1.17.2  Perkalian Matriks
Perkalian  dua  matriks  hanya  dapat  dikerjakan  bila  keduanya  memenuhi  sifat tertentu dan perkalian itu dikerjakan dengan cara yang tertentu pula. Dua matriks
bujur  sangkar  yang  berukuran  sama  selalu  dapat  diperkalikan.  Sedangkan perkalian  AB  hanya  memenuhi  arti  bila  banyaknya  lajur  A  sama  dengan
banyaknya  baris  B.  Jadi  bila  A  dinyatakan  dengan dan  unsur  B  dinyatakan
dengan maka unsure C=AB adalah:
∑ Perhatikan bahwa pada umumnya AB
BA Bila
[ ]          [
] Maka
[ ]
Dalam perkalian ini, BA tidak dapat dilakukan tidak terdefenisi, akan tetapi bila A  dan  B  setangkup  dan  perkalian  AB  terdefinisi  maka  AB=BA.  Perkalian  suatu
matriks dengan matriks satuan akan menghasilkan matriks itu sendiri.
1.17.3  Determinan Matriks
Determinan  adalah  suatu  scalar  angka  yang  diperoleh  dari  suatu  matriks  bujur sangkar  melalui  operasi  khusus.  Disebut  operasi  khusus  karena  dalam  proses
penurunan  determinan  dilakukan  perkalian-perkalian.  Determinan  dinotasikan dengan tanda | | .
1.7.3.1 Determinan Matriks dengan Metode Sarrus
Metode  Sarrus  adalah  metode  yang  hanya  dapat  digunakan  untuk  mencari determinan  matriks  berordo  sampai  dengan  3.  Perhitungan  determinan  matriks
dengan  metode  sarrus  hanya  dapat  diterapkan  pada  matriks  ukuran  2x2  dan
Universitas Sumatera Utara
3x3.  Determinan  matriks  yang  ukurannya  lebih  besar  dari  3  x  3  tidak  bisa dihitung  menggunakan  Metode  Sarrus.  Metode  Sarrus  disebut  juga  Metode
Spaghetti menggunakan perkalian elemen matriks secara diagonal. Perkalian  elemen  matris  pada  diagonal  turun  dari  kiri  atas  ke  kanan
bawah diberi tanda positif + sedangkan perkalian elemen matriks pada diagonal naik dari dari kiri bawah ke kanan atas diberi tanda negatif -.
[ ]
Diperoleh determinan A =
1.7.3.2  Determinan Matriks dengan Metode Kofaktor
Metode ini tidak hanya digunakan untuk menghitung determinan matriks 2x2 atau 3x3 tapi digunakan untuk matriks yang berordo lebih besar lagi seperti, 4x4, 5x5,
dan seterusnya. Jika A adalah matriks persegi, maka minor dari komponen
dinyatakan oleh
dan  didefinisikan  sebagai  determinan  submatriks  A  dengan  komponen selain  baris  ke-I  dan  baris  ke-j  dari  matriks  A.  Bilangan
dinyatakan oleh
dinamakan kofaktor dari komponen .
Jika suatu matriks [
] Langkah  awal  menentukan  determinan  A  adalah  dengan  membuat  minor  dari
elemen baris pertama.
Universitas Sumatera Utara
Minor dari adalah
[ ]
Minor dari adalah
[ ]
Minor dari adalah
[ ]
Minor dari adalah
[ ]
Minor dari adalah
[ ]
Langkah selanjutnya adalah menentukan kofaktor dari elemen baris pertama. =
= [
]
= [
]
= [
]
= [
]
= [
]
Universitas Sumatera Utara
Setelah itu masukkan dalam rumus | |
| | |
| |
|
| |
| |
| |
Karena matriks determinan dari persamaan di atas masih berordo 4x4 lebih dari ordo  3x3,  maka  determinan  dari  persamaan  di  atas  belum  bisa  dicari  dengan
metode Sarrus, melainkan masih menggunakan metode kofaktor. | |
| |
| |
| |
| |
| |
| |
| |
| |
| |
| |
| |
| |
| |
| |
| |
| |
| |
| |
| |
| |
Universitas Sumatera Utara
1.18  Persamaan Regresi Linier Berganda dalam Bentuk Matriks Analisis regresi linier berganda ialah suatu alat analisis dalam ilmu statistik yang
berguna untuk mengukur hubungan matematis antara lebih dari 2 peubah.Bentuk umum persamaan regresi linier berganda ialah sebagai berikut :
Persamaan tersebut diduga oleh persamaan di bawah ini : Ŷ =
Menentukan b , b
1
, b
2
, …, b
k
dapat menggunakan metode kuadrat terkecil melalui apa yang disebut dengan persamaan normal seperti di bawah ini :
[ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ]
[ ]
[ ∑
∑ ∑
∑ ∑
]
Bentuk  persamaan  matriks  di  atas  termasuk  ke  dalam  suatu  sistem  persamaan linier.  Mencari  atau  menentukan  b
,  b
1
,  b
2
,  b
3
,  …,  b
n
berarti  mencari  atau menentukan  solusi  dari  sistem  persamaan  linier  SPL.  Mencari  solusi  SPL  ada
berbagai  macam  cara,  diantaranya  ialah Metode  Eliminasi  Gauss,  Metode  Invers Metode  Matriks  yang  diperbesar  dan  Metode  Matriks  Adjoin,  dan  Metode
Cramer.  Metode  Cramer  merupakan  metode  yang  paling  populer  dalam menentukan  suatu  solusi  SPL  karena  sifatnya  yang  mudah  dipelajari  dan
sederhana. Menurut Cramer jika kita punya SPL sebagai berikut :
[ ]
[ ]
[ ]
Maka b , b
1
, b
2
, …, b
n
dapat langsung dicari dengan membagi determinan matriks A
j
dengan determinan matriks koefisien A.
Universitas Sumatera Utara
Dimana : A
j
= matriks A yang kolom ke-j-nya diganti dengan matriks Y.
Contoh:
[ ]
; [
] |
| | |
Di mana: j = 1,2,3,…,n.
sehingga:
| |
| | |
| | |
Adapun  jumlah  varibel  bebas  pada  data  penelitian  ini  ada  4.  Maka,  bentuk persamaannya regresi linear bergandanya dalam bentuk matriks adalah:
[ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ]
[ ]
[ ∑
∑ ∑
∑ ∑
] Untuk  mencari
dengan  metode  Cramer maka  diperlukan  matriks
[ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ]
Universitas Sumatera Utara
[ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
]
[ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ]
[ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ]
[ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ]
[ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ]
Selanjutnya adalah dengan mencari determinan dari matriks dengan metode Ekspansi Kofaktor.
| | |
| ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ |
|
Universitas Sumatera Utara
| |     || ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ||   ∑
|| ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ||
+ ∑
|| ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ||   ∑
|| ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ||
∑ ||
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
||
| |    ∑ |
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ |       ∑
| ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
|
∑ |
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ |       ∑
| ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
|
∑ ∑
| ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
|   ∑ ∑
| ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
|
∑ ∑
| ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
|   ∑ ∑
| ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
|
∑ ∑
| ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
|   ∑ ∑
| ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
|
∑ ∑
| ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
|   ∑ ∑
| ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
|
∑ ∑
| ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
|   ∑ ∑
| ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
|
∑ ∑
| ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
|   ∑ ∑
| ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
|
Universitas Sumatera Utara
∑ ∑
| ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
|   ∑ ∑
| ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
|
∑ ∑
| ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
|   ∑ ∑
| ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
|
| |    ∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
1.19
Pengujian Kriteria Statistik
Gujarati  1995  menyatakan  bahwa  uji  signifikan  merupakan  prosedur  yang digunakan  untuk  menguji  kebenaran  atau  kesehatan  dari  hasil  hipotesis  nol  dari
sampel. Ide dasar yang melatarbelakangi pengujian signifikansi adalah uji statistik estimator  dari  distribusi  sampel  dari  suatu  statistik  dibawah  hipotesis    nol.
Keputusan  untuk  mengolah  Ho  dibuat  berdasarkan  nilai  uji  statistik  yang diperoleh dari data yang ada.
Universitas Sumatera Utara
1.19.1  Kesalahan Standard Estimasi Untuk  mengetahui  ketepatan  persamaan  estimasi  dapat  digunakan  kesalahan
standar estimasi standard error of estimate. Besarnya kesalahan standar estimasi menunjukkan  ketepatan  persamaan  estimasi  untuk  menjelaskan  nilai  variabel
tidak  bebas  yang  sesungguhnya.  Semakin  kecil  nilai  kesalahan  standar  estimasi, makin  tinggi  ketepatan  persamaan  estimasi  yang  dihasilkan  untuk  menjelaskan
nilai  variable  tidak  bebas  sesungguhnya.  Sebaliknya,  semakin  besar  nilai kesalahan  standar  estimasi,  makin  rendah  ketepatan  persamaan  estimasi  yang
dihasilkan  untuk  menjelaskan  nilai  variable  tidak  bebas  sesungguhnya  Algifari; 2010. Kesalahan standar estimasi dapat ditentukan dengan rumus :
√ ∑
̂
dimana: Y
i
= nilai data sebenarnya Ŷ
= nilai taksiran
1.19.2  Uji F-Statistik Uji statistik ini adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh  koefisien  regresi  secara  bersama-sama  terhadap  variabel  dependen. Adapun langkah-langkah dalam pengujian uji F-statistik adalah sebagai berikut:
1. Menentukan formulasi hipotesis
2. Mencari nilai F
tabel
dari Tabel Distribusi F Dengan taraf nyata α = 0,05 dan nilai F
tabel
dengan dk pembilang v
1
= k = 4  dan  dk  penyebut  v
2
=  n – k – 1 = 24 – 4 – 1 = 19, maka di peroleh
3. Menentukan kriteria pengujian
diterima bila ditolak bila
4. Menentukan nilai statistik F
hitung
Universitas Sumatera Utara
Untuk  menguji  model  regresi  yang  telah  terbentuk,  maka  diperlukan  nilai- nilai y, x
1
, x
2
, x
3,
dan x
4
dengan rumus : y Y Y
 
2 2
x X
Y 
 Y
X x
 
4 4
1 1
x X
Y 
3 3
x X
Y 
1.19.3  Koefisien Determinasi Menguji  keberartian  regresi  linear  berganda  dimaksudkan  untuk  meyakinkan
apakah regresi yang didapat berdasarkan penelitian ada artinya bila dipakai untuk membuat  kesimpulan  mengenai  sejumlah  peubah  yang  dipelajari.Usman,
Husaini, dan R. Purnomo Setiady Akbar,2008.
Hipotesa : H
: Tidak terdapat hubungan fungsional yang signifikan antara semua faktor yang mempengaruhi terhadap faktor yang dipengaruhi.
H
1
: Terdapat hubungan fungsional yang signifikan antara semua faktor yang mempengaruhi terhadap faktor yang dipengaruhi.
Koefisien  determinasi  yang  dinyatakan  dengan  R
2
untuk  pengujian  regresi  linear berganda  yang  mencakup  lebih  dari  dua  variabel  adalah  untuk  mengetahui
proporsi  keragaman  total  dalam  variabel  terikat  Y  yang  dapat  dijelaskan  atau diterangkan  oleh  variabel
–variabel  bebas  X  yang  ada  dalam  model  persamaan regresi  linear  berganda  secara  bersama
–sama.  Maka  R
2
akan  ditentukan  dengan rumus, yaitu:
∑ Dimana:
JK
reg
= Jumlah Kuadrat Regresi R
2
= Koefisien Determinasi Harga R
2
yang diperoleh sesuai dengan  variansi yang dijelaskan masing –
masing  variabel  yang  tinggal  dalam  regresi.  Hal  ini  mengakibatkan  variasi  yang
Universitas Sumatera Utara
dijelaskan  penduga  yang  disebabkan  oleh  variabel  yang  berpengaruh  saja  yang bersifat nyata.
1.19.4   Koefisien Korelasi Analisa  korelasi  adalah  alat  statistik  yang  dapat  digunakan  untuk  mengetahui
derajat  hubungan  linier  antara  satu  variabel  dengan  variabel  lain.  Ukuran  yang dipakai untuk mengetahui derajat hubungan, terutama data kuantitatif dinamakan
koefisien  korelasi.  Untuk  menghitung  koefisien  korelasi  r  antara  dua  variabel dapat digunakan rumus:
∑       ∑    ∑ √   ∑
∑ ∑
∑
Dimana: r
yx
= Koefisien korelasi antara Y dan X X
= Variabel bebas Y
= Variabel terikat
Nilai r selalu terletak antara -1 dan 1, sehingga nilai r tersebut dapat ditulis -1
 r +1. Untuk r = +1, berarti ada korelasi positif sempurna antara X dan Y, sebaliknya  jika  r  =  -1,  berarti  korelasi  negatif  sempurna  antara  X  dan  Y,
sedangkan r = 0, berarti tidak ada korelasi antara X dan Y. Jika kenaikan didalam suatu  variabel  diikuti  dengan  kenaikan  didalam  variabel  lain,  maka  dapat
dikatakan bahwa kedua variabel tersebut mempunyai korelasi yang positif. Tetapi jika kenaikan didalam suatu variabel diikuti oleh penurunan didalam variabel lain,
maka dapat dikatakan bahwa variabel tersebut mempunyai korelasi yang negatif. Dan  jika  tidak  ada  perubahan  pada  variabel  walaupun  variabel  lainnya  berubah
maka  dikatakan  bahwa  kedua  variabel  tersebut  tidak  mempunyai  hubungan. Interpretasi harga r akan disajikan dalam tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1 Interpretasi Koefisien Korelasi
Besarnya Nilai Interpretasi
Sangat Tinggi Tinggi
Sedang Rendah
Sangat Rendah Sumber : Santoso Singgih 2000:22
Keterangan: r
=  koefisien korelasi +
=  menunjukkan korelasi positif −
=  menunjukkan korelasi negatif =  menunjukkan tidak adanya korelasi korelasi nihil
Hubungan antara variabel dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis: 1.  Korelasi Positif
Terjadinya  korelasi  positif  apabila  perubahan  antara  variabel  yang  satu  diikuti oleh variabel lainnya dengan arah yang sama berbanding lurus. Artinya variabel
yang satu meningkat, maka akan diikuti peningkatan variabel lainnya. 2.  Korelasi Negatif
Terjadinya  korelasi  negatif  apabila  perubahan  antara  variabel  yang  satu  diikuti oleh variabel lainnya dengan arah yang berlawanan berbanding terbalik. Artinya
apabila  variabel  yang  satu  meningkat,  maka  akan  diikuti  penurunan  variabel lainnya.
3.  Korelasi Nihil Korelasi nihil artinya tidak adanya korelasi antara variabel.
Dalam  hal  ini  penulis  menggunakan  lima  variabel  dalam  penelitiannya,  untuk hubungan  lima  variabel  dapat  dihitung  dengan  menggunakan  rumus  sebagai
berikut: a.  Koefisien Korelasi antara Y dan X
1
∑ ∑
∑ √   ∑
∑ ∑
∑
Universitas Sumatera Utara
b.  Koefisien Korelasi antara Y dan X
2
∑ ∑
∑ √   ∑
∑ ∑
∑
c.  Koefisien Korelasi antara Y dan X
3
∑ ∑
∑ √   ∑
∑ ∑
∑
d.  Koefisien Korelasi antara Y dan X
4
∑ ∑
∑ √   ∑
∑ ∑
∑
e.  Koefisien Korelasi antara X
1
dan X
2
∑ ∑
∑ √   ∑
∑ ∑
∑
f.  Koefisien Korelasi antara X
1
dan X
3
∑ ∑
∑ √   ∑
∑ ∑
∑
g.  Koefisien Korelasi antara X
1
dan X
4
∑ ∑
∑ √   ∑
∑ ∑
∑
h.  Koefisien Korelasi antara X
2
dan X
3
∑ ∑
∑ √   ∑
∑ ∑
∑
i.  Koefisien Korelasi antara X
2
dan X
4
∑ ∑
∑ √   ∑
∑ ∑
∑
Universitas Sumatera Utara
j.  Koefisien Korelasi antara X
3
dan X
4
∑ ∑
∑ √   ∑
∑ ∑
∑
1.19.5  Uji t- Statistik Uji  t-statistik  merupakan  suatu  pengujian  secara  parsial  yang  bertujuan  untuk
mengetahui  apakah  masing-masing  koefisien  regresi  signifikan  atau  tidak terhadap  variabel  dependen  dengan  menganggap  variabel  lainnya  konstan.
Adapun langkah-langkahnya adalah: 1.
Menentukan formulasi hipotesis 2.
Mencari nilai t
tabel
dari Tabel Distribusi t 3.
Menentukan kriteria pengujian diterima bila
ditolak bila 4.
Menentukan nilai statistik t
hitung
Untuk menguji hipotesis ini digunakan kekeliruan baku taksiran √
∑ Selanjutnya hitung statistik :
5. Kesimpulan
1.19.6  Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 1.19.6.1