kerja keras, dan masih banyak lagi, akan mendukung terbentuknya sumberdaya manusiayang mampu mengelola usaha.Dalam penelitian ini penulis ingin
mengklasifikasikan faktor kepribadian yang terdiri dari percaya diri, keberanian mengambil resiko, serta inovasi dan kreatifitas.
2.1.5.1 Percaya Diri
Menurut Lauster Siska, Sudarjo Purnamaningsih, 2003 rasa percaya diri bukan merupakan sifat yang diturunkan bawaan melainkan diperoleh dari
pengalaman hidup, serta dapat diajarkan dan ditanamkan melalui pendidikan, sehingga upaya-upaya tertentu dapat dilakukan guna membentuk dan
meningkatkan rasa percaya diri. Dengan demikian kepercayaan diri terbentuk dan berkembang melalui proses belajar di dalam interaksi seseorang dengan
lingkungannya. Kepercayaan diri ini bersifat internal, sangat relative, dinamis, dan banyak
ditentukan oleh kemampuan untuk memulai, melaksanakan, dan menyelesaikan suatu pekerjaan Suryana, 2006. Orang yang memiliki kepercayaan diri akan
memiliki kemampuan untuk bekerja sendiri dalam mengorganisasi, mengawasi, dan meraih kesuksesan Sumahamidjaja, 1997. Wirausaha juga adalah orang
yang memiliki rasa percaya diri yang sangat tinggi dan tidak meragukan kecakapan dan kemampuanya Machfoedz, 2004.
Menurut Lauster dalam Safitri, 2010 ciri-ciri orang yang mempunyai kepercayaan diri yaitu: 1 Percaya pada kemampuan sendiri. Kepercayaan atau
keyakinan pada kemampuan yang ada pada diri seseorang adalah salah satu sifat orang yang percaya diri. 2 Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan.
Universitas Sumatera Utara
Dapat bertindak dalam mengambil keputusan terhadap diri yang dilakukan secara mandiri atau tanpa adanya keterlibatan orang lain dan mampu untuk meyakini
tindakan yang diambil. 3 Memiliki rasa positif terhadap diri sendiri. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri, jika mendapat kegagalan biasanya mereka tetap
dapat meninjau kembali sisi positif dari kegagalan itu. 4 Berani mengungkapkan pendapat. Adanya suatu sikap untuk mampu mengutarakan sesuatu dalam diri
yang ingin diungkapkan kepada orang lain tanpa adanya paksaan atau rasa yang dapat menghambat pengungkapan tersebut.
2.1.5.2 Keberanian Mengambil Resiko
Kemauan dan kemampuan untuk mengambil resiko merupakan salah satu nilai utama dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau mengambil resiko
akan sukar memulai atau berinisiatif Suryana, 2006. Wirausahawan tidak takut menjalani pekerjaan yang disertai resiko dengan
memperhitungkan besar kecilnya resiko. Dalam setiap kesempatan wirausahawan senantiasa menghindari resiko tinggi. Mereka menyadari bahwa prestasi yang
lebih besar hanya mungkin dicapai jika mereka bersedia menerima resiko sebagai konsukuensi tujuan Machfoedz, 2004. Pengambilan resiko berkaitan dengan
kepercayaam diri sendiri. Artinya, semakin besar keyakinan seseorang pada kemampuan sendiri, maka semakin besar keyakinan orang tersebut akan
kesanggupan untuk memengaruhi hasil dan keputusan, dan semakin besar pula kesediaan seseorang untuk mencoba apa yang menurut orang lain sebagai resiko.
Robinson dan Barry dalam Sudibyo 2009, menyatakan bahwa semakin tinggi
Universitas Sumatera Utara
resiko semakin tinggi pengembalian return yang didapat. Kondisi ini memunculkan keputusan seseorang dalam menghadapi resiko, yaitu :
1. Risk averter, yaitu sikap seseorang yang cenderung menghindari resiko.
2. Risk taker, yaitu sikap seseorang yang berani mengambil resiko.
Seseorang wirausaha harus memiliki keberanian mengambil resiko yaitu tidak takut untuk menjalani pekerjaan yang disertai resiko dengan cara selalu
memperhitungkan besar kecilnya resiko sehingga dapat mengambil keputusan untuk tidak mengambil risiko yang terlalu besar dan risiko yang tidak
terlalurendah.
2.1.5.3 Kreatifitas dan Inovasi