40
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Frekuensi NAFLD selama 2011-2014 di RSUP HAM cenderung
mengalami peningkatan dari tahun 2011-2014 dengan frekuensi tertinggi terjadi pada tahun 2013 46.3.
2. Dari segi demografi, faktor risiko yang mempengaruhi frekuensi penyakit
ini yaitu wanita 60.3 dengan perbandingan 1.5 kali, usia lanjut 36.8 dan suku. Dalam studi ini, suku Batak 46.3 merupakan suku yang
paling sering mengalami penyakit ini. Sedangkan, orang Asia dilaporkan sebagai penyumbang insidensi terbesar terhadap penyakit ini.
3. Dari komponen sindrom metabolik, hipertensi 64.7 merupakan faktor
risiko tunggal yang paling sering terjadi. Selanjutnya, diikuti dengan obesitas 39, penurunan kadar HDL 37.5, diabetes mellitus tipe 2
31.6, dan peningkatan kadar TG 22.1. Semua komponen tersebut didominasi oleh wanita.
4. Sindrom metabolik gangguan pada tiga komponen atau lebih merupakan
faktor risiko yang memiliki peranan besar pada studi ini yaitu 40 orang 75.4.
5. Studi ini melaporkan sebanyak 92 orang 67.6 pasien tidak mengalami
peningkatan kadar enzim SGOT maupun SGPT. Sehingga, kadar enzim tersebut tidak dapat dijadikan faktor risiko atau penanda terhadap
terjadinya penyakit ini. 6.
Dyspepsia 50 dan gangguan pada sistem gastrointestinal 19.9 merupakan penyakit non metabolik terbanyak yang ditemukan pada studi
ini. Kedua penyakit tersebut juga dapat dikategorikan sebagai faktor risiko NAFLD berdasarkan kajian teori pada studi-studi sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
41
6.2. Saran
1. Untuk menurunkan kejadian penyakit ini, maka perbaikan gaya hidup
merupakan faktor yang sangat penting sebagai pencegahan primer. 2.
Pemantauan USG dapat dilakukan secara berkala pada pasien yang sering mengalami nyeri pada regio atas perut dan pasien yang memiliki
dyspepsia. 3.
Hasil pada studi ini dapat memberikan gambaran mengenai distribusi dari penyakit tersebut sehingga pengobatan dapat diberikan berdasarkan faktor
risiko yang dimiliki pasien.
Universitas Sumatera Utara
5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian NAFLD