Landasan Teori KESIMPULAN DAN SARAN

10 Lubis 2002 dalam tesis yang berjudul “Kalimat Tanya dalam Bahasa Mandailing: Analisis Sintaksis”. Penelitian tersebut menjelaskan tentang ciri-ciri kalimat tanya dan struktur kalimat tanya dalam bahasa Mandailing. Adapun penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya. Penulis mengkaji kalimat tanya dalam bahasa Melayu dialek Langkat. Penelitian ini difokuskan pada ciri-ciri kalimat tanya dan struktur kalimat tanya bahasa Melayu dialek Langkat. Kalimat tanya bahasa Melayu dialek Langkat desa Secanggang ini ditandai dengan penggunaan dialek “e”. Sejauh ini, penulis menemukan kurangnya penelitian tentang kajian tersebut. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas kajian ini agar dialek tersebut dapat diketahui oleh masyarakat luas dan dapat dilestarikan sebagai wujud keanekaragaman dialek bahasa di Indonesia.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Sintaksis Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti ‘dengan’ dan tattien yang berarti ‘menempatkan’. Secara etimologis, sintaksis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata atau kelompok kata menjadi kalimat Ahmad, 19961997 dalam Putrayasa, 2008:1. Verhaar 2010:161 menjelaskan bahwa sintaksis adalah tata bahasa yang membahas antar kata dalam tuturan. 2.2.2 Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi 11 bunyi ataupun proses fonologi lainya. Dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik ., tanda tanya ?, atau tanda seru , sementara itu di dalamnya disertakan pula berbagai tanda baca seperti koma ,, tititk dua :tanda pisah -, dan spasi Alwi, 2003:311. 2.2.3 Kalimat Interogatif Kalimat interogatif adalah kalimat yang mengandung maksud menanyakan sesuatu kepada si mitra tutur. Dalam bahasa Indonesia terdapat paling tidak lima macam untuk mewujudkan tuturan interogatif. Kelima macam itu dapat disebutkan secara satu persatu sebagai berikut : 1 dengan membalik urutan kalimat, 2 dengan menggunakan kata apa atau apakah, 3 dengan menggunakan kata bukan atau tidak, 4 dengan mengubah intonasi kalimat dengan kalimat tanya tertentu, dan 5 dengan menggunakan kata- kata tanya tertentu Rahardi, 2005:77. Kalimat interogatif diakhiri dengan tanda tanya ? pada bahasa tulis dan pada bahasa lisan dengan suara naik, terutama jika tidak ada kata tanya atau suara turun. Bentuk kalimat iterogatif biasanya digunakan untuk meminta 1 jawaban ” ya ” atau ” tidak”, atau 2 informasi mengenai sesuatu atau seseorang dari lawan bicara atau pembaca Alwi, 2003:358. Chaer 2011: 350-356 menjelaskan mengenai kalimat tanya adalah kalimat yang isinya mengharapkan reaksi atau jawaban berupa pengakuan, keterangan, alasan, pendapat dari pihak pendengar atau pembaca. Dilihat dari reaksi jawaban yang diharapakan dibedakan adanya: 1. Kalimat tanya yang meminta pengakuan atau jawaban: ya – tidak, atau 12 ya – bukan 2. Kalimat tanya yang meminta keterangan mengenai salah satu unsur kalimat. 3. Kalimat tanya yang meminta alasan. 4. Kalimat tanya yang meminta pendapat atau buah pikiran orang lain. 5. Kalimat tanya yang menyuguhkan.

a. Kalimat tanya yang meminta jawaban dalam bentuk pengakuan ya – tidak, atau