Balok dengan Panjang Tak Terhingga Infinite Beam

51

3.4 Balok dengan Panjang Tak Terhingga Infinite Beam

3.4.1 Balok dengan Panjang Tak Terhingga yang Terbebani Secara Terpusat Gambar 3.11 Balok panjang tak terhingga dibebani beban terpusat dan momen titik Hetenyi, 1974 Balok dengan panjang tak terhingga infinite beam adalah balok dengan pengaruh beban pada salah satu ujung sudah tidak berpengaruh pada ujung lainnya, dapat diasumsikan bahwa kedua ujung terletak berjauhan infinite beam. Untuk kondisi pelat dengan pembebanan yang terpusat P seperti terlihat pada gambar 3.11 persamaan lendutan y balok, rotasi , momen M dan gaya lintang Q dengan kondisi panjang pelat yang tak terhingga dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : x A k P y   2  3.13a x B k P dx dy    2    3.13b 52 λx C λ P M dx y d EI 4 2 2    3.13c x D P Q dx y d EI  2 3 3     3.13d Untuk kondisi pelat dengan pembebanan momen yang terpusat M seperti terlihat pada gambar 3.11 persamaan lendutan y balok, rotasi , momen M dan gaya lintang Q dengan kondisi panjang pelat yang tak terhingga dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : x o B k M y   2  3.14a x o C k M    3  3.14b x o D M M  2  3.14c x o A M Q   2   3.14d dengan: sin cos x x e A x x        3.15a x e B x x    sin   3.15b sin cos x x e C x x        3.15c x e D x x    cos   3.15d 53 3.4.2 Balok dengan Panjang Tak Terhingga yang Terbebani Secara Merata Untuk balok yang terbebani secara merata dapat dibagi dalam 3 kondisi titik tinjauan yang akan dihitung reaksinya. Kondisi tersebut antara lain titik tinjauan C berada dibawah beban merata, titik tinjauan C berada dikiri beban merata, dan titik tnjauan C berada di kanan beban merata. Kondisi tersebut seperti ditunjukkan pada gambar 3.12 berikut ini. a b dx x b dx x a a b dx x A B C A A B B C C q q q a b c Gambar 3.12 Titik tinjau gaya dalam pada balok panjang tak terhingga dengan beban merata Hetenyi, 1974 Untuk kondisi pelat dengan pembebanan merata dengan titik tinjauan berada dibawah beban merata q seperti terlihat pada gambar 3.12apersamaan lendutan y balok, rotasi , momen M dan gaya lintang Q dengan kondisi panjang pelat yang tak terhingga dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :   b a c D D k q y      2 2 3.16a   b a c A A k q       2 3.16b 54   b a c B B q M      2 4 3.16c   b a c C C q Q      4 3.16d Untuk kondisi pelat dengan pembebanan merata dengan titik tinjauan berada di kiri beban merata q seperti terlihat pada gambar 3.12b persamaan lendutan y balok, rotasi , momen M dan gaya lintang Q dengan kondisi panjang pelat yang tak terhingga dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :   b a c D D k q y     2 3.17a   b a c A A k q       2 3.17b   b a c B B q M       2 4 3.17c   b a c C C q Q      4 3.17d Untuk kondisi pelat dengan pembebanan merata dengan titik tinjauan berada di kanan beban merata q seperti terlihat pada gambar 3.12c persamaan lendutan y balok, rotasi , momen M dan gaya lintang Q dengan kondisi panjang pelat yang tak terhingga dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :   b a c D D k q y      2 3.18a   b a c A A k q       2 3.18b   b a c B B q M      2 4 3.18c   b a c C C q Q      4 3.18d 55 3.5Balok dengan Panjang Terhingga Finite Beam Balok dengan panjang terhingga adalah balok akibat beban yang bekerja pada salah satu ujung akan mempengaruhi ujung yang lainnya. Balok mempunyai panjang yang terhingga finite. Gambar 3.13 Mekanisme pemberian gaya dan momen ujung Hetenyi, 1974 Pada balok dengan panjang terhingga, harus memenuhi persamaan diferensial garis elastic dan kondisi ujungnya boundary condition. Persamaan untuk menentukan lendutan pada balok dengan panjang terhingga diturunkan dari persamaan lendutan dengan panjang tak terhingga dengan mengkondisikan pelat dengan panjang terhingga seperti pelat dengan panjang tak terhingga yaitu dengan memberikan gaya P OA dan P OB dan momen M OA dan M OB pada ujung pelat, agar pengaruh momen dan gaya lintang pada ujung pelat dengan panjang terhingga seperti pelat dengan panjang tak terhingga. Ilustrasi pemberian gaya dan momen M B Q P P OA P OB M OB M OA A A B B A B P q q q l l M A Q P l 56 ujung pada balok tak terhingga untuk menjadikan balok terhingga seperti pada Gambar 3.6. Persamaan –persamaan yang digunakan adalah, 2 2 4 4      l OB OA l OB OA A D M M C P P M     3.19a 2 2 2 2      l OB OA OB OA A A M M l D P P Q     3.19b 2 2 4 4      OB l OA OB l OA B M D M P C P M     3.19c 2 2 2 2      l OB OA OB OA B A M M l D P P Q     3.19d Untuk memecahkan keempat sistem persamaan diatas maka harus dicari nilai nilai M A , M B , P OA , P OB , M OA , M OB , Q A , dan Q B yaitu : x B A D Mo M M  2    3.20a x B A A Mo Q Q   2    3.20b 2 1 B A A M M M   3.20c 2 1 B A A Q Q Q   3.20d 2 1 B A A M M M   3.20e 2 1 B A A Q Q Q   3.20f O O OA P P P   3.20g O O OA M M M   3.20h O O OB P P P   3.20i 57 O O OB M M M   3.20j ] 1 1 [ 4 l A l A I O A M D Q E P        3.20k ] 1 1 [ 4 l A l A II O A M D Q E P        3.20l ] 1 2 1 [ 2 l A l A I O D M C Q E M          3.20m ] 1 2 1 [ 2 l A l A II O D M C Q E M          3.20n 1 1 1 1 2 1 l l l l I C A D D E           3.20o 1 1 1 1 2 1 l l l l II C A D D E           3.20p sin cos l l e A l l        3.20q l e B l l    sin   3.20r sin cos l l e C l l        3.20s l e D l l    cos   3.20t 58 a b Gambar 3.14a.Grafik untuk menentukan nilai A χ , B χ , C χ , dan D χ b. Grafik E I , E II , F I , dan F II Hetenyi, 1974 Untuk mempermudah perhitungan, Hetenyi, 1974 memberikan nilai A x , B x , C x , D x , E I , dan E II dalam bentuk grafik dan tabel dalam fungsi x jarak.Grafik fungsi A x , B x , C x , D x , E I dan E II dapat dilihat seperti dalam Gambar 3.12. Gambar 3.15 Balok terhingga yang dibebani beban titik pada jarak tertentu P A B a b l x y 59 Pada pelat panjang terhingga dengan kondisi beban tertentu, Hetenyi memberikan penyelesaian umum general solution, seperti beban titik yang terletak pada jarak tertentu pada balok untuk menentukan lendutan, gaya lintang, momen, dan rotasi, Gambar 3.13 yaitu :                                       b a b a l b a b a l x x x x b a l b a l x x l l k P y                          sin cosh cos sinh sin sin cos cosh sin sinh cos sinh sin cosh cos cosh sin cosh cos sinh cos cosh 2 sin sinh 1 2 2 3.21a                                 b a l b a l x x x x b a b a l b a b a x x l l k P                           cos cosh sin cosh cos sinh cos sinh sin cosh sin cosh cos sinh sin sinh cos cosh sin sinh cos cosh sin sinh 1 2 2 2 2 3.21b                                 sin cosh cos sinh sin sinh cos cosh sin sinh cos sinh sin cosh cos cosh sin cosh cos sinh sin sinh 2 sin sinh 1 2 2 2 b a b a l b a b a l x x x x b a l b a l x x l l P M                          3.21c                             sin cosh cos sinh sin sinh cos cosh sin sinh sin sinh cos cosh sin cosh cos sinh cos sinh sin cosh sin sinh 1 2 2 b a b a l b a b a l x x b a l b a l x x x x l l P V                         3.21d 60

3.6 Pelat pada Pondasi Elastis