Uji Multikolineritas Autokorelasi Uji Asumsi Klasik .1. Uji Normalitas

36 besar dari 0,05 artinya tidak terjadi heteroskedastisitas dan pada variabel impor X 4 nilai signifiksasi sebesar 0,135 lebih besar dari 0,05 artinya tidak terjadi juga heteroskedastisitas.

3.2.3. Uji Multikolineritas

Uji Multikolineritas menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas independent. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas tidak terjadi multikoneritas. Jika variabel bebas saling berkorelasi maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolineritas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIF Variance Inflation Factor melalui program SPSS. Nilai umum yang biasa dipakai adalah nilai Tolerance 0,1 atau nilai VIF 10, maka tidak terjadi multikolineritas. Berikut tabelnya : Tabel 3.4 Uji Multikolinieritas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standar dized Coeffici ents T Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Toler ance VIF 1 Constant -8.642 0.875 .821 .422 Jumlah Uang Beredar 0.019 .008 -.410 2.5153 2 .142 .415 2.411 Suku Bunga 2.464 1.512 1.424 3.888 .165 .256 7.870 Nilai Tukar Rupiah -0.477 1.157 -.385 -.482 .592 .259 6.839 Impor 0.005 .002 -.578 1.593 .135 .455 2.197 a. Dependent Variable: Laju Inflasi Universitas Sumatera Utara 37 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa model regresi tidak mengalami gangguan multikolinieritas. Hal ini tampak pada nilai tolerance masing-masing variabel lebih besar dari 10 persen 0,1. Hasil perhitungan VIF juga menunjukkan bahwa nilai VIF masing-masing variabel kurang dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel bebas dalam model regresi tersebut.

3.2.4. Autokorelasi

Uji Autokorelasi adalah untuk melihat apakah terjadi korelasi antara suatu periode setelah dengan periode sebelumnya. Secara sederhana adalah bahwa analisis regresi adalah untuk melihat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel variabel terikat, jadi tidak boleh ada korelasi antara observasi dengan data sebelumnya. Sebagai contoh adalah pengaruh antara tingkat inflasi bulanan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar. Data inflasi pada bulan tertentu katakanlah februari akan dipengaruhi oleh tingkat inflasi pada bulan januari maka berarti terdapat gangguan autokorelasi pada model tersebut. Untuk menguji autokorelasi tersebut kita dapat menggunakan uji run test, uji ini dipergunakan untuk melihat apakah tingkat signifikasi α yang digunakan apabila nilai hasil uji run test lebih besar daripada tingkat signifikasi α, maka tidak terdapat masalah autokorelasi pada data yang diuji. Tabel 3.5 Uji Autokorelasi Runs Test Unstandardized Residual Test Value a .11763 Cases Test Value 12 Cases = Test Value 12 Total Cases 24 Number of Runs 8 Z -1.878 Asymp. Sig. 2-tailed .160 a. Median Universitas Sumatera Utara 38 Hasil output SPSS menunjukkan bahwa Run Test dengan nilai Probabilitas atau P-value adalah 0.160 0.05. berdasarkan nilai tersebut, untuk kasus ini hasil Run Test menunjukkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.

3.3 Membentuk Persamaan Regresi Linier Berganda