2. Perumusan Masalah 3. Tujuan Penelitian 4. Manfaat Penelitian 5. Sistematika Penulisan

commit to user 5 untuk mengetahui aktivitas gunung api berkaitan dengan jumlah energi kumulatif yang dikeluarkan saat gunung mengalami masa krisis. Pemantauan gunungapi Merapi dapat dilakukan secara analog dan digital, berdasarkan data seismik dan data RSAM tersebut dapat dibandingkan nilai kalkulasi yang menunjukkan korelasi nilai energi saat terjadi krisis seismik di tahun 2006. Selain itu terdapat penjelasan spektral dari pengolahan data digital saat terjadi krisis gunungapi Merapi.

I. 2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, dibuat rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah RSAM Real-Time Seismic Amplitude Measurement dapat menyediakan informasi kualitatif yang tepat saat terjadi krisis seismik gunungapi. 2. Bagaimanakah pengolahan data seismik untuk menentukan total energi kumulatif gempa.

I. 3. Tujuan Penelitian

Adapun untuk tujuan dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Menentukan nilai energi kumulatif gempa akibat erupsi Gunung Merapi tahun 2006 berdasarkan data RSAM dan data Seismik periode bulan Mei - Juni 2006. 2. Menentukan nilai koreksi energi kumulatif dari perbandingan data RSAM dan Data Seismik gempa erupsi Gunung Merapi periode bulan Mei - Juni 2006.

I. 4. Manfaat Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Didapatkan hubungan korelasi grafik energi gempa baik dari RSAM maupun Data Seismik. commit to user 6 2. Pengaruh kenaikan nilai energi kumulatif gempa sebagai indikasi peningkatan aktivitas gunungapi Merapi.

I. 5. Sistematika Penulisan

Penulisan laporan Tugas Akhir TA ini mengikuti sistematika penulisan sebagai berikut; BAB I . Pendahuluan Bab ini berisi latar belakang Tugas Akhir TA, tujuan, manfaat pelaksanaan Tugas Akhir TA, perumusan masalah, dan terdapat pula sistematika penulisan laporan. BAB II . Tinjauan Pustaka Bab ini berisi tentang beberapa teori yang mendukung proses pengolahan data gempa vulkanik dan keterangan-keterangan yang dapat mempermudah pengertian tentang beberapa istilah yang menyangkut gempa pada Gunungapi Merapi. Selain itu juga terdapat teori tentang RSAM Real-Time Seismic Amplitude Measurement yang bisa menyediakan informasi kualitatif saat terjadi krisis seismik gunungapi Merapi. BAB III. Metodologi Penelitian Dalam bab ini membahas tentang metode pengolahan data dan keterangan yang mendukung pengolahan data tersebut. BAB IV. Pembahasan Bab ini berisi tentang pembahasan hasil dan analisa dari Tugas Akhir TA yang disesuaikan berdasarkan tujuan dari penulisan Tugas Akhir TA ini. BAB V . Penutup Pada bab ini memuat beberapa kesimpulan dan saran dari seluruh uraian yang telah dibuat pada bab-bab sebelumnya. Tabel 1. Lama penggunaan battere tiap-tiap stasiun Lokasi Pusung L Babadan Plawangan Maron Deles Selo Seismograf RTS-PTS6 RTS-PTS3 RTS-PTS3 RTS-PTS3 RTS-PTS3 RTS-PTS3 Seismometer L4C 1Hz V L4C 1Hz H L4C 1Hz H L4C 1Hz V L4C 1Hz V L4C 1Hz V L4C 1Hz V L4C 1Hz V AMP Gain AS110-72 AS110-72 AS110-72 AS110-72 AS110-72 AS110-72 AS110-72 AS110-72 Frekuensi VCO- DCR 1360 Hz 2040 Hz 2720 Hz 1700 Hz 2040 Hz 2380 Hz 2720 Hz 3060 Hz Frekuensi VHF- MHz 167.7555- 167.500 165.809 164.500 164.0093 163.6054 167.500 Battery Jumlah lama 4 3 bulan + solar 21 bulan 1 20 hari 2 35 hari 2 35 hari 13bulan + solar Tabel 3. Tipe-tipe gempa Gunung Merapi yang digunakan sampai saat ini. Tipe Ciri Frekuansi Dominan Hz Keterangan Versi Shimozoru Versi Minakami VTA Gelombang P dan S nampak jelas 5 – 8 Volcano tektonik hiposenter 2,5 km dari puncak Tidak tercatat Tipe A VTB Gelombang P nampak jelaas, Gelombang S tidak 5 – 8 Volcano tektonik hiposenter 1,5 km dari puncak Tipe B Tipe A dangkal MP Kurang impulsive daripada VT, dengan amplitudo yang sama akan lebih panjang, peluruhan amplitude cepat terhadap jarak stasiun 3 – 4 Terkait dengan pertumbuhan kubah lava Type 4 – many phase LF Frekuensi rendah monokromatis seragam di semua stasiun, durasi pendek 1 – 2 Tipe B Tipe B LHF LF yang diikuti VTB Hanya teramati aktivitas 1990 – 1992 Tidak Terekam Kombinasi tipe B diikuti tipe A Tremor Seperti LF dengan durasi panjang 1 – 2 Tremor Guguran Durasi panjang 60 – 180 s 1 – 20 Berhubungan dengan kubah lava Tipe 5, tipe 1,tipe 2 commit to user 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Sejarah Singkat Monitoring Gunungapi Merapi

Gunungapi Merapi secara administratif terletak di antara empat kabupaten yaitu Kab. Magelang di sektor Barat, Kab. Boyolali di sektor Utara dan Timur, Kab. Klaten di sektor Tenggara dan Kotamadya Yogyakarta di sektor Selatan, adapun secara geografis berada di koordinat 7°32’30”S dan 110°26’30”E. Berdasarkan tataan tektoniknya, gunung ini terletak di zona subduksi, dimana Lempeng Indo-Australia menunjam di bawah Lempeng Eurasia yang mengontrol vulkanisme di Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. G. Merapi muncul di bagian selatan dari kelurusan dari jajaran gunungapi di Jawa Tengah mulai dari utara ke selatan yaitu Ungaran-Telomoyo-Merbabu-Merapi dengan arah N165°E. Kelurusan ini merupakan sebuah patahan yang berhubungan dengan retakan akibat aktivitas tektonik yang mendahului vulkanisme di Jawa Tengah. Aktivitas vulkanisme ini bergeser dari arah utara ke selatan, dimana G. Merapi muncul paling muda. Progo 150 km Gambar 2. 1. Peta lokasi G. Merapi yang terletak di Jawa Tengah PVMBG, 2000 7 commit to user 8 Sebelum tahun 1920-an Indonesia belum serius mengintensifkan penelitian-penelitian terhadap gunungapi. Baru pada tahun 1982 Direktorat Vulkanologi bekerjasama dengan USGS United States Geologycal Survey telah memasang suatu jaringan seismik dengan Sistem Telemetri Radio RTS. Dengan jaringan ini segala aktivitas letusan tahun 1984 sampai sekarang dapat diketahui dengan mudah. Ratdomopurbo, 2000 .

II. 2 Sensor Seismik

Dalam pemonitoringan gunungapi Merapi, BPPTK menggunakan banyak cara seperti pemantauan seismik, visual, dan geokimia. Untuk pemantauan seismik menggunakan seperangkat seismograf. Seismograf merupakan alat pencatat gempa yang pada dasarnya berfungsi untuk mencatat getaran gelombang gempa bumi. Pada prinsipnya seismograf merupakan alat yang peka terhadap getaran maka segala jenis getaran akan terekam. Hasil rekaman seismograf disebut seismogram. Sensor seismik merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur pergerakan tanah ketika terjadi suatu guncangan getaran. Berdasarkan gerakan ini maka dapat dianalisa variabel-variabel fisikanya. Misalnya adalah variabel kinetiknya : perpindahan, kecepatan, dan percepatan. Tidaklah mudah untuk mengukur pergerakan tanah dengan menggunakan sensor seismik seismograf, kesulitan ini dapat diakibatkan karena; 1. Pengukuran dilakukan dengan obyek yang bergerak, di samping itu sensor juga bergerak terhadap tanah. Berdasarkan prisip inersia, maka dapat dianalisa percepatan tanah yang terjadi. Sedangkan nilai kecepatan dan perpindahan hanya dapat diperkirakan saja. 2. Amplitude dan frekuensinya memiliki rentang yang sangat lebar.