (2002:19), mendefinisikan antropometri adalah ukuran tubuh. Maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat dan tingkat gizi.

Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang memberikan gambaran tentang massa tubuh (otot dan lemak), karena massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan yang mendadak misalnya karena penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunya makanan yang dikonsumsi maka berat badan merupakan ukuran antropometri yang sangat labil.

Penggunaan indeks BB/U sebagai indikator status gizi memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu mendapat perhatian. Kelebihan indeks BB/U yaitu :

1. Dapat lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum.

2. Sensitif untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek. 3. Dapat mendeteksi kegemukan (Over weight).


(22)

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan kelemahan dari indek BB/U adalah :

1. Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat oedema.

2. Memerlukan data umur yang akurat.

3. Sering terjadi kesalahan pengukuran misalnya pengaruh pakaian, atau gerakan anak pada saat penimbangan.

4. Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya setempat. Dalam hal ini masih ada orang tua yang tidak mau menimbangkan anaknya karena seperti barang dagangan (Supariasa, 2002:56).

Indeks TB/U lebih menggambarkan status gizi masa lampau, dan dapat juga digunakan sebagai indikator perkembangan sosial ekonomi masyarakat. Keadaan tinggi badan anak pada usia sekolah (tujuh tahun), menggambarkan status gizi masa balitanya. Masalah penggunaan indek TB/U pada masa balita, baik yang berkaitan dengan kesahlian pengukuran tinggi badan maupun ketelitian data umur. Masalah-masalah seperti ini akan lebih berkurang bila pengukuran dilakukan pada anak yang lebih tua karena pengukuran lebih mudah dilakukan dan penggunaan selang umur yang lebih panjang (setelah tahunan atau tahunan) memperkecil kemungkinan kesalahan data umur.

Kelemahan penggunaan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) yaitu : 1. Tidak dapat member gambaran keadaan pertumbuhan secara jelas.

2. Dari segi operasional, sering dialami kesulitan dalam pengukuran terutama bila anak mengalami keadaan takut dan tegang (Jahari, 1998).

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menetapkan pelaksanaan perbaikan gizi adalah dengan menentukan atau melihat. Ukuran fisik seseorang sangat erat hubungannya dengan status gizi. Atas dasar itu, ukuran-ukuran yang baik dan dapat diandalkan bagi penentuan status gizi dengan melakukan pengukuran antropometri. Hal ini karena lebih mudah dilakukan dibandingkan


(23)

Universitas Sumatera Utara

cara penilaian status gizi lain, terutama untuk daerah pedesaan (Supariasa, dkk., 2001).

Pengukuran status gizi pada anak sekolah dapat dilakukan dengan cara antropometri. Saat ini pengukuran antropometri (ukuran-ukuran tubuh) digunakan secara luas dalam penilaian status gizi, terutama jika terjadi ketidakseimbangan kronik antara intake energi dan protein. Pengukuran antropometri terdiri atas dua dimensi, yaitu pengukuran pertumbuhan dan komposisi tubuh. Komposisi tubuh mencakup komponen lemak tubuh (fat mass) dan bukan lemak tubuh (non-fat mass) (Riyadi, 2004:35).

Pengukuran status gizi anak sekolah dapat dilakukan dengan indeks antropometri dan menggunakan Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U) anak sekolah.

Rumus IMT :

Dalam penelitian status gizi, khususnya untuk keperluan klasifikasi diperlukan ukuran baku (reference). Pada tahun 2009, Standar Antropometri WHO 2007 diperkenalkan oleh WHO sebagai standar antopometri untuk anak dan remaja di dunia.

Klasifikasi status gizi anak dan remaja menurut WHO 2007 adalah sebagai berikut :

Indeks BB/U :

a. Normal : ≥ -2 SD s/d ≤ 2 SD b. Kurang : ≥ -3 SD s/d < -2 SD


(24)

Universitas Sumatera Utara

c. Sangat Kurang : < -3 SD

Indeks TB/U :

a. Normal : ≥ -2 SD s/d ≤ 2 SD b. Pendek : ≥ -3 SD s/d < -2 SD c. Sangat pendek : < -3 SD

Indeks IMT/U :

a. Sangat gemuk : > 3 SD

b. Gemuk : > 2 SD s/d ≤ 3 SD c. Normal : ≥ -2 SD s/d ≤ 2 SD d. Kurus : ≥ -3 SD s/d < -2 SD e. Sangat kurus : < -3 SD


(25)

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.1. Kurva Status Gizi


(26)

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.2 Kurva Status Gizi


(27)

Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Gizi kurang secara langsung disebabkan oleh kurangnya konsumsi makanan dan adanya penyakit infeksi. Makin bertambah usia anak maka makin bertambah pula kebutuhannya. Konsumsi makanan dalam keluarga dipengaruhi jumlah dan jenis pangan yang dibeli, pemasakan, distribusi dalam keluarga dan kebiasaan makan secara perorangan. Konsumsi juga tergantung pada pendapatan, agama, adat istiadat, dan pendidikan keluarga yang bersangkutan (Almatsier, 2009).

Timbulnya gizi kurang bukan saja karena makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang cukup baik tetapi sering diserang diare atau demam, akhirnya dapat menderita gizi kurang. Sebaliknya anak yang makan tidak cukup baik maka daya tahan tubuhnya (imunitas) dapat melemah, sehingga mudah diserang penyakit infeksi, kurang nafsu makan dan akhirnya mudah terkena gizi kurang (Soekirman, 2000). Sehingga disini terlihat interaksi antara konsumsi makanan yang kurang dan infeksi merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.

Menurut Schaible & Kauffman hubungan antara kurang gizi dengan penyakit infeksi tergantung dari besarnya dampak yang ditimbulkan oleh sejumlah infeksi terhadap status gizi itu sendiri. Beberapa contoh bagaimana infeksi bisa berkontribusi terhadap kurang gizi seperti infeksi pencernaan dapat menyebabkan diare, HIV/AIDS, tuberculosis, dan beberapa penyakit infeksi kronis lainnya bisa menyebabkan anemia dan parasit pada usus dapat menyebabkan anemia. Penyakit Infeksi disebabkan oleh kurangnya sanitasi dan bersih, pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai, dan pola asuh anak yang tidak memadai (Soekirman, 2000).

Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Rendahnya ketahanan pangan rumah tangga, pola asuh anak yang tidak memadai, kurangnya sanitasi lingkungan serta pelayanan kesehatan yang tidak memadai merupakan tiga faktor yang saling berhubungan. Makin tersedia air bersih yang cukup untuk keluarga serta makin dekat jangkauan keluarga terhadap pelayanan


(28)

Universitas Sumatera Utara

dan sarana kesehatan, ditambah dengan pemahaman ibu tentang kesehatan, makin kecil risiko anak terkena penyakit dan kekurangan gizi (Unicef, 1998) Sedangkan penyebab mendasar atau akar masalah gizi di atas adalah terjadinya krisis ekonomi, politik dan sosial termasuk bencana alam, yang mempengaruhi ketidak-seimbangan antara asupan makanan dan adanya penyakit infeksi, yang pada akhirnya mempengaruhi status gizi balita (Soekirman, 2000).

2.2 Anak Sekolah Dasar

Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-13 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua. Biasanya pertumbuhan anak putri lebih cepat dari pada putra. Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan dan pemeliharaan jaringan. Karakteristik anak sekolah meliputi:

1. Pertumbuhan tidak secepat bayi.

2. Gigi merupakan gigi susu yang tidak permanen (tanggal). 3. Lebih aktif memilih makanan yang disukai.

4. Kebutuhan energi tinggi karena aktivitas meningkat. 5. Pertumbuhan lambat.

6. Pertumbuhan meningkat lagi pada masa pra remaja.

Anak sekolah biasanya memiliki banyak aktivitas bermain yang menguras banyak tenaga, dengan terjadinya ketidakseimbangan atara energi yang masuk dan keluar, akibatnya tubuh anak menjadi kurus. Untuk mengatasinya harus mengontrol waktu bermain anak sehingga anak memiliki waktu istirahat yang cukup (Moehji, 2003:58).

Mencakup pertumbuhan biologis misalnya pertumbuhan otak, otot dan tulang. Pada usia 10 tahun baik laki‐laki maupun perempuan tinggi dan berat badannya bertambah kurang lebih 3,5 kg. Namun setelah usia remaja yaitu 12 ‐13


(29)

Universitas Sumatera Utara

tahun anak perempuan berkembang lebih cepat dari pada laki‐laki, (Soemantri dkk, 2005).

Usia masuk kelas satu SD atau MI berada dalam periode peralihan dari pertumbuhan cepat masa anak anak awal ke suatu fase perkembangan yang lebih lambat. Ukuran tubuh anak relatif kecil perubahannya selama tahun tahun di SD.

Usia 9 tahun tinggi dan berat badan anak laki‐laki dan perempuan kurang lebih sama. Sebelum usia 9 tahun anak perempuan relatif sedikit lebih pendek dan lebih langsing dari anak laki‐laki.

Akhir kelas empat, pada umumnya anak perempuan mulai mengalami masa lonjakan pertumbuhan yang ditandai dengan lengan dan kaki yang mulai tumbuh cepat.

Pada akhir kelas lima, umumnya anak perempuan lebih tinggi, lebih berat dan lebih kuat daripada anak lakilaki. Anak lakilaki memulai lonjakan pertumbuhan pada usia sekitar 11 tahun.

Menjelang awal kelas enam, kebanyakan anak perempuan mendekati puncak tertinggi pertumbuhan mereka. Periode pubertas yang ditandai dengan menstruasi umumnya dimulai pada usia 12‐13 tahun. Anak lakilaki memasuki masa pubertas dengan ejakulasi yang terjadi antara usia 13‐16 tahun.

Perkembangan fisik selama remaja dimulai dari masa pubertas. Pada masa ini terjadi perubahan fisiologis yang mengubah manusia yang belum mampu bereproduksi menjadi mampu bereproduksi. Hampir setiap organ atau sistem tubuh dipengaruhi oleh perubahan- perubahan ini. Anak pubertas awal (prepubertas) dan remaja pubertas akhir (postpubertas) berbeda dalam tampakan luar karena perubahan perubahan dalam tinggi proporsi badan serta perkembangan ciri‐ciri seks primer dan sekunder.


(30)

Universitas Sumatera Utara

2.3 Masalah Kurang Gizi pada Anak Sekolah

Berbagai masalah kesehatan dijumpai di kalangan anak sekolah, diantaranya adalah kurangnya pertumbuhan fisik secara optimal. Salah satu faktor yang sangat menentukan adalah faktor gizi. Kurang gizi pada masa ini akan mengakibatkan terganggunya pertumbuhan badan, mental, kecerdasan dan mudah terserang penyakit infeksi. Di samping kurang gizi, ditemukan juga masalah kesehatan pada anak yang disebabkan gizi lebih yang dapat menyebabkan kegemukan dan anak berisiko menderita penyakit degeneratif. Pada dasarnya seiring dengan pertambahan usia anak, ragam makanan yang diberikan harus bergizi lengkap dan seimbang. Peran zat gizi ini penting untuk menunjang tumbuh kembang anak, termasuk untuk menunjang kecerdasannya. Dalam hal pengaturan pola konsumsi makan, orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam memilih jenis makanan yang bergizi seimbang. Dikatakan juga bahwa bila terdapat kebiasaan makan yang jelek pada anak, selain dipengaruhi oleh kebiasaan keluarga yang jelek juga dipengaruhi oleh pendapatan keluarga yang rendah. Dengan pendapatan terbatas, tidak terpenuhinya variasi dan jumlah makanan yang dibutuhkan dalam mengembangkan kebiasaan gizi yang baik pada anak (Gibeon, 2011)

Jumirah (2008) mengemukakan dalam penelitiannya, anak sekolah dasar di kelurahan Namo Gajah Medan Tuntungan sebagian besar mempunyai status baik, namun masih ditemukan kasus guzi kurang dan buruk. Berdasarkan indeks BB/U bahwa 26,7% anak mengalami gizi kurang dan 1,1% gizi buruk. Sedangkankan berdasarkan indeks TB/U ditemukan anak yang pendek sebanyak 12,6% dan sangat pendek 5,6%.

Keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan terpenting sehingga kondisi keluarga akan sangat berpengaruh terhadap pendidikan anak. Peranan sosial ekonomi keluarga terhadap pendidikan anak sangat luas dan uraian ini bergantung dari sudut orientasi mana akan dilakukan. Dari sudut ekonomi, keluarga adalah organisasi ekonomi primer. Kondisi ekonomi yang kurang atau


(31)

Universitas Sumatera Utara

kemiskinan akan berpengaruh besar terhadap kondisi fisik dan mental tiap anggota keluarga. (Singgih, 2000)

Kurang gizi pada anak sekolah pada umumnya disebabkan karena kebiasaan makan anak yang tidak teratur. Dimana pada masa ini anak mulai memilih sendiri makanan yang disenangi dan sudah menyukai makanan di luar rumah. Selain dari perubahan pola makan, anak-anak pada usia ini juga mengalami pergeseran status gizi karena tingkat pengetahuan dan kebiasaan jajannya. (Santoso S, 2004)

Masalah kurang gizi yang sering ditemukan dan berdampak pada prestasi belajar dan pertumbuhan fisik anak SD antara lain Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A. (Almatsier, 2009)

a) Kurang Energi Protein (KEP)

Suatu kondisi dimana jumlah asupan zat gizi yaitu energi dan protein kurang dari yang dibutuhkan. Akibat buruk dari KEP bagi anak SD adalah anak menjadi lemah daya tahan tubuhnya dan terjadi penurunan konsentrasi belajar.

b) Anemia Gizi Besi

Suatu kondisi pada anak SD dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal (kurang dari 12 gr %). Akibat buruk dari anemia gizi besi adalah anak menjadi lesu, lemah, letih, lelah, dan lalai (5 L) dan mengurangi daya serap otak terhadap pelajaran.

c) Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY)

Suatu gejala yang diakibatkan oleh kekurangan asupan yodium dalam makanan sehari-hari yang berlangsung dalam jangka waktu lama. Masalah GAKY pada umumnya ditemukan di dataran tinggi. Akibat buruk GAKY adalah anak menjadi lamban dan sulit menerima pelajaran.


(32)

Universitas Sumatera Utara

d) Kurang Vitamin A (KVA)

Suatu kondisi yang diakibatkan oleh jumlah asupan vitamin A tidak memenuhi kebutuhan tubuh. Akibat buruk dari kurang vitamin A adalah menurunya daya tahan tubuh terhadap infeksi sehingga anak mudah sakit. Disamping itu vitamin A terkait dengan fungsi penglihatan.


(33)

Universitas Sumatera Utara

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel

Depeden

3.2 Definisi Operasional

Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur Status gizi: Status

gizi yang digunakan pada penelitian ini Kartu Menuju Sehat (KMS) anak SD / MI berdasarkan jenis kelamin, dimana pengukuran secara rutin selama 4 bulan sekali oleh

- Microtoa - Timbangan Pengukuran tinggi dan berat badan Status gizi berdasarkan WHO Ordinal Faktor-faktor yang mempengaruhi :

• Pola makan anak

• Pekerjaan orang tua

• Pendapatan orang tua

• Lingkungan tempat tinggal • Pendidikan orang tua


(34)

Universitas Sumatera Utara

dokter kecil dan

guru UKS sebagai pengawas kegiatan.

Pola makan: frekuensi makan

Kuesioner Kuesioner - Frekuensi Makan - Masak di

rumah - Kebersihan

makanan - 4 sehat 5 sempurna Ordinal Status ekonomi: keadaan atau kedudukan kesejahteraan orang berdasarkan tingkat pendapatan

Kuesioner Kuesioner - > 2 juta - 1-2 juta - < 1 Juta

Ordinal Pekerjaan: kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan nafkah

Kuesioner Kuesioner - Buruh tetap - Buruh lepas - Ibu rumah

tangga

Ordinal

Pendidikan: pendidikan formal terakhir yang telah dijalani orang tua

Kuesioner Kuesioner - < SD - SMP/SMA - D3/S1

Ordinal

Lingkungan:

kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam

Kuesioner Kuesioner - Sumber air minum - Kebiasaan

minum - Kondisi air

minum - Tipe jamban - Pembuangan


(35)

Universitas Sumatera Utara

seperti tanah, air,

energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan

kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan

bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.

jamban - Pengolahan


(36)

Universitas Sumatera Utara

(PERUBAHAN PEDOMAN : STATUS GIZI DIHITUNG DENGAN IMT : WHO 2007) revisi juli 2010

Tabel 1.1.

STANDAR PENILAIAN STATUS GIZI UMUR 8-18 TAHUN BERDASAR IMT MENURUT UMUR (WHO 2007)

UMUR

(Thn) Laki-laki Perempuan

Kurus Normal Gemuk Kurus Normal Gemuk

6 < 13,0 13,1 - 18,4 > 18,5 < 12,7 12,8 - 19,1 > 19,2 7 < 13,2 13,3 - 18,9 > 19,0 < 12,7 12,8 - 19,7 > 19,8 8 < 13,3 13,4 - 19,6 > 19,7 < 12,9 13,0 - 20,7 > 20,8 9 < 13,5 13,6 - 20,4 > 20,5 < 13,1 13,2 - 21,4 > 21,5 10 < 13,7 13,8 - 21,3 > 21,4 < 13,5 13,6 - 22,5 > 22,6 11 < 14,1 14,2 - 22,4 > 22,5 < 13,9 14,0 - 23,6 > 23,7 12 < 14,5 14,6 - 23,7 > 23,8 < 14,4 14,5 - 24,8 > 24,9 13 < 14,9 15,0 - 24,7 > 24,8 < 14,9 15,0 - 26,1 > 26,2 14 < 15,5 15,6 - 25,8 > 25,9 < 15,5 15,6 - 27,2 > 27,3 15 < 16,0 16,1 - 26,9 > 27,0 < 15,9 16,0 - 28,1 > 28,2 16 < 16,5 16,6 - 27,8 > 27,9 < 16,2 16,3 - 28,8 > 28,9 17 < 16,9 17,0 - 28,5 > 28,6 < 16,4 16,5 - 29,2 > 29,3 18 < 17,3 17,4 - 29,1 > 30,0 < 16,4 16,5 - 29,4 > 29,5


(37)

Universitas Sumatera Utara

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifat deskriptif analitik yang bertujuan untuk mendeskripsikan faktor-faktor penyebab gizi buruk pada siswa-siswi SD Juara Medan. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional, yaitu pengumpulan data atau pengukuran variabel yang diteliti dilakukan hanya satu kali tanpa dilakukan tindak lanjut atau pengulangan pengukuran.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Juara Medan pada Mei 2013 – Oktober 2013

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi terjangkau penelitian ini adalah siswa-siswi SD Juara Medan dan orang tua dari kelas 1 – 6 yang berjumlah 153 orang

4.3.2 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yang berjumlah 153 siswa-siswi SD Juara medan. Sampel diambil dengan cara total sampling.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer diperoleh dari kuesioner yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun, berupa status gizi siswa yang dengan cara penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, sedangkan data sosiodemografi dan data kebiasaan makan di ambil melalui wawancara melalui kuesioner.


(38)

Universitas Sumatera Utara

4.5 Pengolahan dan Analisa

Data primer yang diambil yakni data yang diperoleh dari kuesioner yang diberikan kepada responden. Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan, tahap pertama editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa jawaban telah diisi sesuai petunjuk, tahap kedua coding yaitu member kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa, tahap ketiga entry yaitu memasukkan data dari kuesioner kedalam program computer dengan menggunakan program SPSS, tahap keempat adalah melakukan cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah di entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak. Hasil penelitian akan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi.


(39)

Universitas Sumatera Utara

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SD Swasta Juara Medan yang berlokasi di jalan Sei Bekala No. 2 Kel. Babura Kec. Medan Baru Kota Medan. SD ini terletak di tengah-tengah pemukiman warga, sekolah ini memiliki 6 ruang kelas ( I-VI SD), satu ruang guru berserta kepala sekolah, dan satu tempat ibadah. Sekolah ini belum memiliki kantin dan ruang UKS. Disekitar pekarangan sekolah terdapat makanan, minuman dan jajanan yang dijual oleh penduduk sekitar. Responden penelitian berasal dari kelas satu sampai 6 yang berjumlah 153 orang. Sampel dari penelitian ini merupakan orang tua siswa yang berjumlah 153. Keseluruhan anak-anak biasanya membawa bekal dari rumah untuk makan siang mereka.

5.2 Karakteristik Sosiodemografi Responden

Tabel 5.1 Sebaran Responden Menurut Karakteristik Sosiodemografi

Karakterisitik Jumlah %

Pendapatan

≥ 2 juta 3 2

1 – 2 juta 128 83,70

≤ 1 juta 22 14,40

Pendidikan

≤ SD 3 2

SMP/SMA 124 81,1

D3/S1 26 16,9

Pekerjaan

buruh tetap 25 16,4

buruh lepas 34 22,2

Ibu Rumah tangga 94 61,4

jumlah anak

≤ 2 orang 48 31,3

≥ 3 orang 105 68,7


(40)

Universitas Sumatera Utara

Sebaran responden menurut karakteristik sosiodemografi orang tua didapatkan bahwa frekuensi pendapatan orang tua yang tersering adalah pendapatan menengah yaitu 128 orang (83,7%), untuk pendidikan orang tua yaitu SMP/SMA dengan jumlah 124 orang (81,1%), untuk pekerjaan orang tua yang yaitu ibu rumah tangga atau tidak bekerja yang berjumlah 94 orang (61,4%) untuk jumlah anak yaitu lebih atau sama dengan tiga orang anak yang berjumlah 105 orang (68,7%).

Tabel 5.2 Gambaran Status Gizi Anak SD

Status Gizi n %

Gemuk 7 4,6

Normal 125 81,7

Kurang Gizi 21 13,7

Total 153 100

Pada siswa siswi SD Juara Medan tahun 2013, status gizi tersering yang ditemukan adalah kurang gizi yang berjumlah 125 orang (81,7%).

Tabel 5.3 Gambaran Pola Makan Anak SD

Pola Makan n %

Frekuensi Makan

3 kali sehari 137 89,5

Tidak Teratur 16 10,5

Masak di Rumah

Ya 139 90,8

Tidak 14 9,2

Kebersihan Makanan

Terjaga 153 100

Tidak Terjaga 0 0

Makanan 4 Sehat 5 sempuran

Terpenuhi 108 70,8

Tidak Terpenuhi 45 29,4


(41)

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan pola makan, didapati jumlah responden tersering adalah yang dengan frekuensi makan 3 kali sehari serjumlah 137 orang (89,5%), yang memasak di rumah serjumlah 139 orang (90,8%), yang dengan kebersihan makanan terjaga serjumlah 153 orang (100%) dan yang dengan memenuhi makanan 4 sehat 5 sempurna serjumlah 108 orang (70,8


(42)

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.4 Sebaran Responden Menurut Lingkungan

Faktor Lingkungan n %

Sumber Air Minum Keluarga

Sumur Gali 5 3,3

PAM 70 45,8

Air Kemasan 78 51

Kebiasaan Minum Keluarga

Tidak Dimasak 36 23,5

Kadang Dimasak 30 19,6

Di masak sampai mendidih 87 56,9

Kondisi Air Minum Keluarga

Keruh, Berasa, Berbau 0 0

Bening, Tidak Berasa, Berbau 3 2

Bening, Tidak Berasa, Tidak Berbau 150 98

Tipe Jamban

Cemplung 0 0

Galian/Tanah 16 10,5

Kloset 137 89,5

Pembuangan Sampah

Tidak Ada 11 7,2

Galian 12 7,8

Tong Sampah 130 85

Pengolahan Sampah

Tidak Diolah 2 1,3

Dibakar 55 35,9

Diangkat Petugas 96 62,7


(43)

Universitas Sumatera Utara

Menurut ligkungan tempat tinggal, didapati jumlah responden tersering adalah yang menggunakan air kemasan serjumlah 78 orang (51%), yang memasak air sampai mendidih sejumlah 87 orang (56,9%), yang dengan kondisi air minum bening, tidak berasa dan tidak berbau sejumlah 150 orang (98%), yang dengan tipe jamban kloset sejumlah 137 orang (89,5%), yang dengan pembuangan sampah dengan tong sampah sejumlah 130 orang (85%), yang dengan pengolahan sampah diangkat petugas sejumlah 96 orang (62,7%)

Tabel 5.4 Sebaran Status Gizi Menurut Sosiodemografi

Variabel Sosiodemografi

Gemuk Normal Kurus

P

n % N % n %

Pendapatan

0,0001

> 2 Juta 1 14,3 20 16 1 4,8

1 - 2 Juta 6 85,8 105 84 10 48

< 1 Juta 0 0 0 0 10 48

Pendidikan

0,431

≤ SD 0 0 2 1,6 1 4,8

SMP/SMA 6 85,8 99 79,2 19 90,4

D3/S1 1 14,3 24 19,2 1 4,8

Pekerjaan

0,394

Buruh tetap 0 0 23 18,4 2 9,5

Buruh Lepas 3 42,9 25 20 6 28,6

Ibu Rumah Tangga 4 57,1 77 61,6 13 61,9

Jumlah Anak

0,730

≤ 2 Orang 2 28,6 40 32 6 28,6

≥ 3 Orang 5 71,5 85 68 15 71,4

Pola Makan

0,937

Teratur 6 85,7 112 89,6 19 90,5

Tidak Teratur 1 14,3 13 10,4 2 9,5


(44)

Universitas Sumatera Utara

Hasil dari jumlah faktor sosiodemografi dengan sebaran status gizi yang didapat pada penelitian kemudian diuji statistik chi-square untuk mencari hubungan antar variable tersebut. Dari hasil uji statistik didapati bahwa pendapatan orang tua berhubungan dengan status gizi anak dilihat dari niai p < 0,05, sedangkan pendidikan, pekerjaan, jumlah anak dan pola makan tidak berhubungan dengan status gizi anak yang dilihat dari nilai p > 0,05.

5.3 Pembahasan

Yang menjadi responden pada penelitian ini adalah orang tua dari siswa siswi kelas 1 sampai kelas 6 SD Swasta Juara Medan. Rata-rata berat badan anak adalah 26,7 kg dan rata-rata tinggi badan anak 127,37 cm.

Prevalensi status gizi siswa adalah 7 orang (4,6%) dengan status gizi gemuk, 21 orang (13,7%) status gizi normal dan 125 orang (81,7%) dengan status gizi kurang. Dari hasil ini dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa memiliki status gizi normal, walapun masih terdapat siswa dengan status gizi kurang dan gemuk

Karakteristik sosiodemografi orang tua terbanyak didapatkan bahwa frekuensi pendapatan orang tua yang tersering adalah pendapatan menengah, untuk pendidikan orang tua yaitu SMP/SMA, untuk pekerjaan orang tua yaitu ibu rumah tangga atau tidak bekerja dan untuk jumlah anak yaitu lebih atau sama dengan tiga orang anak.

Berdasarkan pola makan, didapati jumlah responden terbanyak adalah yang dengan frekuensi makan 3 kali sehari, yang memasak di rumah, yang dengan kebersihan makanan terjaga dan yang dengan memenuhi makanan 4 sehat 5 sempurna.

Dari hasil uji statistik didapati bahwa pendapatan orang tua berhubungan dengan status gizi anak, sedangkan pendidikan orangtua, pekerjaan, jumlah anak dan pola makan tidak berhubungan dengan status gizi anak.


(45)

Universitas Sumatera Utara

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Aritonang (2004) yang menyatakan terdapat hubungan antara pola konsumsi pangan dengan status gizi. Penulis menduga hal ini dikarenakan ada anak yang pola makan 3 kali sehari, namun makanan yang dikonsumsi bukan merupakan makanan yang bergizi, yaitu makanan 4 sehat 5 sempurna.

Dalam penelitian ini tidak terdapat hubungan antara pekerjaan orangtua dengan status gizi anak. Hal ini sejalan dengan penelitian Primasari (2008) yang menyatakan tidak terdapat hubungan antara pekerjaan ayah maupun ibu terhadap status gizi anak.

Dalam penelitian ini tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan orangtua dengan status gizi anak. Hal ini sama dengan penelitian Primasari (2008) yang mengatakan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan orangtua dengan status gizi anak.

Dalam penelitian ini didapatkan hubungan antara pendapatan orangtua dengan status gizi. Repi dkk. (2013) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pendapatan ayah dengan status gizi. Perbedaan ini dapat diakibatkan oleh perbedaan definisi kategori pendapatan atau pengaruh faktor lain yang lebih dominan. Pendapatan orang tua dapat berdampak pada kemampuan keluarga untuk dapat memenuhi kebutuhan gizi.

Hasil berbeda disampaikan oleh Pahlevi (2012) yang dalam penelitiannya di SD 02 Banyumanik menyimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu, pendidikan ibu, pendapatan keluarga, penyakit infeksi, tingkat konsumsi energi, dan tingkat konsumsi protein berhubungan dengan status gizi.

Untuk itu sekolah dapat berperan aktif untuk memberikan informasi kepada orang tua siswa dalam menjaga status gizi anaknya. Fasilitas kesehatan terdekat juga dapat berperan melalui pemeriksaan kesehatan rutin dan kontrol status gizi anak.


(46)

Universitas Sumatera Utara

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1Kesimpulan

Dari hasil penelitian didapati kesimpulan yaitu status gizi siswa SD Juara Medan terbanyak adalah normal, dimana terdapat hubungan antara pendapatan orang tua dengan status gizi anak.

6.2 Saran

1. Bagi siswa-siswi perlunya edukasi tentang pentingnya makanan 4 sehat 5 sempurna.

2. Perlunya edukasi kepada orangtua siswa-siswi tentang bagaimana menjaga kebersihan perorangan untuk keluarga.

3. Perlu edukasi kepada siswa-siswi tentang pentingnya gizi terhadap pertumbuhan tubuh.


(47)

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S., 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal 3

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010

CDC, 2005. Growth Charts. Available from: www.cdc.gov. [Accesed 17 April 2010]

Depkes RI, 2000. Pedoman Pemantauan Konsumsi Gizi. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.

Dinas Kesehatan, 2006. Indonesia Sehat 2010. Available from: www.aids-ina.org. [Accesed 01 April 2010]

DITPTKSD, 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belaja rAnak. Available from: http://ditptksd.go.id [Accesed 12 Februari 2012].

Gibeon, J.P.S., 2010. Gambaran Kecenderungan Status Gizi Anak Baru Masuk Sekolah Dasar di Kematan Medan Sunggal Tahun 2007-2010. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan.

Gibney, M. J. 2008. Public Health Nutrition. Jakarta: EGC. Hal 3.

Irianto, D.P., 2006. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan. Edisi ke 2. Jakarta: Andi Publisher, Hal 65.


(48)

Universitas Sumatera Utara

Judarwanto, W., 2006. Perilaku Makan Anak Sekolah. Available from:

http://gizi.depkes.go.id/makalah/download/perilaku%20makan%20anak% 20sekolah.pdf. [Accessed 04 Juni 2013]

Jumirah, Lubis, Z., Aritonang, E., 2008. Status Gizi dan Tingkat Kecukupan Energi Protein Anak Sekolah Dasar di Desa Namo Gajah, Kecamatan Medan Tuntungan. Info Kesehatan Masyarakat 12(1): 1-104.

Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi 2. Jakarta:Bhutakarya. Hal 15; 58

Novitasari, D.A., 2012 Faktor-Faktor Resiko Kejadian Gizi Buruk Pada Balitas yang Dirawat Di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Skripsi. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang.

Primasari, T., 2008. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Status Gizi Kurang Pada Siswa Sekolah Dasar di 3 Kecamatan Kabupaten Kampar Tahun 2007. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Repi, A., Kawengian, S.E.S., Bolang, A.S.L., 2013. Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Kelas 4 dan 5 SDN 1 Tounelet dan SD Katolik St. Monica Kecamatan Langowan Barat. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.

Riyadi, A.Y. 2004. Upaya-upaya Perbaikan Gizi di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia. Hal 35


(49)

Universitas Sumatera Utara

Simarmata, D., 2009. Kajian Ketersediaan Pangan Rumah Tangga, Status

Ekonomi Keluarga, Pengetahuan Gizi Ibu dengan Status Gizi Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Melati Kecamatan Perbaungan Tahun 2009. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.

Soekirman, 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya Untuk Keluarga dan Masyarakat. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Soemantri, S dan Tin A, 2004. Survey Kesehatan Rumah Tangga. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI

Supariasa, I.D.N., 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Kedokteran EGC. Hal 19; 56


(50)

Nama : Moehammad Al Ghazali Loebis

Tempat / tanggal lahir : Medan/ 22 – 12 - 1993

Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Islam

Alamat : Komp. Tasbih Blok B No.17 A

Nomor Telepon : 089627537141

Orang Tua : Prof. Dr. H. M. Nawawi Loebis M phil.Ph-D (Ayah) Hj. Pristiwani Mei Hilda (Ibu)

Riwayat Pendidikan : SD YP Shafiyyatul Amaliah Medan (1998 – 2004)

SMP YP Shafiyyatul Amaliah Medan (2004 – 2007) SMA YP Shafiyyatul Amaliah Medan (2007 – 2010)

Fakultas Kedokteran USU (2010 – sekarang)

Kegiatan : Melakukan proposal penelitian untuk mengetahui faktor fakor penyebab kurang gizi pada siswa - siswi SD Juara Medan


(51)

Alamat Responden : Identitas Responden

• Nama : • Umur : • Pekerjaan :

• Pendapatan per bulan :

Pendidikan :

a. Tidak Sekolah/tidak tamat SD b. Tamat SD

c. Tamat SLTP d. Tamat SLTA e. Tamat Akademi f. Sarjana

Jumlah anak :

Identitas Anak

• Nama : • Umur :

• Jenis kelamin :

Pola Makan

1. Apakah pola makan teratur (3 kali sehari) ? a. Ya


(52)

b. Tidak ( Sebutkan cara anda mendapatkan makanan tersebut ………)

3. Apakah Anda memperhatikan kebersihan makanan yang dihidangkan kepada anak anda?

a. Ya b. Tidak

4. Apakah makanan yang dihidangkan mengikuti kaidah 4 Sehat 5 sempurna?

a. Ya b. Tidak

Faktor Lingkungan

1. Sumber air minum keluarga a. Sumur gali

b. PAM/Sumur bor c. Air kemasan

2. Kebiasaan minum keluarga a. Tidak di masak

b. Kadang-kandang di masak c. Di masak sampai mendidih

3. Kondisi air minum

a.Keruh, berasa dan bebau

b. Bening, tidak berasa dan berbau c. beninig, tidak berasa dan berbau


(53)

c. Closet

5. Keadaan jamban

a. Tidak terawat sama sekali b. Jarang dibersihkan

c. Terawat dan bersih

6. Jenis tempat pembuangan sampah a. Tidak ada

b. Lubang tanah galian c. Tong sampah

7. Cara pengolahan sampah

a. Tidak diolah dan dibiarkan berserakan b. Dibakar

c. Diangkut petugas kebersihan


(54)

Total Gemuk Kurus Normal

polamakan1 a Count 6 19 112 137

% of Total 3.9% 12.4% 73.2% 89.5%

b Count 1 2 13 16

% of Total .7% 1.3% 8.5% 10.5%

Total Count 7 21 125 153

% of Total 4.6% 13.7% 81.7% 100.0%

polamakan2 * imt Crosstabulation

imt

Total Gemuk Kurus Normal

polamakan2 a Count 7 20 112 139

% of Total 4.6% 13.1% 73.2% 90.8%

b Count 0 1 13 14

% of Total .0% .7% 8.5% 9.2%

Total Count 7 21 125 153

% of Total 4.6% 13.7% 81.7% 100.0%

polamakan3 * imt Crosstabulation

imt

Total

Gemuk Kurus Normal

polamakan3 a Count 7 21 125 153

% of Total 4.6% 13.7% 81.7% 100.0%

Total Count 7 21 125 153


(55)

% of Total 3.3% 7.2% 60.1% 70.6%

b Count 2 10 33 45

% of Total 1.3% 6.5% 21.6% 29.4%

Total Count 7 21 125 153

% of Total 4.6% 13.7% 81.7% 100.0%

lingkungan1 * imt Crosstabulation

imt

Total

Gemuk Kurus Normal

lingkungan1 a Count 0 0 5 5

% of Total .0% .0% 3.3% 3.3%

b Count 2 13 55 70

% of Total 1.3% 8.5% 35.9% 45.8%

c Count 5 8 65 78

% of Total 3.3% 5.2% 42.5% 51.0%

Total Count 7 21 125 153

% of Total 4.6% 13.7% 81.7% 100.0%

lingkungan2 * imt Crosstabulation

imt

Total

Gemuk Kurus Normal

lingkungan2 a Count 1 4 31 36

% of Total .7% 2.6% 20.3% 23.5%

b Count 3 1 26 30

% of Total 2.0% .7% 17.0% 19.6%

c Count 3 16 68 87

% of Total 2.0% 10.5% 44.4% 56.9%

Total Count 7 21 125 153


(56)

Total

Gemuk Kurus Normal

lingkungan3 b Count 0 0 3 3

% of Total .0% .0% 2.0% 2.0%

c Count 7 21 122 150

% of Total 4.6% 13.7% 79.7% 98.0%

Total Count 7 21 125 153

% of Total 4.6% 13.7% 81.7% 100.0%

lingkungan4 * imt Crosstabulation

imt

Total

Gemuk Kurus Normal

lingkungan4 a Count 0 0 9 9

% of Total .0% .0% 5.9% 5.9%

c Count 7 21 116 144

% of Total 4.6% 13.7% 75.8% 94.1%

Total Count 7 21 125 153

% of Total 4.6% 13.7% 81.7% 100.0%

lingkungan5 * imt Crosstabulation

imt

Total

Gemuk Kurus Normal

lingkungan5 b Count 0 1 15 16

% of Total .0% .7% 9.8% 10.5%

c Count 7 20 110 137

% of Total 4.6% 13.1% 71.9% 89.5%

Total Count 7 21 125 153


(57)

% of Total .0% 1.3% 5.9% 7.2%

b Count 3 2 7 12

% of Total 2.0% 1.3% 4.6% 7.8%

c Count 4 17 109 130

% of Total 2.6% 11.1% 71.2% 85.0%

Total Count 7 21 125 153

% of Total 4.6% 13.7% 81.7% 100.0%

lingkungan7 * imt Crosstabulation

imt

Total

Gemuk Kurus Normal

lingkungan7 a Count 0 2 0 2

% of Total .0% 1.3% .0% 1.3%

b Count 5 9 41 55

% of Total 3.3% 5.9% 26.8% 35.9%

c Count 2 10 84 96

% of Total 1.3% 6.5% 54.9% 62.7%

Total Count 7 21 125 153

% of Total 4.6% 13.7% 81.7% 100.0%

pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid d3 8 5.2 5.2 5.2

s1 18 11.8 11.8 17.0

sd 2 1.3 1.3 18.3

slta 95 62.1 62.1 80.4

sltp 29 19.0 19.0 99.3

tidak se 1 .7 .7 100.0


(58)

Valid a 2 1.3 1.3 1.3

b 1 .7 .7 2.0

c 1 .7 .7 2.6

d 149 97.4 97.4 100.0

Total 153 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid buruh tetap 25 16.3 16.3 16.3

buruh lepas 34 22.2 22.2 38.6

ibu rumah tangga 94 61.4 61.4 100.0

Total 153 100.0 100.0

imt

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Gemuk 7 4.6 4.6 4.6

Kurus 21 13.7 13.7 18.3

Normal 125 81.7 81.7 100.0


(59)

imt Gemuk Count 1 0 0 4 2 0 7

% within imt 14.3% .0% .0% 57.1% 28.6% .0% 100.0%

% within pendidikan 12.5% .0% .0% 4.2% 6.9% .0% 4.6%

% of Total .7% .0% .0% 2.6% 1.3% .0% 4.6%

Kurus Count 0 1 1 12 7 0 21

% within imt .0% 4.8% 4.8% 57.1% 33.3% .0% 100.0%

% within pendidikan .0% 5.6% 50.0% 12.6% 24.1% .0% 13.7%

% of Total .0% .7% .7% 7.8% 4.6% .0% 13.7%

Normal Count 7 17 1 79 20 1 125

% within imt 5.6% 13.6% .8% 63.2% 16.0% .8% 100.0%

% within pendidikan 87.5% 94.4% 50.0% 83.2% 69.0% 100.0% 81.7%

% of Total 4.6% 11.1% .7% 51.6% 13.1% .7% 81.7%

Total Count 8 18 2 95 29 1 153

% within imt 5.2% 11.8% 1.3% 62.1% 19.0% .7% 100.0%

% within pendidikan 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 5.2% 11.8% 1.3% 62.1% 19.0% .7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 10.108a 10 .431

Likelihood Ratio 11.004 10 .357

N of Valid Cases 153

a. 13 cells (72.2%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .05.


(60)

% within imt .0% 42.9% 57.1% 100.0%

% within Pekerjaan .0% 8.8% 4.3% 4.6%

% of Total .0% 2.0% 2.6% 4.6%

Kurus Count 2 6 13 21

% within imt 9.5% 28.6% 61.9% 100.0%

% within Pekerjaan 8.0% 17.6% 13.8% 13.7%

% of Total 1.3% 3.9% 8.5% 13.7%

Normal Count 23 25 77 125

% within imt 18.4% 20.0% 61.6% 100.0%

% within Pekerjaan 92.0% 73.5% 81.9% 81.7%

% of Total 15.0% 16.3% 50.3% 81.7%

Total Count 25 34 94 153

% within imt 16.3% 22.2% 61.4% 100.0%

% within Pekerjaan 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 16.3% 22.2% 61.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 4.088a 4 .394

Likelihood Ratio 5.014 4 .286

N of Valid Cases 153

a. 5 cells (55.6%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.14.


(61)

% within imt .0% 28.6% 28.6% 28.6% 14.3% .0% 100.0%

% within jumlahanak .0% 4.8% 4.5% 4.2% 9.1% .0% 4.6%

% of Total .0% 1.3% 1.3% 1.3% .7% .0% 4.6%

Kurus Count 1 5 6 5 4 0 21

% within imt 4.8% 23.8% 28.6% 23.8% 19.0% .0% 100.0%

% within jumlahanak 16.7% 11.9% 13.6% 10.4% 36.4% .0% 13.7%

% of Total .7% 3.3% 3.9% 3.3% 2.6% .0% 13.7%

Normal Count 5 35 36 41 6 2 125

% within imt 4.0% 28.0% 28.8% 32.8% 4.8% 1.6% 100.0%

% within jumlahanak 83.3% 83.3% 81.8% 85.4% 54.5% 100.0% 81.7%

% of Total 3.3% 22.9% 23.5% 26.8% 3.9% 1.3% 81.7%

Total Count 6 42 44 48 11 2 153

% within imt 3.9% 27.5% 28.8% 31.4% 7.2% 1.3% 100.0%

% within jumlahanak 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 3.9% 27.5% 28.8% 31.4% 7.2% 1.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 6.953a 10 .730

Likelihood Ratio 6.354 10 .785

N of Valid Cases 153

a. 11 cells (61.1%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .09.


(62)

% within imt 85.7% 14.3% 100.0%

% within polamakan1 4.4% 6.3% 4.6%

% of Total 3.9% .7% 4.6%

Kurus Count 19 2 21

% within imt 90.5% 9.5% 100.0%

% within polamakan1 13.9% 12.5% 13.7%

% of Total 12.4% 1.3% 13.7%

Normal Count 112 13 125

% within imt 89.6% 10.4% 100.0%

% within polamakan1 81.8% 81.3% 81.7%

% of Total 73.2% 8.5% 81.7%

Total Count 137 16 153

% within imt 89.5% 10.5% 100.0%

% within polamakan1 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 89.5% 10.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square .130a 2 .937

Likelihood Ratio .120 2 .942

N of Valid Cases 153

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .73.


(1)

lingkungan6 * imt Crosstabulation imt

Total

Gemuk Kurus Normal

lingkungan6 a Count 0 2 9 11

% of Total .0% 1.3% 5.9% 7.2%

b Count 3 2 7 12

% of Total 2.0% 1.3% 4.6% 7.8%

c Count 4 17 109 130

% of Total 2.6% 11.1% 71.2% 85.0%

Total Count 7 21 125 153

% of Total 4.6% 13.7% 81.7% 100.0%

lingkungan7 * imt Crosstabulation imt

Total

Gemuk Kurus Normal

lingkungan7 a Count 0 2 0 2

% of Total .0% 1.3% .0% 1.3%

b Count 5 9 41 55

% of Total 3.3% 5.9% 26.8% 35.9%

c Count 2 10 84 96

% of Total 1.3% 6.5% 54.9% 62.7%

Total Count 7 21 125 153

% of Total 4.6% 13.7% 81.7% 100.0%

pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid d3 8 5.2 5.2 5.2

s1 18 11.8 11.8 17.0

sd 2 1.3 1.3 18.3

slta 95 62.1 62.1 80.4

sltp 29 19.0 19.0 99.3

tidak se 1 .7 .7 100.0


(2)

penyakit

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid a 2 1.3 1.3 1.3

b 1 .7 .7 2.0

c 1 .7 .7 2.6

d 149 97.4 97.4 100.0

Total 153 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid buruh tetap 25 16.3 16.3 16.3

buruh lepas 34 22.2 22.2 38.6

ibu rumah tangga 94 61.4 61.4 100.0

Total 153 100.0 100.0

imt

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Gemuk 7 4.6 4.6 4.6

Kurus 21 13.7 13.7 18.3

Normal 125 81.7 81.7 100.0


(3)

imt * pendidikan Crosstabulation pendidikan

Total

d3 s1 sd slta sltp tidak se

imt Gemuk Count 1 0 0 4 2 0 7

% within imt 14.3% .0% .0% 57.1% 28.6% .0% 100.0%

% within pendidikan 12.5% .0% .0% 4.2% 6.9% .0% 4.6%

% of Total .7% .0% .0% 2.6% 1.3% .0% 4.6%

Kurus Count 0 1 1 12 7 0 21

% within imt .0% 4.8% 4.8% 57.1% 33.3% .0% 100.0%

% within pendidikan .0% 5.6% 50.0% 12.6% 24.1% .0% 13.7%

% of Total .0% .7% .7% 7.8% 4.6% .0% 13.7%

Normal Count 7 17 1 79 20 1 125

% within imt 5.6% 13.6% .8% 63.2% 16.0% .8% 100.0%

% within pendidikan 87.5% 94.4% 50.0% 83.2% 69.0% 100.0% 81.7%

% of Total 4.6% 11.1% .7% 51.6% 13.1% .7% 81.7%

Total Count 8 18 2 95 29 1 153

% within imt 5.2% 11.8% 1.3% 62.1% 19.0% .7% 100.0%

% within pendidikan 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 5.2% 11.8% 1.3% 62.1% 19.0% .7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 10.108a 10 .431

Likelihood Ratio 11.004 10 .357

N of Valid Cases 153

a. 13 cells (72.2%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .05.


(4)

imt * Pekerjaan Crosstabulation Pekerjaan

Total buruh tetap buruh lepas ibu rumah tangga

imt Gemuk Count 0 3 4 7

% within imt .0% 42.9% 57.1% 100.0%

% within Pekerjaan .0% 8.8% 4.3% 4.6%

% of Total .0% 2.0% 2.6% 4.6%

Kurus Count 2 6 13 21

% within imt 9.5% 28.6% 61.9% 100.0%

% within Pekerjaan 8.0% 17.6% 13.8% 13.7%

% of Total 1.3% 3.9% 8.5% 13.7%

Normal Count 23 25 77 125

% within imt 18.4% 20.0% 61.6% 100.0%

% within Pekerjaan 92.0% 73.5% 81.9% 81.7%

% of Total 15.0% 16.3% 50.3% 81.7%

Total Count 25 34 94 153

% within imt 16.3% 22.2% 61.4% 100.0%

% within Pekerjaan 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 16.3% 22.2% 61.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 4.088a 4 .394

Likelihood Ratio 5.014 4 .286

N of Valid Cases 153

a. 5 cells (55.6%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.14.


(5)

imt * jumlahanak Crosstabulation jumlahanak

Total

1 2 3 4 5 7

imt Gemuk Count 0 2 2 2 1 0 7

% within imt .0% 28.6% 28.6% 28.6% 14.3% .0% 100.0%

% within jumlahanak .0% 4.8% 4.5% 4.2% 9.1% .0% 4.6%

% of Total .0% 1.3% 1.3% 1.3% .7% .0% 4.6%

Kurus Count 1 5 6 5 4 0 21

% within imt 4.8% 23.8% 28.6% 23.8% 19.0% .0% 100.0%

% within jumlahanak 16.7% 11.9% 13.6% 10.4% 36.4% .0% 13.7%

% of Total .7% 3.3% 3.9% 3.3% 2.6% .0% 13.7%

Normal Count 5 35 36 41 6 2 125

% within imt 4.0% 28.0% 28.8% 32.8% 4.8% 1.6% 100.0%

% within jumlahanak 83.3% 83.3% 81.8% 85.4% 54.5% 100.0% 81.7%

% of Total 3.3% 22.9% 23.5% 26.8% 3.9% 1.3% 81.7%

Total Count 6 42 44 48 11 2 153

% within imt 3.9% 27.5% 28.8% 31.4% 7.2% 1.3% 100.0%

% within jumlahanak 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 3.9% 27.5% 28.8% 31.4% 7.2% 1.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 6.953a 10 .730

Likelihood Ratio 6.354 10 .785

N of Valid Cases 153

a. 11 cells (61.1%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .09.


(6)

imt * polamakan1 Crosstabulation polamakan1

Total

a b

imt Gemuk Count 6 1 7

% within imt 85.7% 14.3% 100.0%

% within polamakan1 4.4% 6.3% 4.6%

% of Total 3.9% .7% 4.6%

Kurus Count 19 2 21

% within imt 90.5% 9.5% 100.0%

% within polamakan1 13.9% 12.5% 13.7%

% of Total 12.4% 1.3% 13.7%

Normal Count 112 13 125

% within imt 89.6% 10.4% 100.0%

% within polamakan1 81.8% 81.3% 81.7%

% of Total 73.2% 8.5% 81.7%

Total Count 137 16 153

% within imt 89.5% 10.5% 100.0%

% within polamakan1 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 89.5% 10.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square .130a 2 .937

Likelihood Ratio .120 2 .942

N of Valid Cases 153

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .73.