Tinjauan Ekonomi Bawang Merah

lembagakemitraan turut berperan serta. Diantaranya adalah lembaga dari pemerintahan seperti penyuluh pertanian yang dapat sebagai sumber informasi dalam melakukan usaha agribisnis yang tepat. Lembaga keuangan dan pemasaran seperti KUD, renternir, kelompok tani, bank sebagai penyedia modal, dan lembaga pemasaran dari pedagang pengumpul, pedagang grosir, pedagang besar atau perusahaan ekspor-impor atau yang bergerak di bidang agribisnis bawang merah Singgih, 2009. b. Transportasi Dengan adanya transportasi maka mempermudah pengangkutan bawang merah dalam jumlah skala yang besar. Transportasi yang biasa digunakan dalam mengangkut bawang merah adalah truk, kontainer bahkan kapal pengangkutan barang dalam ratusan ton. Dengan adanya sarana transportasi maka memperlancar usaha agribisnis bawang merah antar daerah maupun negara untuk melakukan kegiatan ekspor maupun impor. c. Telekomunikasi Telekomunikasi juga berperan sebagai salah satu faktor penunjang agribisnis bawang merah. Dengan adanya handphone, SMS banking dan Internet maka mempermudah hubungan komunikasi dan informasi terhadap pelaku agribisnis yang juga dapat dimanfaatkan sebagai media bertransaksi keuangan Tim Bina Karya Tani, 2009.

2.1.2 Tinjauan Ekonomi Bawang Merah

A. Permintaan Bawang Merah Prospek agribisnis bawang merah cukup baik. Tidaklah heran jika permintaan pasar terhadap bawang merah sangat tinggi. Permintaan bawang merah yang Universitas Sumatera Utara tinggi, dikarenakan penggunaanya yang begitu banyak dalam kehidupan sehari- hari. Penggunaan bawang merah banyak kita temui baik sebagai bawang goreng, bumbu penyedap masakan seperti soto, sop, ayam gulai, dan sampai penggunaan bawang merah di industri pengolahan makanan seperti mie instan, bumbu olah siap saji, dan sebagainya Singgih, 2009. Tingkat kebutuhan bawang merah dan produksi bahan pangan bawang merah yang mendukung ketersediaan pangan di Provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu 5 lima tahun dapat ditunjukkan sebagai berikut. Pada Tahun 2008 tingkat kebutuhan bawang merah sebesar 69.720 ton dan produksi bahan pangan yang mendukung ketersediaan pangan sebesar 24.808 ton. Pada tahun 2009 tingkat kebutuhan bawang merah sebesar 73.200 ton dan produksi bahan pangan yang mendukung ketersediaan pangan sebesar 25.552 ton. Pada tahun 2010 tingkat kebutuhan bawang merah menurun tajam sebesar 9.120 ton dan produksi bahan pangan yang mendukung ketersediaan pangan sebesar 9.431 ton. Pada tahun 2011 kembali meningkat sebesar 33.754 ton dan produksi bahan pangan yang mendukung ketersediaan pangan sebesar 12.449 ton. Dan pada tahun 2012 juga meningkat dengan tingkat kebutuhan bawang merah sebesar 33.754 ton dan produksi bahan pangan yang mendukung ketersediaan pangan sebesar 13.398 ton. Berdasarkan data yang diperoleh ketersediaan bawang merah sampai pada tahun akhir tahun 2012 diatas, Provinsi Sumatera Utara mengalami pertumbuhan 14.70 Badan Ketahanan Pangan Provinsi SUMUT 2008-2012. Keadaan pasokan bawang merah antara tingkat ketersediaan bawang merah dan tingkat kebutuhan bawang merah di Provinsi Sumatera Utara belum dapat saling memenuhi dengan terpenuhi dengan baik, jika mengandalkan sentra produksi Universitas Sumatera Utara yang ada di Sumatera Utara, seperti Kabupaten Samosir, Kabupaten Karo, Kabupaten Dairi, dan sekitarnya. Maka, dalam memenuhi permintaan bawang merah yang ada, pasokan bawang merah yang didatangkan di Kota Medan adalah bawang merah impor dari provinsi-provinsi lain seperti Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur, dan bawang merah impor dari luar negeri seperti Thailand, Filiphina, Malaysia BPS, 2012. Untuk kedepannya, maka dapat diramalkan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, memungkinkan permintaan bawang merah mengalami peningkatan. Hal ini sejalan dengan penggunaan bawang merah dalam penelitian dibidang kedokterankesehatan yang bermanfaat sebagai obat tradisional yang baik bagi kesehatan dan mengobati berbagai penyakit seperti, mengobati penyakit diabetes mellitus, menurunkan kadar gulakolestrol tubuh, menghambat penumpukan trombosit dan sebagainya Singgih, 2009. B. Penawaran Bawang Merah Daerah sentra produksi bawang merah di Indonesia adalah 24 provinsi dari 33 provinsi. Adapun daerah penghasil utama bawang merah di Indonesia adalah Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur, D.I.Yogyakarta, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Sulawesi Selatan, Bali, dan NTB. Kesembilan provinsi ini menyumbang 96,5 dari produksi total bawang merah di Indonesia. Secara nasional daerah penghasil terbesar bawang merah adalah Pulau Jawa Departemen Pertanian, 2007. Data yang diperoleh dari Dinas Pertanian Sumatera Utara, mengungkapkan bahwa luas tanam dengan produktivitas bawang merah di Sumatera Utara pada Tahun 2007 mencapai 1.276 Ha dan produktivitas sebesar 91,40 KwHa. Pada Tahun Universitas Sumatera Utara 2008 luas tanam mencapai 1.352 Ha dan produktivitas sebesar 97,50 KwHa. Pada Tahun 2009 luas tanam mencapai 1.446 Ha dan produktivitas sebesar 91,77 KwHa. Pada Tahun 2010 luas tanam mencapai 1.379 Ha dan produktivitas sebesar 69,21 KwHa. Pada Tahun 2011 luas tanam mencapai 1.488 Ha dan produktivitas sebesar 89,95 KwHa . Banyaknya hasil produksi bawang merah yang berasal dari sentra produksi dalam negeri memang berfluktuasi tergantung pada musimnya. Pada saat musim panen ketersediaan bawang merah berlimpah dan sebaliknya. Bawang merah yang berasal dari dalam negeri ini telah beradaptasi dengan pasar sejak lama dan dirasa belum mampu memenuhi kebutuhan permintaan pasar sehingga perlu ditambah dengan mengimpor dari negara lain. Jumlah ketersediaan bawang merah yang berasal dari dalam negeri dan impor inilah yang membentuk keseimbangan harga sebelum ada perubahan. Ketika terjadi perubahan harga, kita tidak merasakan adanya lonjakan permintaan yang besar yang disebabkan adanya perubahan perilaku konsumen atau pun masyarakat pada umumnya. Berkurangnya penawaran ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain, produksi dalam negeri yang mengalami penurunan, berkurangnya, volume impor, dan distribusi yang terhambat dihambat. Berkurangnya penawaran karena penyebab yang pertama ditengah kenaikan harga bawang merah saat ini, diyakini tidak terjadi karena kita tidak mendengar adanya berita kegagalan panen. Namun yang kedua dan ketiga dapat menjadi penyebab dalam kenaikan harga di sisi penawaran belakang waktu ini. Hal ini terlihat dalam penutupan impor bawang merah yang dilakukan Kementrian Pertanian kepada Kementrian Perindustrian dan Perdagangan yang bertujuan untuk Universitas Sumatera Utara meningkatkankan harga petani dalam negeri dan distribusi yang terhambat ataupun dihambat oleh sebagian pengusaha untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi dengan menyimpan sebagian besar bawang merah di gudang penyimpanan Satelit Post, 2013.

2.2. Landasan Teori