Analisa ChargeDischarge Pembuatan Baterai Lithium Meggunakan Bahan Aktif Natural Graphite (NG) Sebagai Anoda Dengan Variasi Persentase Berat Pelarut N,N Dimethyl Acetamide (DMAC)

Tabel 4.4 Hubungan hasil charge-discharge dan cyclic voltammetry kode sampel Puncak oksidasi V Puncak reduksi V Jarak kurva redoks V A kalsinasi 4,1 3,5 0,6 B Tanpa kalsinasi 4,2 3,5 0,7 C Tanpa kalsinasi 4,04 3,5 0,54 D Tanpa kalsinasi 4,15 3,7 0,45 Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa pada baterai sampel D dengan anoda yang dibuat dengan serbuk Natural graphite tanpa kalsinasi dengan menggunakan 30 berat pelarut memiliki jarak kurva redoks sebesar 0,45 V. Jarak antar puncak kurva redoks diartikan sebagai jarak interkalasi dan deinterkalasi, semakin kecil jarak antar puncaknya maka semakin mudah ion lithium untuk berinterkalasi ataupun berdeinterkalasi. Hal ini juga diperkuat oleh hasil SEM bahwa serbuk Natural graphite tanpa kalsinasi memiliki jarak antar partikel yang kurang rapat sehingga memudahkan ion lithium untuk berinterkalasi maupun berdeinterkalasi. Pada hasil cyclic voltammetry dari semua sampel menunjukkan Natural graphite sebagai material aktif tidak berperan keseluruhan dalam menyimpan ion lithium. Hal ini diperjelas karena masih banyaknya pengotor yang masih mendominan didalam serbuk Natural graphite tanpa kalsinasi yang tidak dapat terdeteksi oleh XRD.

4.5 Analisa ChargeDischarge

Pengujian charge-discharge bertujuan untuk mengetahui kemampuan suatu material untuk menyimpan energi listrik. Dalam proses pengujian ini, anoda Natural Graphite LiC 6 dipasangkan dengan katoda LiCoO 2 yang berada pada larutan elektrolit LiPF 6 pada range tegangan antara 0,0 – 3,6 V dengan pemberian beban arus yang sama pada baterai sebesar 400µA. Universitas Sumatera Utara Grafik 4.6 Grafik hubungan Kapasitas charge-discharge mAh terhadap Tegangan V pada uji Charge-Discharge Sampel A Dari grafik diatas, dapat dilihat bahwa telah terjadi tiga kali siklus charge- discharge pada baterai sampel A. Pada siklus charge pertama, baterai kosong dan mulai dari tegangan 3,6 V. Kapasitas charge siklus pertama yaitu 3,85 mAh dan pada tegangan 3,6 V. Sedangkan, kapasitas discharge siklus pertama yaitu 1,52 mAh pada tegangan 3,6 V. Pada siklus charge kedua , kapasitas charge yaitu 1,78 mAh pada tegangan 3,6 V. Sedangkan, kapasitas discharge siklus kedua yaitu 1,6 mAh pada tegangan 3,6 V. Kapasitas charge siklus pertama lebih besar dibandingkan charge pada siklus kedua dan kapasitas discharge siklus pertama lebih kecil dibandingkan discharge siklus kedua. Baterai yang efisien seharusnya memiliki besar kapasitas charge – discharge yang sama, ini menandakan baterai tidak efisien karena lebih besar kapasitas yang dimasukkan charge dari pada yang dikeluarkan discharge. Pada siklus charge ketiga, kapasitasnya charge yaitu 1,78 mAh pada tegangan 3,6 V. Sedangkan, kapasitas discharge siklus ketiga yaitu 1,67 mAh pada tegangan 3,6 V. Discharge charge Universitas Sumatera Utara Grafik 4.7 Grafik hubungan Kapasitas charge-discharge mAh terhadap Tegangan V pada uji Charge-Discharge Sampel B Dari grafik diatas, dapat dilihat bahwa telah terjadi tiga kali siklus charge- discharge pada baterai sampel B. Pada siklus charge pertama, baterai masih kosong dan mulai dari tegangan 0,0 V. Kapasitas charge siklus pertama yaitu 2,84 mAh dan berhenti pada tegangan 3,6 V. Sedangkan, kapasitas discharge siklus pertama yaitu 1,4 mAh pada tegangan 3,6 V. Pada siklus charge kedua , kapasitas charge yaitu 1,9 mAh pada tegangan 3,6 V. Sedangkan, kapasitas discharge siklus kedua yaitu 1,6 mAh pada tegangan 3,6 V. Kapasitas charge siklus pertama lebih besar dibandingkan charge pada siklus kedua dan kapasitas discharge siklus pertama lebih kecil dibandingkan discharge siklus kedua. Baterai yang efisien seharusnya memiliki besar kapasitas charge – discharge yang sama, ini menandakan baterai tidak efisien karena lebih besar kapasitas yang dimasukkan charge dari pada yang dikeluarkan discharge. Pada siklus charge ketiga, kapasitasnya charge yaitu 1,9 mAh pada tegangan 2,6 V. Sedangkan, kapasitas discharge siklus ketiga yaitu 1,8 mAh pada tegangan 3,6 V. Charge Discharge Universitas Sumatera Utara Grafik 4.8 Grafik hubungan Kapasitas charge-discharge mAh terhadap Tegangan V pada Uji Charge-Discharge Sampel C Drai grafik diatas, dapat dilihat bahwa telah terjadi tiga kali siklus charge- discharge pada baterai sampel C. Pada siklus charge pertama, baterai masih kosong dan mulai dari tegangan 0,0 V. Kapasitas charge siklus pertama yaitu 2,2 mAh pada tegangan 3,6 V. Sedangkan, kapasitas discharge siklus pertama yaitu 0,8 mAh pada tegangan 3,6 V. Pada siklus charge kedua , kapasitas charge yaitu 0,96 mAh pada tegangan 3,6 V. Sedangkan, kapasitas discharge siklus kedua yaitu 0,85 mAh pada tegangan 3,6 V. Kapasitas charge siklus pertama lebih besar dibandingkan charge pada siklus kedua dan kapasitas discharge siklus pertama lebih kecil dibandingkan discharge siklus kedua. Baterai yang efisien seharusnya memiliki besar kapasitas charge – discharge yang sama, ini menandakan baterai tidak efisien karena lebih besar kapasitas yang dimasukkan charge dari pada yang dikeluarkan discharge. Pada siklus charge ketiga, kapasitasnya charge yaitu 0,96 mAh pada tegangan 3,6 V. Sedangkan, kapasitas discharge siklus ketiga yaitu 0,87 mAh pada tegangan 3,6 V. Charge Discharge Universitas Sumatera Utara Grafik 4.9 Grafik hubungan Kapasitas charge-discharge mAh terhadap Tegangan V pada uji Charge-Discharge Sampel D Dari grafik diatas, dapat dilihat bahwa telah terjadi tiga kali siklus charge- discharge pada baterai sampel D. Pada siklus charge pertama, baterai masih kosong dan mulai dari tegangan 0,0 V. Kapasitas charge siklus pertama yaitu 2,84 mAh pada tegangan 3,6 V. Sedangkan, kapasitas discharge siklus pertama yaitu 1,42 mAh pada tegangan 3,6 V. Pada siklus charge kedua , kapasitas charge yaitu 1,9 mAh pada tegangan 3,6 V. Sedangkan, kapasitas discharge siklus kedua yaitu 1,67 mAh pada tegangan 3,6 V. Kapasitas charge siklus pertama lebih besar dibandingkan charge pada siklus kedua dan kapasitas discharge siklus pertama lebih kecil dibandingkan discharge siklus kedua. Baterai yang efisien seharusnya memiliki besar kapasitas charge – discharge yang sama, ini menandakan baterai tidak efisien karena lebih besar kapasitas yang dimasukkan charge dari pada yang dikeluarkan discharge. Pada siklus charge ketiga, kapasitasnya charge yaitu 1,9 mAh pada tegangan 3,6 V. Sedangkan, kapasitas discharge siklus ketiga yaitu 1,9 mAh pada tegangan 3,6 V. Sesuai dengan jarak reaksi redoksnya yang kecil yaitu sebesar 0,45 V maka sampel D memiliki kapasitas discharge yang lebih besar jika dibandingkan dengan sampel yang lain Charge Discharge Universitas Sumatera Utara Tabel 4.5 Performa Baterai pada charge-discharge siklus pertama Kode Sampel Kapasitas Charge mAh Kapasitas Discharge mAh Kapasitas Spesifik mAhg Efisiensi A 3,85 1,52 13.18 39,48 B 2,84 1,4 14 49,29 C 2,2 0,8 10 36,6 D 2,84 1,42 23,6 50 Kapasitas charge pada siklus pertama pada semua sampel baterai cukup besar. Namun tidak dengan kapasitas dischargenya yang jauh menurun dari kapasitas cahrgenya. Ini menandakan baterai belum optimum pada cahrge- discharge siklus pertama. Kapasitas baterai sangat dipengaruhi oleh kemampuan material aktif katoda yang merupakan sumber dari banyaknya ion lithium yang akan deinterkalasi dan disimpan dalam layer host anoda dan akan dikembalikan lagi kekatoda pada proses discharge. Besar kecilnya nilai kapasitas dari baterai dipengaruhi oleh kemampuan anoda menyediakan tempat penyimpanan ion lithium. Siklus cahrge-discharge yang pertama dapat dilihat efisiensi baterai yang tidak optimum. Hal ini dikarenakan baterai mampu menyimpan ion lithium dalam layer host anoda namun tidak dapat mengembalikannya secara keseluruhan pada saat baterai digunakan. Tabel 4.6 Performa Baterai pada charge-discharge siklus kedua Kode Sampel Kapasitas Charge mAh Kapasitas Discharge mAh Kapasitas spesifik mAhg Efisiensi A 1,78 1,6 14,54 89,8 B 1,9 1,6 16 84,2 C 0,96 0,85 10,6 88,5 D 1,9 1,67 27,8 87,8 Universitas Sumatera Utara Kapasitas charge pada siklus kedua menurun jika dibandingkan dengan kapasitas charge siklus pertama. Hal ini terjadi karena pada charge siklus pertama ion lithium yang disimpan didalam layer host anoda tidak semua dikemabalikan pada saat digunakan. Oleh karena itu kapasitas charge pada siklus kedua lebih kecil ini disebabkan karena layer host pada anoda tidak seperti pada saat pertama kali digunakan. Sedangkan kapasitas dischargenya mengalami kenaikan walaupun tidak besar dibandingkan siklus pertama. Ini berarti efisiensi baterai pada siklus kedua jauh lebih besar dibandingkan siklus pertama. Tabel 4.7 Performa baterai pada charge-discharge siklus ketiga Kode Sampel Kapasitas Charge mAh Kapasitas Discharge mAh Kapasitas spesifik mAhg Efisiensi A 1,78 1,67 15,18 93,82 B 1,9 1,8 18 94,7 C 0,96 0,87 10,8 90,6 D 1,9 1,9 31,6 100 Kapasitas charge ketiga sama dengan kapasitas charge kedua hal ini dikarenakan baterainya yang stabil tetapi belum optimum jika dibandingkan dengan kapasitas pemakaian baterai lithium secara teori. Sedangkan kapasitas dischargenya mengalami kenaikan walaupun tidak besar dibandingkan kapasitas discharge pada siklus kedua. Ini berarti efisiensi baterai pada siklus ketiga jauh lebih besar dibandingkan siklus kedua. Dari Tabel 4.5, Tabel 4.6 dan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa, kapasitas spesifik terbesar diperoleh dari baterai yang dibuat dengan menggunakan 3gr : 10gr berat Natural graphite tanpa kalsinasi dengan palarut DMAC. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan pelarut yang baik untuk pembuatan slurry anoda baterai dengan serbuk material aktif Natural garphite yaitu sebesar 3gr : 10gr berat material aktif Natural graphite terhadap pelarut DMAC. Pada tabel diatas juga memperlihatkan bahwa kapasitas sebesar 1,9 mAh dan spesifik kapasitas sebesar 31,6 mAh dari Natural graphite tanpa kalsinasi sedikit lebih besar jika Universitas Sumatera Utara dibandingkan dengan Natural graphite kalsinasi 500˚C dengan komposisi dari berat pelarut yang sama. Secara teori kapasitas dari natural graphite sebesar 18 mAhg sedangkan secara praktek di dapat 3,85 mAhg. Jika dibandingkan kapasitas natural graphite secara teori dengan kapasitas natural graphite yang didapat secara praktek sangat lah kecil. Hal ini dikarenakan serbuk natural graphite yang dipakai merupakan bahan teknis yang susunan atomnya tidak teratur atau amorf. Berdasarkan hasil XRD yang didapat pada grafik 4.1 terlihat bahwa puncak kristal yang didapat hanyalah sedikit hal ini menunjukkan serbuk natural graphite masih terdapat banyak bahan pengotor dalam bentuk amorf yang tidak terdeteksi oleh XRD . Dan berdasarkan pengamatan mikrostruktur secara kualitatif dengan menggunakan SEM bahwa semakin tinggi temperatur sintering yang diberikan menyebabkan peningkatan ukuran butir morfologi partikel yang sangat rapat ini akan membuat ion lithium sulit untuk berinterklasi. Walaupun kapasitas yang dihasilkan sangat kecil, tetapi anoda Natural graphite yang dipasangkan dengan katoda LiCoO 2 pada baterai ion lithium memiliki tegangan operasi atau tegangan kerja sebesar 3,5 V. Baterai ion lithium dengan tegangan kerja sebesar 3,5 V ini dapat diaplikasikan pada baterai handpone, leptop, mp3 player, jam tangan, kamera dan lain-lain. Jika tegangan yang dikeluarkan charger pada saat pengisian lebih rendah dari yang dibutuhkan untuk pengisian baterai, maka proses pengisian akan membutuhkan waktu yang lebih lama. Sebaliknya, jika tegangan yang dikeluarkan charger lebih tinggi dari yang dibutuhkan untuk pengisian baterai akan cepat penuh, namun disisi lain hal ini dapat menurunkan masa pakai baterai karena baterai mengalami kelebihan beban saat pengisian, dan biasanya baterai akan menjadi sangat panas. Dengan kata lain kita telah memaksa baterai kita untuk bekerja lebih keras. Hal ini dapat memperpendek masa pakai baterai. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Pembuatan Baterai Lithium Menggunakan Bahan Aktif Mesocarbon Microbead (MCMB) Sebagai Anoda Dengan Variasi Persentase Berat Pelarut N,N-Dimethyl Acetamide (DMAC)

12 71 101

Pembuatan Baterai Lithium Menggunakan Bahan Aktif Mesocarbon Microbead (MCMB) Sebagai Anoda Dengan Variasi Persentase Berat Pelarut N,N-Dimethyl Acetamide (DMAC)

0 2 13

Pembuatan Baterai Lithium Menggunakan Bahan Aktif Mesocarbon Microbead (MCMB) Sebagai Anoda Dengan Variasi Persentase Berat Pelarut N,N-Dimethyl Acetamide (DMAC)

0 0 2

Pembuatan Baterai Lithium Menggunakan Bahan Aktif Mesocarbon Microbead (MCMB) Sebagai Anoda Dengan Variasi Persentase Berat Pelarut N,N-Dimethyl Acetamide (DMAC)

0 0 5

Pembuatan Baterai Lithium Meggunakan Bahan Aktif Natural Graphite (NG) Sebagai Anoda Dengan Variasi Persentase Berat Pelarut N,N Dimethyl Acetamide (DMAC)

1 1 14

Pembuatan Baterai Lithium Meggunakan Bahan Aktif Natural Graphite (NG) Sebagai Anoda Dengan Variasi Persentase Berat Pelarut N,N Dimethyl Acetamide (DMAC)

0 0 1

Pembuatan Baterai Lithium Meggunakan Bahan Aktif Natural Graphite (NG) Sebagai Anoda Dengan Variasi Persentase Berat Pelarut N,N Dimethyl Acetamide (DMAC)

0 0 5

Pembuatan Baterai Lithium Meggunakan Bahan Aktif Natural Graphite (NG) Sebagai Anoda Dengan Variasi Persentase Berat Pelarut N,N Dimethyl Acetamide (DMAC)

0 0 17

Pembuatan Baterai Lithium Meggunakan Bahan Aktif Natural Graphite (NG) Sebagai Anoda Dengan Variasi Persentase Berat Pelarut N,N Dimethyl Acetamide (DMAC)

0 0 2

Pembuatan Baterai Lithium Meggunakan Bahan Aktif Natural Graphite (NG) Sebagai Anoda Dengan Variasi Persentase Berat Pelarut N,N Dimethyl Acetamide (DMAC)

0 0 17