commit to user 22
commit to user 23
Direktorat Vulkanologi menggunakan klasifikasi gempa vulkanik Minakami yang sudah dimodifikasi dengan penemuan-penemuan baru, gempa-
gempa tersebut antara lain : 1. Gempa Vulkanik Type A HF- deep
Adalah gempa vulkanik yang mempunyai kedalaman lebih dari 2 km di bawah puncak gunung. Frekuensi dominan yang diamati seismogram kertas
berkisar antara 5 – 8 Hz. Awalan dari gempa yang tajam dan jelas ini dibedakan dengan gempa lainnya adanya phase P dan S yang jelas.
2. Gempa vulkanik type B HF – shallow Adalah gempa vulkanik frekuensi tinggi dengan kedalaman kurang dari
dua Km di bawah kawah. Bentuk mirip dengan type A, hanya phase P dan S tidak dapat dibedakan. Stasiun Pusunglondon PUS paling dekat dengan
puncak, pencatat gempa ini dengan amplitudo paling besar. 3. Gempa fase banyak Multiphase
Fase banyak dikemukakan oleh “Shimozuru” 1969 untuk menyebutkan gempa-gempa yang terjadi selama pertumbuhan kubah lava. Frekuensi antara
1.5 Hz. Dan digunakan sejak 1989, yang sebelumnya belum pernah terjadi. 4. Gempa frekuensi rendah LF
Adalah gempa frekuensi rendah yang bersumber dangkal, amplitudo yang tercatat paling besar di stasiun PUS. Frekuensi antara 1.5 Hz. Dan digunakan
sejak 1989, yang sebelumnya belum pernah terjadi. 5. Gempa LHF
Gempa ini terdiri atas dua bagian, yang pertama berfrekuensi rendah dan yang beberapa titik kemudian disusul dengan bagian kedua yang berfrekuensi
tinggi. 6. Tremor
Tremor Gunung Merapi mempunyai frekuensi 1 – 2 Hz. Durasi bervarasi dari orde beberapa menit sampai beberapa jam. Sehingga hanya dengan
menggunakan seismograf yang perbesarannya mencukupi akan dapat mencatat.
commit to user 24
II. 8 Energi Gempa
Energi merupakan ukuran besar gempa. Dalam menghitung besaran tersebut banyak peneliti yang menggunakan persamaan yang bermacam-macam.
Hal ini dapat saja terjadi karena kelakuan tiap-tiap gunung berbeda-beda. Persamaan dasar skala Ritchter:
M = MA = log A – log Ao 5
Dimana: A = Amplitudo pada seismogram berdasar seismograf “Wood-Anderson” gain
2800x Ao = Amplitudo minimum pada seismogram “Wood-Anderson”, besarnya
tergantung jarak pusat gempa. Ritchter, 2000
Penerapan rumus Ritchter pada seismogram lain harus dilakukan perhitungan amplitude dari amplitude seismogram yang digunakan diubah ke
amplitude ekivalen “Wood-Anderson”. Untuk melakukan perhitungan magnitude bisa digunakan monogram Ritchter atau dihitung dengan konstanta Ao yang sudah
diketahui dari alat. Energi gempa merupakan jumlah energi dari gempa VA, VB dan MP
dalam dimensi erg. Untuk sismogram RTS, amplitudo ekivalen “Wood- Anderson” dengan persaman :
Ar = amplitude terkoreksi = 2800 I x Ck x Cg x A2 6
Koyanagi – Kojima, 1984
Dimana, A
= amplitudo peak to peak pada seismogram RTS Ck
= faktor kaliberasi, jika input amplifier seismometer AS-110 sebesar 250 uVpp 5 Hz dan pada seismogram terbaca simpangan sebesar Ax,
instrument pada 72 dB, 5 fullscale, Vr-65 5o mVmm maka Ck = Ax4. Cg
= faktor penguatan tanah masing-masing stasiun ditentukan berdasarkan gempa teleseismik.
commit to user 25
I = perbesaran seismograf, sebagai fungsi frekeunsi. Sampai tahun 1987
harga I = 53400 untuk frekuensi 15 Hz, jika frequensi di bawah 15 Hz maka perbesaran akan lebih kecil.
Persamaan dalam menghitung Magnitude M dari data gempa durasi, F – P yang digunakan yaitu;
M = 3,33 log F - P - 3,92 7
Untuk perhitungan energi didasarkan pada Persamaan Guttenberg – Ritchter yaitu: Log E = 11,8 + 1,5 M
8 Mengetahui frekuensi gempa selain untuk menentukan amplitudo terkoreksi juga
bisa digunakan dalam mempelajari sifat – sifat serapan frekuensi gelombang seismik yang melalui batuan gunung Merapi. Seperti diketahui bahwa bahwa
batuan merupakan fiter lintas frekuensi rendah low pass filter maka semakin jauh dari sumber gempa, frekuensi yang tercatat akan semakin rendah. Sedangkan
daya serap frekuensi tergantung pada jenis batuannya.
Tabel 4. Tingkat isyarat gunung berapi di Indonesia
Status Makna
Tindakan
Awas
1.
Menandakan gunung berapi yang segera atau
sedang meletus atau ada keadaan kritis yang
menimbulkan bencana
2.
Letusan pembukaan dimulai dengan abu dan
asap
3.
Letusan berpeluang terjadi dalam waktu 24 jam
1.
Wilayah yang terancam bahaya direkomendasikan
untuk dikosongkan
2.
Koordinasi dilakukan secara harian
3.
Piket penuh