Jenis Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Teknik Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian

24 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua jenis metode yaitu survai deskriptif analitik.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juni-Desember 2014 di ruang rekam medis IDT Instalasi Diagnostik Terpadu dan Instalasi Rekam Medis RSUP HAM.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah pasien NAFLD di RSUP HAM pada tanggal 1 Januari 2011-30 Juni 2014. Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan penulis di Instalasi Rekam Medis, terdapat 65 orang pasien rawat inap dan 73 kali kunjungan pasien rawat jalan. Sedangkan, pada survei yang dilakukan di IDT berdasarkan gambaran USG, terdapat 28 orang pasien terhitung dari 10 Februari 2014-17 April 2014. Namun, hasil survei tersebut merupakan pasien yang didiagnosa fatty liver bukan NAFLD. Untuk mengetahui ada atau tidaknya penggunaan alkohol, maka perlu dilakukan observasi pada keseluruhan status pasien fatty liver.

4.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah jumlah total rekam medis pasien NAFLD di RSHAM terhitung pada Januari 2011 hingga Juni 2014. Universitas Sumatera Utara 25

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh berdasarkan informasi rekam medis pasien sesuai dengan batasan tahun tersebut.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data mulai pemasukan hingga analisa pada penelitian ini menggunakan SPSS. Data yang telah diolah akan ditampilkan dalam bentuk tabel, diagram pie, atau grafik. Universitas Sumatera Utara 26 BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Pengambilan data penelitian ini dilakukan di Instalasi Diagnostik Terpadu IDT dan Instalasi Rekam Medik IRM Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan RSUP HAM. Berdasarkan SK Menkes No. 335MenkesSKVIII1990, RSUP Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit tipe A dan menjadi sentra rujukan utama untuk wilayah Sumatera Utara dan sekitarnya yang terletak di Jalan Bunga Lau Nomor 17 Medan, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan, Medan, Sumatera Utara. 5.1.2. Deskripsi Karakteristik Pasien 5.1.2.1. Frekuensi NAFLD Distribusi Frekuensi Demografi Pasien Pada studi ini, total pasien yang memiliki gambaran fatty liver berdasarkan pencitraan USG di IDT RSUP HAM yaitu sebanyak 347 orang. Setelah dilakukan telaah rekam medis, total pasien yang memenuhi syarat sebagai pasien Non Alcoholic Fatty Liver Disease NAFLD berkurang menjadi 136 orang. Jumlah tersebut tidak hanya menjadi sampel total pada studi ini tetapi juga menggambarkan frekuensi NAFLD di lokasi dan tahun terkait. Jika ditinjau dari segi demografi, studi ini juga melaporkan distribusi frekuensi berdasarkan tiga jenis variabel yaitu jenis kelamin, usia, dan suku pasien yang seluruhnya tercantum dalam tabel 5.1. Selain itu, tabel tersebut juga melaporkan distribusi frekuensi pasien berdasarkan tahun kejadian mulai dari tahun 2011 hingga tahun 2014. Universitas Sumatera Utara 27 Tabel 5.1. Frekuensi NAFLD Distribusi Frekuensi Demografi Pasien Frekuensi dan Demografi Pasien Variabel N 136 Frekuensi 2011 2012 2013 2014 17 26 63 30 12.5 19.1 46.3 22.1 Jenis Kelamin Pria 54 39.7 60.3 Wanita 82 Usia 20-30 4 2.9 31-40 22 16.2 41-50 34 25 51-60 50 36.8 60 26 19.1 Suku Aceh 10 7.4 Batak 63 46.3 Jawa 11 8.1 Karo 24 17.6 Manado 1 0.7 Melayu 1 0.7 Nias 4 2.9 Padang Tidak diketahui 1 0.7 21 15.4 Pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi NAFLD pada tahun 2011 yaitu sebanyak 17 orang dengan persentase sekitar 12.5. Dua tahun berikutnya, kasus meningkat menjadi 26 orang 29.1 dan 63 orang 46.3. Di tahun terakhir, terdapat kasus sebanyak 30 orang dengan persentase 22.1. Jika ditinjau dari segi jenis kelamin, kasus NAFLD didominasi oleh wanita dengan total 82 orang 60.3. Sedangkan pada pria, kasus yang ditemukan sebanyak 54 orang dengan persentase sebesar 39.7. Usia minimum dan maksimum terdeteksinya penyakit ini yaitu pada 22 tahun dan 77 tahun dengan nilai tengah pada 52 tahun. Selain itu, usia 51-60 tahun merupakan kelompok tersering ditemukannya penyakit ini. Total pasien yang termasuk dalam kelompok ini berjumlah 50 orang dengan persentase sebesar 36.8. Selanjutnya, urutan tersering kedua ditemukan pada usia 41-50 tahun Universitas Sumatera Utara 28 dengan jumlah 34 orang. Total persentase pada kelompok kedua ini yaitu sebesar 25. Lalu, urutan ketiga berada pada kelompok usia diatas 60 tahun dengan jumlah 26 orang. Persentase pada kelompok ini yaitu sebesar 19.1. Urutan berikutnya berada pada kelompok usia 31-40 tahun. Kemudian, diikuti oleh kelompok 20-30 tahun sebagai urutan terakhir. Jumlah pasien yang berada pada kelompok 31-40 tahun yaitu 22 orang dengan persentase sebesar 16.2. Sedangkan, pada kelompok usia 20-30 tahun berjumlah 4 orang dengan persentase 2.9. Ternyata, penyakit ini dominan terjadi pada suku Batak dengan jumlah sebanyak 63 orang. Persentase yang ditemukan pada suku ini yaitu sekitar 46.3. Selanjutnya, suku Karo berada posisi terbanyak kedua dengan persentase sekitar 17.6 dengan jumlah sebanyak 24 orang. Selain itu, pasien sebanyak 11 orang ditemukan pada suku Jawa dengan persentase 8.1. Kemudian, disusul dengan suku Aceh dengan jumlah sebanyak 10 orang 7.4. Pada posisi terbawah, ditempati oleh suku Manado, Melayu dan Padang yang masing-masing berjumlah 1 orang dengan persentase sebesar 0.7. Sebelumnya, suku Nias memiliki pasien lebih banyak yaitu 4 orang dengan persentase sebesar 2.9. Dari segi suku, studi ini masih belum dapat memberikan gambaran distribusi secara sempurna karena masih ada 21 orang pasien 15.4 yang status sukunya belum dapat diidentifikasi. Hal ini disebabkan karena data tersebut tidak tercantum di dalam data pribadi rekam medis pasien yang bersangkutan. Sehingga, banyaknya pasien yang dapat diketahui sukunya hanya berjumlah 115 orang. Universitas Sumatera Utara 29

5.1.2.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Komponen Sindrom Metabolik

Grafik 5.1. Distribusi Frekuensi Pasien Berdasarkan Komponen Sindrom Metabolik Berdasarkan grafik 5.1, dapat diketahui bahwa masing-masing komponen sindrom metabolik lebih sering terjadi pada wanita. Dari kelima Namun, perlu diketahui bahwa diagram hijau menggambarkan akumulasi kejadian pria dan wanita yang diperoleh dari 136 sampel untuk setiap masing-masing komponen. Komponen pertama yaitu obesitas. Dari 136 sampel, jumlah total pasien yang mengalami obesitas yaitu 53 orang 39 yang terdiri dari 32 orang wanita dan 21 orang pria. Sedangkan, 5 orang lainnya termasuk dalam kategori berat badan berlebih overweight dan sisanya digolongkan ke dalam berat badan normal 78 orang. Komponen kedua yaitu penurunan kadar HDL. Sama halnya dengan obesitas, pasien yang memiliki HDL dibawah normal justru lebih sedikit dibandingkan dengan pasien yang memiliki HDL normal atau tinggi. Dari total sampel yang diperoleh, jumlah pasien dengan penurunan kadar HDL yaitu 21 19 9 19 31 32 32 21 24 57 53 51 30 43 88 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Obesitas HDL rendah TG tinggi DM2 Hipertensi Pria Wanita Total Universitas Sumatera Utara 30 sebanyak 51 orang 37.5 yang terdiri 32 orang wanita dan 19 orang pria. Sedangkan, 85 orang lainnya tidak didapati mengalami penurunan kadar HDL. Komponen ketiga yaitu peningkatan kadar TG. Pada komponen ini, jumlah pasien yang diperoleh yaitu 30 orang 22.1. Hasil tersebut terdiri dari 21 orang wanita dan 9 orang pria. Sisa sampel sebanyak 106 orang lainnya ditemukan dalam kondisi kadar TG normal. Komponen keempat yaitu riwayat diabetes mellitus tipe 2 DM2. Pada komponen ini, hasil yang diharapkan juga tidak sesuai dengan teori yang ada. Total pasien yang mengalami atau dalam kondisi pengobatan DM hanya 43 orang 31.6 yang terdiri dari 24 orang wanita dan 19 orang pria. Sedangkan, 93 orang lainnya tidak menderita kelainan tersebut. Komponen terakhir yaitu hipertensi. Tidak seperti keempat komponen lainnya, pasien yang mengalami hipertensi jauh lebih banyak dibandingkan dengan pasien yang normotensi. Dari total 136 pasien, banyaknya pasien yang mengalami hipertensi yaitu 88 orang 64.7 yang terdiri dari 57 orang wanita dan 31 orang pria. Sedangkan, 48 orang lainnya termasuk kategori normotensi. Dari hasil tersebut, dapat diketahui bahwa perbandingan antara pasien hipertensi dengan normotensi yaitu sekitar 1: 1.8. Dari kelima komponen tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hipertensi merupakan faktor dominan terhadap kejadian NAFLD di RSUP HAM selama periode 2011-2014. Meskipun begitu, data pada grafik 5.4 ini tidak bisa dijadikan patokan mutlak karena data yang tercantum di dalam grafik tersebut merupakan data yang melaporkan komponen sindrom metabolik sebagai faktor risiko tunggal. Padahal, beberapa pasien NAFLD pada studi ini ada yang memiliki lebih dari 1 komponen sindrom metabolik. Keterlibatan beberapa komponen ini merupakan syarat yang diperlukan untuk menyimpulkan bahwa seseorang memiliki gangguan metabolik atau tidak. Universitas Sumatera Utara 31

5.1.2.5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Sindrom Metabolik

Grafik 5.2. Distribusi Frekuensi Pasien Berdasarkan Status Sindrom Metabolik Pada grafik 5.2, komponen obesitas 53 orang dianalisa berdasarkan kombinasi terhadap keempat komponen lainnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui jumlah pasien yang memiliki gangguan metabolik sindrom metabolik. Dari grafik tersebut, dapat diketahui bahwa pasien yang mengalami obesitas tanpa disertai adanya gangguan komponen lain ditemukan hanya 1 orang dengan persentase sekitar 0.7. Selanjutnya, pasien sebanyak 12 orang 8.8 mengalami obesitas beserta gangguan pada 1 buah komponen. Jumlah yang sama juga ditemukan pada pasien yang mengalami obesitas beserta gangguan 3 buah komponen. Lalu, pasien sejumlah 13 orang berada pada kelompok obesitas yang disertai gangguan 2 buah komponen dengan persentase sekitar 9.6. Hasil terbanyak ditemukan pada kelompok obesitas beserta gangguan pada 4 buah komponen yaitu 15 orang dengan persentase sekitar 11. Dari hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sebanyak 40 orang pasien NAFLD pada studi ini mengalami gangguan metabolik dengan persentase sekitar 75.4. 0.7 8.8 9.6 8.8 11 2 4 6 8 10 12 14 16 Hanya Obesitas Obesitas + 1 Faktor Risiko Obesitas + 2 Faktor Risiko Obesitas + 3 Faktor Risiko Obesitas + 4 Faktor Risiko Universitas Sumatera Utara 32

5.1.2.6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kadar Enzim Hati

Grafik 5.3. Distribusi Frekuensi Pasien Berdasarkan Kadar Enzim Hati Grafik 5.3 menggambarkan mengenai distribusi frekuensi pasien NAFLD berdasarkan kadar enzim hati. Pada studi ini, distribusi enzim tersebut terbagi dalam empat kelompok yaitu peningkatan SGOT, peningkatan SGPT, peningkatan pada keduanya SGOT SGPT, dan tidak ditemukan adanya peningkatan normal. Dari grafik tersebut, jelas terlihat bahwa distribusi ini didominasi oleh kelompok terakhir yaitu pasien yang tidak mengalami peningkatan kadar enzim hati. Jumlah pasien pada kelompok ini ditemukan sebanyak 92 orang dengan persentase sekitar 67.6. Sedangkan, 44 orang 32.3 lainnya mengalami peningkatan kadar enzim. Dari jumlah tersebut, pasien sebanyak 8 orang dengan persentase sekitar 5.9 ditemukan mengalami peningkatan pada SGOT saja. Lalu, 9 orang 6.6 lainnya hanya mengalami peningkatan pada kadar SGPT. Sedangkan, pasien sejumlah 27 orang lagi ditemukan mengalami peningkatan pada nilai kedua enzim tersebut SGOT SGPT dengan persentase kejadian sekitar 19.9. 5.9 8 6.6 9 19.9 27 67.6 92 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 SGOT meningkat SGPT meningkat SGOT SGPT meningkat Normal Fungsi Hati Universitas Sumatera Utara 33

5.1.2.7. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penyakit Penyerta

Grafik 5.4. Distribusi Frekuensi Pasien Berdasarkan Penyakit Penyerta Grafik 5.4 menggambarkan distribusi penyakit penyerta selain sindrom metabolik yang dimiliki oleh pasien NAFLD. Dalam hal ini, penyakit penyerta terbagi dalam dua kelompok yaitu penyakit yang ditemukan berdasarkan diagnosa dokter dan penyakit yang ditemukan berdasarkan pemeriksaan USG berupa kelainan organ. Pada kelompok pertama, penyakit yang paling sering ditemukan yaitu dyspepsia. Dari 136 sampel, jumlah pasien yang mengalami penyakit ini yaitu 68 orang dengan persentase sebesar 50. Jumlah yang sama juga ditemukan pada pasien yang tidak mengalami dyspepsia. Sehingga, kelompok ini memiliki perbandingan yang seimbang antara penderita dyspepsia maupun yang tidak. Pada kelompok kedua, kelainan yang didapat melalui USG terdiri dari gangguan pada sistem genitourinaria, gastrointestinal, respirasi, kardiovaskular, massa pada abdomen, dan kombinasi antara sistem-sistem tersebut. Pada sistem genitourinaria, sebanyak 11 pasien 8.1 ditemukan memiliki kelainan pada sistem ini. Jumlah tersebut terbagi sebanyak 7 orang 5.1 pada pasien yang mengalami dyspepsia dan sisanya ditemukan pada 5.1 2.9 8.8 11 2.2 0.7 0.7 1.5 2.9 0.7 2 4 6 8 10 12 14 16 Dyspepsia n = 68 Tidak Dyspepsia n = 68 Genitourinaria Gastrointestinal Respirasi Kardiovaskular Kombinasi Massa Abdomen Universitas Sumatera Utara 34 pasien yang tidak mengalami dyspepsia 2.9. Kelainan yang ditemukan pada sistem ini meliputi nephrolithiasis bilateral maupun unilateral, hydronephrosis bilateral maupun unilateral, nephropathy, dan kista ginjal bilateral maupun unilateral. Pada sistem gastrointestinal, total pasien yang mengalami kelainan ditemukan sebanyak 27 orang 19.9. Jumlah tersebut terbagi sebanyak 12 orang 8.8 pada pasien dyspepsia dan 15 orang 11 pada pasien non dyspepsia. Kelainan yang termasuk dalam sistem ini meliputi cholelithiasis, cholecystitis, gabungan cholelithiasis dan cholecystitis, splenomegali, hepatomegali, hepatosplenomegali non focal lesion, polip gallbladder, liver congestive, Ascites, hepatocellular carcinoma, liver abscess, dan liver cyst. Pada sistem respirasi, pasien sebanyak 4 orang 2.9 ditemukan memiliki kelainan berupa efusi pleura baik bilateral maupun unilateral. Distribusi pasien berdasarkan kelainan sistem ini yaitu sebanyak 3 orang 2.2 pada penderita dyspepsia dan 1 orang 0.7 pada penderita non dyspepsia. Pada sistem kardiovaskular, jumlah pasien yang ditemukan hanya 1 orang dengan persentase sekitar 0.7. Kelainan yang ditemukan berupa pembesaran jantung cardiomegaly dan pasien tersebut juga mengalami dyspepsia. Selanjutnya, pasien sebanyak 6 orang 4.4 ditemukan memiliki kelainan pada gabungan keempat sistem tersebut. Distribusi pasien berdasarkan kondisi ini yaitu 2 orang 1.5 pada penderita dyspepsia dan 4 orang 2.9 pada penderita non dyspepsia. Kelainan berupa massa pada abdomen ditemukan hanya pada 1 orang pasien kelompok non dyspepsia dengan persentase sekitar 0.7. Berdasarkan hasil tersebut, maka jumlah pasien yang memiliki kelainan organ berdasarkan pencitraan USG yaitu 50 orang 36.8. Sedangkan, 86 orang 63.2 lainnya hanya memiliki gambaran berupa fatty liver saja.

5.2. Pembahasan