Mengolah ladang dikerjakan dengan cara marsialapari terutama bagi kaum laki- laki namun sudah berbeda dengan zaman sekarang, untuk mengerjakan ladang
masyarakat sudah menerima upah sehingga masyarakat tidak ada lagi berkeinginan marsialapari untuk menyelesaikan pekerjaan ladang.
Struktur pembuatan pekerja marsialapari pada proses menanam kopi disusun dengan cara kesepakatan bersama, apa bila si A sudah menerima satu hari dari si
B, C, dan D maka si B juga akan menerima satu hari dari si A, C, dan D demikianlah seterusnya sampai semuan pekerja marsirumpa dalam proses
menanam kopi mendapatkan mendapatkan giliran dengan jumlah hari dan waktu yang sama. Performansi pekerja marsialaparidalam proses menanam kopi
biasanya dilakukan oleh pihak laki-laki tetapi pihak perempuan ada juga yang
ikut marsialapari.
Nilai gotong-royong marsialapari untuk mengerjakan ladang sangat bermanfaat bagai masyarakat karena adanya kebersamaan, dorongan, dan saling mendukung
sehingga suatu pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat.
4.3.2 Marsirumpa dalam Siklus Upacara Adat
jenis marsirumpa yang terdapat secara umum dalam upacara adat di kecamatan palipi adalah yang dilakukan secara bergantian, yakni marjula-jula,
maranggap, marsirumpa yang dilakukan dengan cara tolong-menolong
Universitas Sumatera Utara
marsiurupan marhobas, marnumpahi,mambon boras sipir ni tondi, mangulosi, marria raja, marttonggo raja, merupakan marsirumpa yang dilakukan secara
bersama-sama. Tradisi marsirumpa yang dilakukan dalam upacara adat masih tetap berjalan langsung hingga pada saat ini.
4.3.2.1Performansi Marsirumpa yang Dilakukan Secara Tolong-Menolong dalam Kegiatan Marhobas Mempersiapkan Makanan dan Peralatan
pada Waktu Upacara Adat
Di Kecamatan Palipidalam acara adat biasanya masyarakat memiliki banyak persiapan, selain mempersiapkan materi untuk kebutuhan upacara adat masyarakat
yang melaksanakan upacara adat juga membutuhkan tenaga yang lebih sehingga memerlukan teman untuk mempersiapkan marhobas. Masyarakat yang di
Kecamatan Palipi memrlukan marhobasparhobas biasanya dari seluruh dongan sahuta teman sekampung baik kaum laki-laki maupun kaum perempuan untuk
mempersiapkan makanan dan perlengkapan lain pada waktu upacara adat.
Untuk mengumpulkan seluruh teman sekampung tersebut pihak istri atau suami yang mengarahkan untuk marhobas pada waktu upacara adatnya. Mereka
akan membagi-bagi pekerjaan tersebut denga cara, untuk kaum laki-laki akan memotong ternak pinahan kemudian dimasak dan untuk kaum perempuan akan
memasak nasi, menyuci piring. Kemudian setelah selesai dipersiapkan maka mereka akan kerja sama untuk memberikan makanan tersebut kepada seluruh
tamu atau undangan. Kegiatan marhobas akan terus dilakukan hingga upacara adat selesai.
Universitas Sumatera Utara
Proses marhobas biasanya dimulai sebelum upacara adat dilaksanakan esok harinya, mereka akan bekerja sama untuk memepersiapkan segala keperluan
dalam proses upacara adat yang mulai dari, memotong ternak, memasak nasi, menyiapkan tikar untuk tempat dududk para tamu atau undangan dan
mempersiapkan peralatan lainnya yang disedikan oleh orang yang melaksanakan upacara adat. Biasanya pembagian kerja sering dilakukan oleh pekerja marhobas
tersebut, untuk kaum laki-laki akan mengerjakan seperti memotong terngak kemudian memasak dangin ternak dan memilah-milah bagian-bagian ternak yang
dianggap penting dalam proses acara adat jambar, untuk kaum perempuan akan memasak nasi, air minum, dan mencuci piring. Kemudian setelah semuanya
sudah dipersiapkan, maka mereka akan bersama-sama untuk memberikan makanan yang mereka masak kepada seluruh tamu atau undangan yang hadir pada
upacara adat. Proses kegiatan marhobas akan terus dilakukan sebelum hingga sampai upcara adat selesai. Pada umumnya pada saat proses marhobas pihak yang
melaksanakan acara adat akan memberi rokok untuk laki-laki dan untuk perempuan akan diberi minuman sehingga mereka tetap semangat untuk
melekukan kegiatan marhobas. Struktur marhobas dalamupacara adat akan disusun oleh orang yang
melaksanakan acara adat dengan cara memilih salah satu warga yang dianggap mampu mengarahkan dan mengkordinir semua pekerjaan dalam proses marhobas
yang disebut sebagai ketua marhobas. Kemudian ketua marhobas memilih orang- orang yang dipercayainya untuk menangani setiap pekerjaan, seperti memilih
seksi peralatan orang yang bertanggung jawab untuk mengawasi seluruh peralatan yang digunakan pada waktu upacara adat, kemudian mengumpulakan
Universitas Sumatera Utara
dan melaporkan apabila ada barang yang digunakan pada waktu marhobas hilang atau rusak, kemudian memilih satu orang untuk bertanggung jawab di seksi
komsumsi orang yang dipilih untuk bertanggung jawab dibidang makanan, apabila beras habis atau kurang maka seksi komsumsilah yang meminta kepada
orang yang melasakana upacara adat agar beras ditambahkan.
komsumsi orang yang dipilih untuk bertanggung jawab dibidang makanan, apabila beras habis atau kurang maka seksi komsumsilah yang meminta kepada
orang yang melasakana upacara adat agar beras ditambahkan.
Contoh struktur marhobas:
Ketua marhobas
Seksi peralatan
Seksi komsumsi
Anggota marhobas
Universitas Sumatera Utara
4.3.2.2 Performansi Marsirumpa yang Dilakukan Secara Tolong-Menolong dalam Kegiatan manumpahi Memberi Sumbangan dalam Acara
Adat
Di Kecamatan Palipi manumpahi dilakukan dalam upacara adat dimulai dari mengumpulkan sejumlah uang. Manumpahi dalam proses upacara adat pada
masyarakat di Kecamatan Palipi yang pertama dilakukan ialah dimana pihak keluarga laki-laki terlebih dahulu mengumpulkan dongan tubu, boru, bere, dan
ibebere untuk melakukan kegiatan manumpahi kepada keluarga yang melaksanakan acara adat. setelah semua pihak tersebut sudah dikumpulkan maka
mereka akan bersama-sama untuk manumpahi dengan memberi sejumlah uang yang dimasukakan kedalam tempat yang sudah disediakan. Biasanya manumpahi
untuk saudara kandung sering disebut sebagai acara manggohi gajut sehingga uang di berikan oleh pihak-pihak tersebut dimasukkan kedalam bakul gajut
sehingga sumbangan atau uang yang diberikan keluarga dekat pihak laki-laki dimasukkan kedalam bakul gajut.
Proses manumpahi untuk keluarga dekat pihak laki-laki biasanya terlebih dahulu dilakukan pada malam hari, kemudian untuk seluruh undangan atau tamu
manumpahi dilakukan pada waktu upacara adat setelah selesai makan dengan cara memasukkan uang kedalam amplop dan disalamkan kepada orang yang
melaksanakan acara adat atau bisa juga diserahkan salah satu dari anggota keluarga yang ditunjuk untuk mengumpulkan uang dari orang yang manumpahi
pada proses upcara adat tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Struktur manumpahi pada upacara adat di Kecamatan palipi yang merupakan keluaga dari pihak laiki-laki. Seperti dongan tubu, boru, bere, ibebere dan seluruh
undangan pihak keluarga laki-laki akan masuk dalam kegiatan manumpahi. Contoh struktur manumpahi pada masyarakat di kecamatan palipi.
Nilai gotong-royong dalam kegiatan Manumpahi sangat bermanfaat bagi masyarakat ketika melaksanakan upacara adat sehingga dapat mengurangi beban
yang ditanggung oleh pihak yang melaksanakan upacara adat selain itu manumpahi dapat juga mencerminkan kerja sama yang baik antar seluruh pihak
keluarga agar acara tersebut dapat berjalan dengan lacar.
4.3.2.3 Performansi Marsirumpa yang Dilakukan Secara Tolong-Menolong pada Acara Adat dalam Kegiatan Mangulosi Memberikan Ulos atau Kain
Tradisional Batak
Di Kecamatan Palipi Mangulosi dalam upacara adat yang pertama dilakukan ialah memberikan ulos dalam upacara adat. Kegiatan mangulosi tersebut
pelaku acara
adat
Dongan tubu
Undangan
Bere ,ibebere
Boru
Universitas Sumatera Utara
masyarakat membutuhkan teman untuk memberikan ulos. Pada umumnya yang melakukan kegiatan mangulosi, pihak hula-hula yang membawa rombongannya
untuk memberikan ulos kepada pihak boru pada waktu upacara adat, baik acara adat kelahiran perkawinan dan acara adat kematian. Sebelum melakukan kegiatan
mangulosi pihak hula-hula terlebih dahulu memberitahukan manggokhon kepada seluruh pihak keluarganya bahwa saudara perempuannya akan
melaksanakan acara adat. kemudian setelah semua keluarga diberitahukan baik dongan tubu dan borunya, maka pada waktu acara adat seluruh keluarga yang dari
pihak hula-hula akan bersama-sama mangulosi pihak yang melaksanakan acara adat boru.
Proses mangulosi dilakukan oleh pihak laki-laki maupun pihak perempuan yang merupakan undangan dari pihak saudara perempuan dengan cara membawa
ulos kain tradisional Batak Toba kemudian diserahkan kepada pihak boru. Biasanya mangulosi dilakukan denga cara membukakan kain ulos kemudian
diletakkan di atas punggung yang menerima boru, kecuali pada proses acara adat perkawinan. proses mangulosi pada proses acara perkawinan biasanya pihak
yang memberikan ulos terlebih dahulu menari sambil membukakan ulos, kemudian diserahkan dengan cara meletakkan ulos diatas punggung orang yang
melaksanakan acara adat pihak boru. kegiatan mangulosi dilakukan agar pihak boru mendapatkan doa dan memperoleh banyak berkat karena pada umumnya
masyarakat Batak Toba bahwa hula-hul di sebut sebagai Debata na ni ida orang yang mampu meberi berkat kepihak boru. Selain itu memberi berkat kepihak
boru, kegiatan mangulosi dapat membantu pihak boru untuk mengurangi beban yang ditanggung kerena pada umumnya hula-hula memberikan ulos cukup
Universitas Sumatera Utara
banyak sehingga pihak borupun dapat mempergunakan ulos tersebut untuk keperluan-keperluan lain. Biasanya sebagian ulos yang diberikan pihak hula-hula
akan dijual untuk menutupi biaya-biaya yang belum di lunasi setelah acara adat selesai.
Struktur mangulosi dalam proses acara adat terdapat pada seluruh keluarga yang dari pihak perempuan akan bekerja sama untuk melakukan kegiatan
mangulosi dalam proses acara adat tersebut baik dongan tubu, boru, dan seluruh undangan dari pihak boru termasuk dalam struktur mangulosi. Kegiatan
mangulosi ini masih tetap dijalan di Kecamatan Palipi.
4.3.2.4 Performansi Marsirumpa yang Dilakukan Secara Tolong-Menong pada Acara adat dalam Kegiatan Mamboan Boras Sipir Ni Tondi
Kegiatan Membawa Beras
Kegiatan mamboan boras sipir ni tondi adalah kegiatan menerima beras dari tamu yang hadir terutama dari pihak hula-hula keluarga istri teman semarga,
dan juga ale-ale atau kerabat dekat. Pada saat membawa beras boras pihak hula-hula mengajak rombongannya untuk mamboan boras sipir ni tondi
kepada pihak boru pada waktu upacara adat. Mamboan boras sipir ni tondi pada waktu upacara adat dilakukan agar pihak boru yang melaksanakan
upacara adat memiliki jiwa yang kuat. Sebelum hula-hula melakukan kegiatan mamboan boras sipir ni tondi kepihak boru, hula-hula terlebih dahulu
menemui dongan tubu dan keluargga lainnya untuk memberitahukan bahwa saudara perempuannya akan melakukan acara adat pada hari yang sudah
ditentukan. Sesudah diberitahukan kepada dongan tubu dan borunya. Maka,
Universitas Sumatera Utara
pada hari yang sudah ditetapkan mereka akan bersama-sama mamboan boras yang diserahkan secara kepada orang yang melakukan acara adat.
Misalnya: jika saya menikah maka keluarga dara pihak saya, yang disebut dengan hula-hula akan secara keseluruhan membawa beras sipiri ni tondi baik
dongan tubu dan keluarga lainnya yang merupakan undangan dari pihak pihak hula-hula.
Peroses mamboan boras sipir ni tondi dilakukan pada waktu acara adat dengan membawa beras didalam bakul tandok. Untuk memberikan boras sipir ni
tondi dilakukan hula-hula dengan cara mengambil sedikit beras dari dalam bakul kemudian diletakkan diatas kepala boru untuk memberi berkat sehingga pihak
boru memilik jiwa yang kuat seperti beras untuk menjalani kehidupannya. Kemudian untuk beras yang tersisa didalam bakul tandok dimasukkan kedalam
karung untuk diserahkan kepihak boru. sehingga beras yang meraka berikan dapat digunakan untuk keperluan lain. Biasanya untuk mamboan boras sipir ni tondi
dilakukan oleh pihak perempuan atau istri dari hula-hula karena pada masyarakat Batak Toba bahwa laki-laki adalah raja sehingga tidak pantas untuk membawa-
bawa tandok pada waktu acara adat, akan tetapi untuk mamboan boras sipir ni tondi dilakukan dengan cara berbaris secara bersama-sama . Untuk melakukan
kegiatan proses mamboan boras sipir ni tondi pihak hula-hula tidak membatasi jumlah orang yang ikut dalam membawa beras tersebut, tetapi beras yang mereka
berikan biasanya sebanyak 2-3 liter dari masing-masing hula-hula. Selain untuk memberi berkat kepada pihak boru, pihak hula-hula juga ingin membantu pihak
boru sehingga beras yang mereka berikan dapat mengurangi dana untuk melaksanakan upacara adat.
Universitas Sumatera Utara
Struktur mamboan boras sipir ni tondi pada waktu acara adat disusun secara, bahwa seluruh pihak keluarga dari pihak perempuan seperti saudara laki-laki
perempuan hula-hula, dongan tubu hula-hula, dari hula-hula dan seluruh undangan dari pihak hula-hula akan masuk dalam struktur mamboan beras sipir
ni tondi pada waktu acara adat. Nilai gotong-royong mamboan boras sipir ni tondi sangat penting bagi
mayarakat terutama pihak hula-hula yang bekerja sama untuk membantu mengurangi beban yang ditanggung oleh pihak boru. selain itu mamboan boras
sipir ni tondi juga dapat memupuk kerja sama dalam hubungang kekeluargaan yang lebih baik. gotong-royong dalam kegiatan mamboan boras sipir ni tondi
masih tetep dilakukan hingga pada saat ini di Kecamatan Palipi dan dilihat pada waktu masyarakat melakukan upacara adat.
4.3.2.5 Performansi Marsirumpa yang Dilakukan Secara Tolong-Menolong dalam kegiatan Marria Raja atau Kegiatan Merencanakan Upacara
Adat Kematian Saur Sari Matua
Kegiata marria raja adalah kegiatan untuk merencanakan upacara adat kematian khususnya upacara adat kematian saur sari matua. Untuk
merencanakan upacara adat ini tentunya masyarakat memerlukan teman atau berbagai pihak didalamnya sehingga masyarakat dapat bertukar pikiran antara
yang satu dengan yang lain sehingga upacara adat dapat berjalan sesuai dengan keinganan yang diharapkan. Untuk mengumpulkan berbagai pihak tersebut pihak
boru yang mengupulkan pihak hula-hula, dongan tubu, dongan sahuta, raja adat
Universitas Sumatera Utara
untu mengajak melakukan marria raja. setelah seluruh pihak yang terlibat sudah berkumpal maka kegiatan marria raja akan dilakukan untuk merencanakan acara
adat kematian saur sari matua. Setelah seluruh pihak tersebut sudah berkumpul maka mereka membicarakan
atau merencanakan tentang upacara adat orang yang meninggal seperi, tata upacara adatnya, apakah akan dibuat acar besar atau cuman acara berdoa,
kemudian menentukan berapa hari datahan dirumah, dan membicarakan kapan upacara adatnya maralaman.
Proses marria raja dilakukan dengan cara bermusywarah untuk merencanakan proses acara adat kemtian saur sari matua. untuk merencanakan proses acara adat
mereka akan bersama-sama membicarakan tentang acara adat, apakah acara adat besar atau acara adat kecil, kemudian menetukan kapan acara adatnya
dilaksanakan andigan maralaman, kemudian menetukan juhut atau menentukan hewan apa yang akan disembelih. Proses marria raja dilakukan pada malam hari
1-2 hari sebelum pelaksanaan acara adat orang meninggal, yang dilakukan oleh pihak laki-laki dan perempuan.
Struktur marria raja raja pada waktu acara adat dilakukan oleh seluruh pihak keluarga dari pihak saudara laki-laki maupun saudara dari perempuan, yang
termasuk pihak dalihan natolu, donga sahuta, dan raja adat akan akan bekerja bersma-sama untuk menyelesaikan kegiatan marria raja. kegiatan ini masih tetap
dilaksanakan di Kecamatan palipi khususnya pada proses upacara adat kematian saur sari matua.
Universitas Sumatera Utara
4.3.2.6 Performansi Marsirumpa yang Dilakukan Secara Tolong-Menolong dalam Upacara Adat dalam Kegiatan Tonggo Raja pada Masyarakat
Batak Toba di Kecamatan Palipi.
Kegiatan Martonggo raja adalah kegiatan merencanakan upacara adat biasanya dilakukan khususnya upacara adat perkawinan. Di Kecamatan Palipi
untuk melakukan kegiatan martonggo raja dapat melibatkan berbagai pihak yang terlibat didalamnya seperti, pihak dalihan natolu, dongan sahuta, boru, bere,
ibebere untuk merencanakan acara adat. Untuk mengumpulkan berbagai pihak pihak orang yang akan melakukan acara adat yang terlebih dahulu mengunjungi
pihak-pihak warga untuk mengarakan melaksanakan martonggo raja. Pada umumnya kegiatan martonggo raja dilakukan oleh pihak laki-laki dan pihak
perempuan sebanyak 150 orang. Martonggo raja dilakukan suhut pihak yang melaksanakan acara adat untuk mengambil hati para dongan tubu, dongan sahuta,
boru, bere, ibebere sehingga mereka dapat bekerja sama untuk melakukan kegiatan acara adat yang akan dilakukan.
Proses martonggo raja dilakukan dilakukan dengan oleh pihak laki-laki dan pihak perempuan yang dilakukan dengan cara berkumpul dirumah pihak yang
melaksanakan acara adat untuk membicarakan kapan acara adat dilakukan, menentukan tempat, jumlah sinamot, kemudian menentukan kordinator marhobas.
Proses martonggo raja pada umumnya dilakukan siang hari sekitar jam 12-16 sore dimana sebelum melakukan tongg raja masyarakat yang di Kecamatan Palipi
terlebih dahulu memberi makan para tamu yang ikut dalam kegiatan martonggo raja. Kegiatan martonggo raja yang dilakukan setelah pihak yang melaksanakan
Universitas Sumatera Utara
acara adat memberi makan orang-orang yang datang dalam kegiatan martonggo raja yang dilaksanakan sekitar jam 11- 16 sore. Dalam kegiatan martonggo raja
masyarakat akan membicarakan bagaimana proses acara adat, menetukan tempat, tanggal, menentukan koordinator marhobas.
Kemudian setelah selesai dibicarakan secara keseluruhan dan sudah disepakati bersama maka pihak yang melaksanakan acara adat mengucapkan
banyak terimakasi sambil memberikan uang Rp 2000 sebagai pesan agar mereka yang terlibat dalam kegiatan martonggo raja tidak lupa hadir untuk melaksanakan
proses acara adat yang sudah mereka sepekati bersama yang disebut dengan ingot- ingot.
Struktur martonggo raja dibuat sesuai dengan unsur dalihan natolu yang ada pada masyarakat Batak Toba yang ada di Kecamatan Palipi. Selain unsur dalihan
natolu masyarakat juga akan menghadirkan dongan sahuta dan pihak ale-ale untuk melakukankegiatan martonggo raja. sehingga dapat kita lihat struktur
martonggo raja pada masyarakat batak toba di kecamatan palipi sebagai berikut. 1.
Suhut 4. boru
2. Hula-hula
5. Dongan sahuta 3.
Dongan tubu 6. Dan ale-ale
Nilai gotong-royong dalam kegiatan Martonggo raja dapat dilihat untuk menjalin kerja sama secara tolong-menolong sehingga masyarakat bekerja sama
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Martonggo raja untuk merencanakan acara adat perkawinan masih tetap dilakukan pada masyarakat Batak Toba di
Universitas Sumatera Utara
Kecamatan Palipi untuk sehingga pelaksanaan upacara adat tersebut dapat berjalan dengan baik.
4.3.2.7 Performansi Marsirumpa yang Dilakukan Secara Bergantian pada Upacara Adat dalam Kegiatan merjula-jula Memberi dan
Menerima
Di Kecamatan Palipi marjula-julaatau arisan dimulai dengan mengumpulkan sejumlah uang. Untuk melakukan marjula-julatersebut masyarakat membutuhkan
materi sehingga memerlukan teman untuk melakukan kegiatan tersebut. Masyarakat di Kecamatan Palipi melaksanakan marjula-jula dilakukan dengan
satu kumpulan marga yang berasal dari beberapa daerah. Untuk mengumpulkan satu marga ini pihak borumengajak teman 30 orang untuk ikut melakukan
marjula-jula arisan. Mengumpulkan uang dalam kegiatan marjula-julaarisan dilakukakan sesuai dengan anggapan dasar yang telah disepakati bersama.
Kemudian diserahkan ketika salah satu dari anggota marjula-jula malaksanakan upacara adat.
Proses marjula-jula mengumpulkan uang tersebut masyrakat melakukanya dengan cara beriyuran atau dilakukan pertemuan sekali dalam satu bulan di rumah
setiap anggota yang telah disepakati bersama, persekutuan marga tersebut lebih cenderung memilih hari minggu, karena mereka yakin bahwa pada hari minggu
adalah hari libur sehingga pekerja kantor, guru dan petani dapat menyediakan banyak waktu luang untuk bisa bertatap muka dengan anggota lainnya. Kegiatan
marjula-jula arisan dilakukan dengan mengumpulkan uang sekali dalam satu bulan dengan jumlah telah disepekati bersama yang biasanya jumlah uang yang
Universitas Sumatera Utara
mereka kumpulkan setiap melakukan pertemuan berkisar Rp 10.000 dan disimpan
oleh seorang yang mereka percayai.
Kemudian setelah ada salah satu dari persekutuan yang melakukan upacara adat, maka mereka akan bersama-sama datang untuk memberikan uang atau beras
terhadap orang yang melaksanakan acara adat tersebut. jumlah uang yang mereka berikan telah disepakati bersama biasanya Rp 300.000 atau beras 40 kg.
Disamping itu, sebelum uang diserahkan kepada pihak anggota yang melaksanakan acara adat mereka juga akan memberi ijin kepada setiap anggota
untuk meminjamkan uang jika angota mengalami kesusahan dan memberi batas
waktu 1 bulan untuk dikembalikan.
Struktur kegiatan marjula-jula pada proses acara adat dimulai dari memilih orang-orang yang dipercayai mampu membina, membing-bidang dan bertanggung
jawab terhadap bidang yang ditangani. Struktur marjula-jula arisan pada masyarakat Batak Toba di Kecamata Palipi.
Pembina
Ketua dan Wakil Ketua
Sekretaris Bendahara
Anggota
Universitas Sumatera Utara
4.3.2.8 Performansi Marsirumpa yang Dilkaukan Secara Bergantian pada Adat Kelahiran dalam Kegiatan Maranggap Kegiatan Menjagai
Perempuan yang Baru Melahirkan
Kegiatan aranggap adalah kegiatan untuk menjagai perempuan yang baru melahirkan. Untuk melakukan kegiatan maranggap pihak keluarga teman
sekampung yang terlebih dahulu datang menemui pihak perempuan yang melahirkan. Untuk itu yang pertama dilakukan untuk marranggap dimulai dari
teman sekampung dongan sahuta yang mengajak temanya untuk maranggap. Kemudian setelah sesama teman sekampung saling mengajak maka mereka akan
bersama-sama menjagain perempuan yang melahirkan yang disebut sebagai maranggap.
Proses maranggap pada masyarakat Batak Toba khususnya di kecamatan Palipi, dilakukan dengan cara menjagai perempuan yang baru melahirkan karena
perempuan yang baru melahirkan dianggap lemah dan masyarakat juga percaya akan roh-roh jahat yang ingin mengangu perempuan yang baru melahirkan
sehingga perempuan yang baru melahirkan perlu ditemani dan juga membantu menyiapkan keperluan perempuan dan bayi yang baru lahir. Kegiatan maranggap
dilakukan selama satu minggu yang dilaksanakan pada malam hari dimana setiap warga kampung akan datang secara bergantian kerumah perempuan yang
melahirkan sambil membawa keperluan masing-masing, karena orang-orang yang melakukan kegiatan maranggap biasanya akan tidur dirumah perempuan yang
baru melahirkan oleh karena itu masyarakat tidak ingin membebani pihak warga tersebut. Untuk melakukan kegiatan maranggap dilakukan oleh kaum laki-laki
Universitas Sumatera Utara
maupun kaum perempuan yang sudah menikah ataupun yang belum menikah tanpa ada batas dengan cara bergantian.
Selain untuk menjaga perempuan yang melahirkan pihak warga yang datang dalam kegiatan maranggap memiliki banyak waktu untuk bertatap muka satu
sama lain sehingga sering kita jumpai warga yang ikut dalam kegiatan maranggap melakukan kegiatan lain untuk menghidupkan suasana agar tetap ramai seperti,
main gitar, main catur dan main kartu. Pada umumnya warga yang melahirkan akan menyodorkan kopi dan gula untuk diminum para warga yang datang dalam
kegiatan maranggap sehingga mereka tidak mudah mengantuk. Kemudian Setelah terhitung tujuh hari tujuh malam maka pihak warga yang
melahirkan akan membuat acara makan bersama sebagai ucapan terimakasih kepada semua pihak yang rela memberi waktu selama tujuh malam untuk menjaga
istrinya yang baru melahirkan sekalian menutup kegiatan maranggap. Kegiatan maranggap dilakukan oleh kaum perempuan dan kaum laki-laki dengan
berjumlah 14 -20 orang yang berasal dari satu kampung.
Strukur maranggap pada masyarakat di Kecamatan Palipi, jika si A dan B tidur duluan maka si C dan D yang menemani perempuan yang melahirkan atau
jika kaum perempuan sudah tidur makan kaum laki-laki yang menemani perempuan yang melahirkan sambil main kartu,dan catur.
Universitas Sumatera Utara
4.4.3 Marsirumpa dalam Siklus Pekerjaan Umum