Perencanaan Pile Cap Dengan Metode Konvensional

31 Macam tanah n h [lbin 3 ] Referensi Lempung normally consolidated Lempung normally consolidated organik Gambut Loess 0,6-12,7 1,0-2,0 0,4-1,0 0,4-3,0 0,2 0,1-0,4 29-40 Reese and Matlock, 1956 Davidson and Prakash, 1963 Peck and Davidson, 1962 Davidson, 1970 Davidson, 1970 Wilson and Hilts, 1967 Bowles, 1968 Tabel 2.7 Nilai n h untuk tanah kohesif Poulus dan Davis, 1980

2.8 Perencanaan Pile Cap Dengan Metode Konvensional

2.8.1 Pemilihan Dimensi Pile cap Dalam perencanaan pile cap dengan metode konvensional pelat pile cap dianggap sebagai sebuah pelat dengan penulangan dua arah yang berada diatas tiang. Dengan demikian terlebih dahulu kita menentukan dimensi pile capnya dengan menghitung jumlah tiang yang dibutuhkan untuk memikul beban kolom maka kita akan mengetahui panjang dan lebar pile cap yang dibutuhkan,yaitu dengan rumus: pile kolom P P FS n   2.31 Dari jumlah tiang yang dibutuhkan untuk memikul pile cap akan diketahui bentuk pile cap yang akan digunakan. Beberapa bentuk pile cap dari group pile dapat kita lihat seperti pada gambar 2.5. 32 s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s 3 tiang 4 tiang 5 tiang 6 tiang 9 tiang 8 tiang 7 tiang 10 tiang 11 tiang 12 tiang a susnan tiang satu lapis untuk dinding susunan tiang dua lapis untuk dinding susuna tiang tiga lapis untuk dinding b Gambar 2.4 Beberapa jenis susunan umum group pile a pile cap yang memikul kolom dan b pile cap yang memikul dinding.   . 5 . 3 d s s  2.32 Untuk pembebanan eksentris pada pile cap beban yang diterima oleh masing- masing tiang tidaklah sama dan dapat dihitung sebagai berikut: U x y pile Q y y M x x M n N P       2 2 2.33 Untuk menghitung tebal dari pile cap dapat kita hitung dengan menurunkan persamaan ketegaran lentur pile cap D.   2 3 1 12     h E D 2.34 33 Dengan memasukkan nilai: M x D     2 2  2.35 maka akan diperoleh tebal pile cap h. Dimana besarnya momen yang terjadi dihitung berdasarkan analisa pelat pelat pada pondasi elastis yang akan dibahas pada bab selanjutnya atau berdasarkan perhitungan momen perlawanan tekanan tanah dasar. 2.8.2 Desain Terhadap Geser Satu Arah Dari tebal pile cap h yang diperoleh dihitung nilai d yang merupakan tebal efektif untuk menentukan bidang geser kritis pada pile cap. Besarnya nilai d sesuai dengan SNI 03-2847-2002 adalah sebesar d=h – 75 dalam mm. Gambar 2.5 Bidang geser satu arah pile cap Bidang geser kritis ini diukur dari sisi terluar kolom sejauh d2 seperti ditunjukkan oleh gambar 2.6 diatas. Setelah diketahui daerah geser kritis yang terjadi pada pile cap maka besarnya beban geser yang terjadi di bidang geser kritis dapat dihitung dengan 3 ketentuan yang berbeda seperti yang diuraikan berikut ini. 34 Gambar 2.6 Reaksi beban efektif tiang yang diperhitungkan sebagai beban geser pada daerah kritis Case a reaksi beban efektif tiang dianggap 100 sebagai beban geser pada bidang kritis. Karena pada kondisi ini daerah kritis terjadi seluruhnya diatas pile maka reaksi yang terjadi pada pile seluruhnya dianggap sebagai beban geser ditambah berat sendiri pile cap di daerah kritis. kritis daerah di cap pile sendiri berat P Q pile U   2.36a Case b reaksi beban efektif tiang dianggap 0 sebagai beban geser pada bidang kritis. Karena pada kondisi ini daerah kritis tidak terjadi sedikitpun diatas tiang pancang sehingga besarnya beban geser yang terjadi pada bidang geser sama dengan berat sendiri pilecap pada daerah kritis. kritis daerah di cap pile sendiri berat Q U  2.36b Case c reaksi beban efektif tiang antara 0 - 100 sebagai beban geser pada bidang kritis. Besarnya nilai beban geser merupakan hasil reduksi reaksi beban efektif tiang ditambah berat sendiri pile cap pada daerah kritis. 35 kritis daerah di cap pile sendiri berat P Q reduksi U   2.36c Dari beban geser yang didapat pada persamaan 2.34 diatas dapat kita hitung nilai geser nominal satu arah yang besarnya: 8 , u n Q Q  2.37 Nilai nominal geser tersebut tidak boleh lebih besar dari geser izin beton pada kondisi geser satu arah menurut SNI 03-2847-2002 atau jika melebihi geser izin beton harus menambahkan tulangan pada bidang geser yang direncanakan sebelumnya. s c n V V Q   2.38 2.8.3 Desain Terhadap Geser Pons Punching Shear Untuk menghitung beban geser pons terlebih dahulu kita tentukan daerah kritis pada pile cap seperti pada gambar 2.8 berikut ini. Gambar 2.7 Bidang geser dua arah pile cap Dari gambar 2.8 diatas dapat kita hitung luasan permukaan bidang geser pons dimana dimensi dari permukaan bidang pons adalah sebagai berikut: 36   1 1 2 1 1 1 2 b a U d c b d c a       2.39 Besarnya beban geser pons pada pile cap adalah sebesar: tereduksi tiang beban pons geser bidang pada cap pile s b kolom berban Q up    . . 2.40 Besarnya geser nominal yang terjadi pada bidang geser pons adalah sebesar: 8 , up up n Q Q   2.41 dan nilainya tidak boleh lebih besar dari geser izin beton pada bidang geser pons yang nilainya adalah terkecil dari ketiga persamaan 2.40 berikut ini. c c c c A f V 6 2 1         c c s c A f b d V 12 2         c c c A f V 3   2.42 atau menurut SNI 03-2847-2002 jika melebihi geser izin beton harus menambahkan tulangan geser dengan memenuhi persamaan: s c up n V V Q    2.43 Untuk tulangan geser diatur lebih lanjut dalam SNI 03-2847-2002. 2.8.4 Desain Terhadap Lentur Untuk desain tulangan lentur pada kasus ini momen lentur yang digunakan untuk mendisain tulangan adalah berdasarkan momen lentur maksimum dari perhitungan analisis pelat pada pondasi elastis yang akan dibahas pada bab selanjutnya. 37 Luasan tulangan untuk desain lentur dapat dihitung dengan persamaan: d b A s     2.44 dimana rasio penulangan  diperoleh dari persamaan 2.45 berikut.          c n y c f R f f 36 , 2 1 1 85 ,  2 bd M R u n  2.45 Berdasarkan peraturan SNI 03-2847-2002 rasio penulangan tidak boleh kurang dari: y f 4 , 1 min   2.46 dan tidak boleh lebih dari: b makx   75 ,    y y c b f f f      600 600 85 ,   2.47 dimana: Q u = geser satu arah terfaktor Q n = geser satu arah nominal Q up = geser ponds terfaktor Q n-up = geser ponds nominal V c = geser izin beton V s = geser izin tulangan A c = luas bidang geser beton A s = luas tulangan geser ρ = rasio tulangan 38 f c ’, f y = mutu bahan 1 = faktor keamanan = 0,85 untuk f c ’ ≤ 30 Mpa, berkurang 0,05 tiap kenaikan 7 MPa dan tidak kurang dari 0,65

2.9 Modulus Elastisitas Beton