Kesimpulan Saran Kepustakaan yang Relevan

82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dalam bahasa Melayu dialek Langkat dijumpai ciri kalimat tanya yang terdiri atas: kalimat tanya dengan kata tanya, kalimat tanya berdasarkan fokus kalimat dan kata tanya, kalimat tanya tanpa kata tanya, kalimat tanya alternatif, kalimat tanya negatif, dan kalimat tanya embelan. Pada bagian kalimat tanya tanpa kata tanya memiliki dua bentuk kalimat: kalimat tanya tanpa partikel penegas dan kalimat tanya dengan partikel penegas. Akan tetapi pada bahasa Melayu dialek Langkat tidak ditemukan kalimat tanya dengan partikel penegas. Struktur kalimat tanya dalam bahasa Melayu dialek Langkat terdiri atas: 21 struktur kalimat tanya dengan kata tanya, 13 struktur kalimat tanya berdasarkan fokus kalimat dan kata tanya, 8 struktur kalimat tanya tanpa kata tanya, 3 struktur kalimat tanya alternatif, 3 struktur kalimat tanya negatif, dan 4 struktur kalimat tanya embelan.

5.2 Saran

Penulis berharap agar skripsi ini dapat menjadi acuan pembelajaran bahasa Indonesia dan daerah, juga dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya, serta mahasiswa dapat memperdalam lagi penelitian tentang kalima. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kepustakaan yang Relevan

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dan jurnal. Hasil suatu karya ilmiah bukanlah pekerjaan yang mudah dipertanggung jawabkan, karena itulah disertakan data-data yang kuat yang ada hubungannya dengan yang diteliti. Ada beberapa hasil penelitian yang relevan dengan judul penelitian ini antara lain: Batu 1998 dalam skripsi berjudul “Jenis-Jenis Kalimat dalam bahasa Melayu Tamiang di Kecamatan Karang Baru” memaparkan bahwa kalimat dibedakan berdasarkan jenis-jenisnya yaitu: 1 Dari segi jumlah dan jenis klausa. Kalimat tunggal dan kalimat majemuk. 2 Dari segi internal Kalimat sempurna dan tak sempurna. 3 Kalimat dari segi respon yang diharapkan 4 Kalimat dipandang dari segi aktor dan aksi. 5 Kalimat dari segi ada atau tidaknya unsur negativ pada frase verbal. 6 Kalimat dipandang dari segi kesederhanaan dan kelengkapan dasar. 7 Kalimat dipandang dari segi posisi dan percakapan. 9 Selanjutnya Pangi 2014 dalam skripsi yang berjudul ”Kalimat Tanya Dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Loloda Suatu Analisis Kontrastif ” menjelaskan mengenai persamaan dan perbedaan dari kedua bahasa tersebut: Persamaan kedua bahasa ini yaitu: a. Keduanya memiliki bentuk kalimat tanya ya atau tidak b. Kalimat tanya dari kedua bahasa memiliki fungsi yang sama. Perbedaanya yaitu: a. Pada penempatan kata tanya. b. Kalimat tanya bahasa Inggris memiliki kalimat tanya dengan akhiran kata. c. Bentuk kalimat tanya. d. Penggunaan kata tanya “who”. Tandy 2011 dalam skripsi yang berjudul “Analisis Kontrastif Kalimat Tanya Bahasa Inggris dan Bahasa Mandarin” menjelaskan tentang persamaan dan perbedaan dalam kedua bahasa tersebut yaitu: terdapat empat persamaan dan tiga perbedaan bahasa Inggris dan bahasa Mandarin. Persamaanya adalah kedua bahasa tersebut memiliki lima macam kalimat tanya dan kesemuanya mempunyai makna yang sama dengan membutuhkan jawaban yang sama. Kemudian perbedaan yang ditemukan adalah penggunaan kata bantu kalimat tanya dalam bahasa Inggris tergantung tenses, dalam bahasa Mandarin tidak. Akan tetapi perbedaan yang ditemukan di dalam kalimat bahasa Inggris bahwa penggunaan kata kerja bantu diletakkan sebelum subjek. Sementara di dalam bahasa Mandarin kata bantu diletakkan setelah subjek. 10 Lubis 2002 dalam tesis yang berjudul “Kalimat Tanya dalam Bahasa Mandailing: Analisis Sintaksis”. Penelitian tersebut menjelaskan tentang ciri-ciri kalimat tanya dan struktur kalimat tanya dalam bahasa Mandailing. Adapun penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya. Penulis mengkaji kalimat tanya dalam bahasa Melayu dialek Langkat. Penelitian ini difokuskan pada ciri-ciri kalimat tanya dan struktur kalimat tanya bahasa Melayu dialek Langkat. Kalimat tanya bahasa Melayu dialek Langkat desa Secanggang ini ditandai dengan penggunaan dialek “e”. Sejauh ini, penulis menemukan kurangnya penelitian tentang kajian tersebut. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas kajian ini agar dialek tersebut dapat diketahui oleh masyarakat luas dan dapat dilestarikan sebagai wujud keanekaragaman dialek bahasa di Indonesia.

2.2 Landasan Teori