commit to user 12
yang ada di gunung Merapi di bedakan menjadi dua yaitu unit lapangan dan unit penerima. Unit lapangan terdiri dari semua peralatan yang dipasang di lapangan
yang terdiri dari sensor, amplifier, VCO dan pemancar. Sensor seismograf seismometer atau geophone merupakan inti dari
seismograf. Seismometer yang dipakai dari tipe elektromagnetik, sensor kecepatan, dengan massa 1 kilogram dan frekuensi 1 Hz. Setiap 1 mm detik nilai
out put dari seismometer diatur sebesar 50 miliVolt, sebagai contoh apabila terdapat kecepatan gerak tanah sebesar 1 mms pada kabel keluaran akan terukur
tegangan sebesar 50 mV. Besarnya tegangan keluaran tergantung dari gerak tanah. Karena pada umumnya getaran tanah sangat kecil, maka tegangan keluaran
seismometer diperkuat dengan amplifier. Di gunungapi Merapi digunakan penguatan sinyal sebesar 72 dB desibel, dengan kata lain penguatan sinyalnya
mencapai 2000 x nilai sinyal awal. Sinyal yang telah diperkuat dimasukkan dalam VCO pengubah tegangan ke frekuensi suara sebelum dipancarkan dengan
gelombang Very high Frequency VHF ke Yogyakarta. Pancaran menggunakan daya yang cukup rendah sekitar 100 miliWatt. Walaupun daya cukup rendah,
karena jalur transmisi radio dari Merapi ke Yogyakarta terbuka maka tidak ada hambatan dalam pengiriman datanya. Transmisi data menggunakan transmisi
analog, yang berarti bahwa transmitter beropersi secara terus menerus memancarkan gelombang radio yang membawa sinyal seismik.
Unit penerima dari seismograf terdiri dari radio penerima, demodulator dan rekorder. Dengan radio penerima, sinyal dari seismometer di lapangan dapat
diterima rekorder. Dengan radio penerima, sinyal dari seismometer di lapangan dapat diterima berupa sinyal analog dan kemudian dengan demodulator sinyal
tersebut dipisahkan dari sinyal pembawanya carier sehingga kemudian dapat dicatat dalam kertas seismogram, sinyal dari seismometer di lapangan juga dicatat
dengan komputer PC lain dengan pencatatan menggunakan kertas seismogram. Peranan pos pengamatan sangat diperlukan dalam mitigasi bencana
letusan. Oleh karena itu pemantauan seismik dari pos diperlukan sehingga pengamat dapat setiap saat mengetahui kondisi aktivitas Merapi.
commit to user 13
II. 4 Seismik
Pemantauan seismik Gunungapi Merapi dimulai pada tahun 1924 dengan adanya seismograf mekanik Wiechert yang dipasang di lereng Barat sekitar 9 km
dari puncak untuk mengetahui peningkatan aktivitas menjelang erupsi Nopember 1930. Seismograf elektromagnetik mulai digunakan pada tahun 1969 yaitu
menggunakan seismograf Hosaka yang menggunakan kabel agar dapat diletakkan di tempat-tempat yang lebih representatif.
Pada tahun 1982 terbentuk sebuah jaringan seismograf yang mengelilingi tubuh gunung yang terdiri atas tujuh stasiun sensor periode pendek. Sensor yang
digunakan adalah produk dari Mark Product tipe L4C dengan faktor redam 0,8 dan konstanta tranduksi 50 mVmms. Stasiun sensor menggunakan daya batere
dengan pengisian solar panel. Sinyal dikirim ke BPPTK Yogjakarta dengan telemetri radio VHF. Di BPPTK sinyal ini kemudian direkam pada kertas
seismogram rekorder VR-68 produk Sprengnether, dan juga disimpan dalam data digital menggunakan digitizer Guralp DM24 dengan laju cuplik 100 Hz.
Seismogram kertas dianalisa secara rutin setiap harinya untuk mengetahui jumlah kegempaan, dan parameter-parameter gempanya sedangkan lokasi gempa dihitung
dengan menggunakan sinyal digital untuk kemudahan pembacaan waktu. MERAPI, 2009.
II. 5 Jaringan Seismik instrumentasi
Jaringan seismik gunung Merapi yang terdiri dari 6 stasiun seismograf yaitu Telemetri SPRENGNETHER, menggunakan frekuensi VHF dengan daya
pancar sekitar 100 mWatt. Geophone yang digunakan adalah tipe L4C Mark- Product. Untuk pencatatan dilakukan di Yogyakarta yang berjarak sekitar 25-30
Km dari jaringan seismik Merapi. Pencatatan menggunakan recorder drum VR-65 dengan kecepatan putar
drum kecepatan rekam sebesar 120 mmmenit. Oleh karena kondisi lokal seismograf yang tidak sama maka beberapa seismograf mempunyai pembesaran
elektronis yang berbeda. Termasuk di dalamnya tiga stasiun seismik dengan sistem Telemetri digital yang terletak di Juranggrawah, Pasar Bubar dan Labuhan.
Di stasiun Labuhan digunakan seismometer Broadband merupakan jenis
commit to user 14
seismograf yang bekerja pada bentangan frekuensi 0,0001 Hz – 1,0 Hz merk Streckeisen tipe STS2, sedangkan dua lainnya digunakan seismometer periode
pendek produk Mark tipe L43D. Akuisisi dan layout data seismik digital serta kuantifikasi sinyal gempa seperti RSAM dan SSAM menggunakan sistem
Earthworm dan Swarm.
Gambar 2. 5. Skema Seismograf RTS Gunungapi Merapi Ratdomopurbo, 1999
Keterangan : S
= Seismometer AMP
= Amplifier seismometer AS- 110, Sprengnether VCO
= Pengubah tegangan ke frekuensi TC-10, Sprengnether TR
= Pemancar penerima gelombang VHF T.FR.F, Monitron Corp. DCR
= Pengubah frekuensi ke tegangan TC-20, Sprengnether TS
= Sistem pewaktuan TS-250, Sprengnether Vr
= Perekam Analog Kertas seismogram; VR-65, Sprengnether
Sinyal seismik sebagai getaran tanah, oleh seismometer diubah menjadi sinyal tegangan pada kutub-kutub koil seismometer. Seismometer L4C seperti
juga sensor seismik elektromagnetik lainnya merupakan sensor kecepatan, dalam arti bahwa out put dari seismometer berbanding langsung dengan kecepatan gerak
tanah bukan amplitudo gerak tanah. Dengan demikian hubungan antara out put seismometer dan amplitudo gerak tanah adalah fungsi frekuensi getaran tanah.
Unit lapangan S
AMP VCO
T
Base stasion
DCR VR
T R