Pengertian Marsirumpa Gotong –Royong

baik dan positif. Dalam arti lain kearifan lokal merupakan bagian dari tradisi lisan atau tradisi budaya yang diwariskan secara turun-temurun dan dimanfaatkan untuk menata kehidupan sosial masyarakat dalam segala bidang kehidupannya. Kearifan lokal adalah nilai budaya lokal yang dapat dimanfaatkan untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat secara arif atau bijaksana. Sibarani 2015:79 kearifan lokal merupakan milik manusia yang bersumber dari nilai budayanya sendidri dengan menggunakan segenap akal budi, pikiran,hati,dan pengetahuan untuk melaksanakan dan bersikap terhadap lingkungan alam dan lingkungan sosialnya. Sibarani 2015:50 kearifan lokal adalah kebijaksanaan atau pengetahuan asli suatu masyarakat yang berasal dari nilai luhur tradisi budaya untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat.

2.1.3 Pengertian Marsirumpa Gotong –Royong

Marsirumpa gotong-royong merupakan suatu kegiatan sosial yang dilaksanakan secara bersama-sama yang melibatkan beberapa orang untuk menyelesaikan dengan tujuan untuk mencapai tujuan yang sama. Sebelum melakukan gotong- royong masyarakat terlebih dahulu mengadakan musywarah untuk memastikan kapan dimulai marsirumpa gotong-royong tersebut, perlengkapan apa yang dibutuhkan pada saat bekerja, serta menetukan darimana awalnya yang akan dikerjakan marsirumpa gotong-royong tersebut. Namun perlu kita ketahui selain sebagai tradisi atau kebiasaan bagi kehidupan bermasyarakat dan juga mereka merasa senasib dan seperjuangan yang merupakan milik bersama baik dalam pribadi maupun berbentuk umum, untuk itu tidak ada Universitas Sumatera Utara terjadi perbedaan yang kaya dan yang sederhana karena semuanya ikut mengambil bagian dalam melaksanakan marsirumpa gotong-royong tersebut. Melalui tatanan konsep kearifan lokal gotong-royong tersebut, konsep marsirumpa “kompak, serempak, bersama-sama” sangat diutamakan bagi masyarakat khusunya bagi orang yang ikut melakukan gotong-royong sehingga ketiga kaidah tersebut dapat berjalan dengan lancar. Ketentuan awal yang harus dimiliki oleh masyarakat yang ingin menerapkan ketiga kaidah gotong-royong dilandasi oleh “ kekompakan, keserempakan, dan kebersamaan ” untuk dapat mewujudkan saling memahami, menyepakati, dan saling mendukung marsiantusan, sadaroha, marsiaminaminan, saling membantu marsiurupan dan bekerja sama rampak mangulahon sibarani 2015-283-301. Contoh gotong-royong yang dimaksud dalam marsirumpa adalah ketika masyarakat membuat kelompok kerja kurang lebih delapan orang. Kelompok kerja yang kurang lebih dari delapan orang ini, membuat suatu keputusan yaitu pertama, kelompok kerja akan terlebih dahulu memutuskan tempat atau cara kerja yang harus mereka lakukan, yang kedua menentukan dimana titik kumpul dan siapa yang menyediakan logistik, dan makanan tambahan untuk para kelompok kerja. Apakah setiap rumah tangga memberi secara suka rela berupa uang yang akan digunakan untuk makan bersama dengan tujuan untuk menjalin kekompakan atau disiapkan masing-masing, setelah disetujui bersama maka dimulailah bekerja sesuai dengan kesepekatan atau ketentuan yang telah disepakati bersama. Universitas Sumatera Utara Pekerjaan yang akan dilakukan oleh para kelompok masyarakat akan menetukan dari daerah mana yang akan dikerjakan. Kelompok masyarakat tersebut tidak boleh saling berbeda pendapat agar tercipta etos kerja yang lebih baik, baik itu dalam pekerjaan yang ringan maupun pekerjaan yang berat. Para kelompok masyarakat harus siap bekerja tanpa ada perintah dari siapapun dalam arti masyarakat harus bisa bekerja dengan kesadaran sendiri, dengan demikian terciptalah etos kerja yang baik dan berkualitas. Menurut KBISibarani 2014:8 bahwa bergotong-royong telah dikembangkan dan telah diperlihatkan didalam kehidupan masyarakat Indonesia dan merupakan hal paling penting bagi kehidupan masyarakat demi meningkatkan kebersamaan dengan jiwa yang membangun. Menurut Kartodirjo Sibarani 2014 :8 menyatakan bahwa gotong-royong itu bukan hanya khas Indonesia, tetapi merupakan pranata suatu bentuk solidaritas khas masyarakat agraris. Menurut Pranadji Sibarani 2014:8 merupakan kekayaan adat istiadat dan inti modal sosial budaya bangsa, yang didalamnya terkandung nilai budaya adat istiadat komposit sosial budaya dari berbagai suku, daerah masyarakat yang tersebar diseluruh penjuru nusantara. Sibarani 2014 mebagi tiga jenis gotong royong yang dikenal pada masyarakat Batak Toba: 1 Gotong-royong dalam tolong-menolong seperti marhobas, manumpahi, mangulosi, mamboan boras sipir ni tondi, marria raja, maranggap, dan marsiurupan. Universitas Sumatera Utara 2 Gotong-royong dalam kerja bergantian seperti marsiadapari, marjula- jula, dan mangindahani, margugu. 3 Gotong-royong dalam bekerja bersama-sama atau kerja bakti seperti mangalelang dan pauli dalan, pauli mual, pauli bondar Koentjaraningrat Sibarani 2014:8 membagi dua jenis gotong -royong yang dikenal oleh masyarakat Indonesia yakni: 1 Gotong –royong dalam bentuk kerja bakti, wujud gotong-royong ini dapat kita lihat pada saat melakukan pekerjaan yang bersifat umum yang dibagiatas duajenis yang pertama, kerja bakti aktivtas sosial jalan, irigasi, gereja, pekarangan,dan penanggulangan bencana yang kedua kerja bakti karenadipaksakan atau karena diperintah. 2 Gotong-royong berbentuk tolong menolong, wujud dari gontong-royong tolong- menolong ini dapat kita lihat pada sistem pertanian, aktivitas rumah tangga, aktivitas pada pesta dan peristiwa bencana dan kematian. Dalam buku Almaysah 1984 sistem gotong-royong dalam bentuk tolon- menolong ada empat jenis yaitu: 1 Tolong menolong dalam bidang sterifikasi sosial 2 Tolong menolong dalam sistem mata pencaharian 3 Tolong menolong dalam bidang kesatuan hidup setempat 4 Tolong menolong dalam sistem kekerabatan Dalam aktifitas sterifikasi sosial seperti halnya sangat berkerkaitan dengan lingkungan yang mencakup beberapa macam kegiatan diadalamnya, memperbaiki jalan, irigasi, sumur, untuk melakukan kegiatan seperti ini hanya sebagian orang saja yang ikut berperan dalam kegiatan tersebut, dalam sistem mata pencaharian berkaitan dengan bercocok tanam, orang dapat melakukan ini karena mengalami sibuk, dan ada dilakukan pada saat tenang, dan dalam bentuk lain dalam bidang kesatuan hidup setempat, arisan, pesta, upacara kematian dalam aktivitas ini bagi para pelayan bersifat langsung , ikut melengkapi apa yang dibutuhkan oleh Universitas Sumatera Utara pemilik acara dan juga ikut serta menikmati hidangan yang sudah disiapkan. Kemudian tolong menolong dalam sistem kekerabantan ini, kalau ada keluarga yang tidak mampu, untuk biaya berobat, melahirkan, dalam aktivitas ini keluarga ikut serta memberi dana secara suka rela atau pinjaman agar orang tersebut dapat menutupi biaya yang dibutuhkan. Menurut Berutu dalam jurnal Antropologi Sosial Budaya Sibarani 2014:10 bahwa, gotong-royong dapat didefinisikan sebagai suatu model kerja sama yang disetujui bersama. Menurut Makmur dan Berutu Sibarani 2014 :10 memiliki tiga definisi yakni. 1 Gotong-royong sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat Indonesia ummnya dan masyarat Pakpak Bharat sebagai suatu solusi pemecahan masala hidup yang dihadapi. 2 Sebagai bagian dari kebudayaan yang bersifat dinamis, bentuk struktur sistem gotong-royong di Pakpak Bharat telah terjadi perubahan sesuai dengan perkembangan zaman. 3 Salah satu petensi sosial, gotong-royong yang terdapat di Pakpak Bharat yang dapat dijadikan untuk mengembangkan fisik, strata budaya, maupun stratasosial ekonomi lainya Berdasarkan penjelasan diatas gotong-royong dapat diartikan sebagai pekerjaan bersama-sama, serta berusaha bersama dan sama-sama breusaha sekelompok orang dalam bentuk tolong menolong kerja bakti untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dalam kehidupan sosial budaya masyarakat. Sebagaimana kegiatan sosial budaya, gotong-royong tidak hanya dilakukan dipedesaan namun dapat juga dipraktikkan diperkotaan dalam hal siklus sosia kerja bakti untukfasilitas umum seperti perbaikan jalan pekarangan, rumahibadah, penanggulangan bencana, tali air dalam upacara adat kelahiran, Universitas Sumatera Utara perkawinan, dan kematian dalam bentuk pertanian membibit, mananam, merawat, dan memanen. Menurut koentjaraningrat Sibarani 2014:11 ada lima alasan utama untuk melakukan gotong- royong, yaitu: 1 Seseorang tidak dapat hidup sendiri tanpa berada dalam suatu komunitas lingkungan alamnya. Karena setiap manusia membutuhkan orang lain untuk bertukar pikiran untuk menghadapi lingkungannya. 2 Sebagaimana manusia lainnya, yang memiliki kelamahan dan kelebihan yang menyebabkan harus bekerja sama dengan orang lain. 3 Dengan demikian, keberadaannya, sangat ketergantungan terhadap orang lain, 4 Atas dasar itu, masyarakat harus menjaga hubungan baik dengan sesama, dan 5 Menyesuaikan diri dengan harapan-harapan orang lain. Gotong-royong dapat menggambarkan tingkah laku masyarakat yang bekerja untuk membangun kebersamaan tanpa menerima imbalan. Untuk lebih luas, sebagai suatu tradisi yang mengakar meliputi aspek-aspek dominan dalam kehidupan sosial, gotong-royong dapat dikatakan sebagai aktivitas sosial yang dilakukan secara bersama-sama dengan cara suka rela agar pekerjaan lebih mudah, lancar, ringan, dan dapat kita maknai menjadi suatu filosopi budaya Indonesia, bukan hanya filosopi kelompok. Misalnya pekerjaan yang dapat dilakukan dengan cara gotong-royong dalam siklus kehidupan sosial seperti perbaikan jalan, irigasi, pembuatan air minum, dalam siklus mata pecaharian seperti menanam kopi dan padi. Tindakan gotong-royong ini harus dimiliki dan dilestarikan oleh generasi muda atau lapisan masyarakat yang ada di Kecamatan Palipi, karena dengan tingkat kesadaran masyarakat akan tercipta kegiatan dengan Universitas Sumatera Utara cara gotong-royong. Oleh karena itu, segala kegiatan dapat dikerjakan dengan ringan dan tidak memakan waktu yang cukup lama untuk menyalesaikannya dan juga akan menambah tingkat kemajuan daerah. Dalam hal lain, dengan adanya kesadaran masyarakat menanamkan jiwa bergotong-royong maka akan memperkuat tali persaudaraan yang semakin erat. 2.2Teori Yang Digunakan Teori merupakan hal yang sangat penting dalam menganalisis data tradisi marsirumpa yang diajukan sebagai objek peneliti. Teori adalah landasan atau pondasi untuk melihat persoalan-persoalan yang terdapat dalam tradisi marsirumpa. Untuk menjawab permasalahan yang muncul dalam proposal skripsi ini, penulis menggunakan teori tradisi lisan. 2.2.1Teori Tradsisi Lisan Sibarani 2014:2 Tradisi lisan adalah satu cara untuk menyampaikan sejarah lisan melalui tuturlisan dari generasi ke generasi selanjutnya. Teori tradisi lisan adalah suatu teori yang berusaha menggali, menjelaskan, dan menginterprestasi secara ilmiyah warisan-warisan budaya leluhur pada masa lampau untuk membentuk karakter generasi masa kini demi mempersiappkan kehidupan yang damai dan sejahtera untuk generasi masa mendatang.

2.2.2 Performansi