commit to user 1
BAB I PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang Masalah
Ilmu pengetahuan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia. Dengan adanya ilmu sains seperti ilmu fisika, maka hidup manusia
menjadi lebih mudah. Peranan ilmu fisika sendiri telah banyak berkembang sebagai contohnya adalah ilmu Geofisika. Dalam ilmu Geofisika pembelajaran
tentang bumi menjadi suatu hal yang pokok, terlebih lagi ketika berkaitan dengan pegetahuan tentang gempa vulkanik dan kegunungapian. Perkembangan ilmu
geofisika ini semakin ditingkatkan mengingat besarnya dampak dari bencana gunungapi itu sendiri.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi kegempaan yang tinggi, baik itu yang disebabkan oleh gempa tektonik akibat
pergeseran lempeng tektonik, maupun gempa yang berasal kegiatan vulkanik. Salah satu pemicu gempa vulkanik di Indonesia adalah gempa akibat gunungapi
Merapi. Gunungapi Merapi merupakan salah satu gunungapi termuda bertipe strato dengan kubah lava dalam kumpulan gunungapi di Pulau Jawa. Gunung tipe
strato tersusun dari batuan, kemudian tipe letusannya berubah-ubah sehingga menghasilkan susunan yang berlapis-lapis dari beberapa jenis batuan. Pada
gunung tipe ini terbentuk suatu kerucut besar raksasa yang kadang tidak beraturan karena letusan terjadi sudah beberapa ratus kali. Gunungapi Merapi ini
terletak di zona subduksi, dimana Lempeng Indo-Australia terus bergerak di bawah Lempeng Eurasia.
Gunungapi Merapi secara geografi terletak pada koordinat : 7°32,5LS - 110°26,5 BT secara administratif termasuk : Kab. Sleman, Prop. D. I.
Yogyakarta, Kab. Magelang, Boyolali, Kab. Klaten, Propinsi Jawa Tengah. Dengan ketinggian 2986 m dari permukaan air laut PVMBG, 2001.
Gunungapi Merapi menunjukkan sejarah bentuk kerucut yang kompleks. Pembentukan gunungapi Merapi melalui 5 tahap, yaitu Pra Merapi 400.000
1
commit to user 2
tahun yang lalu, Merapi Tua berumur antara 400.000 sampai 6.700 tahun yang lalu, kemudian tahap ketiga adalah Merapi Menengah antara 6.700 – 2.200 tahun
yang lalu, Merapi Muda 2.200 – 600 tahun yang lalu dan Merapi Sekarang sejak 600 tahun lalu Berthommier, 1990.
Aktivitas vulkanik pertama kali adalah Gunung Bibi yang memiliki ketinggian 2.025 m dari permukaan air laut. Gunung Bibi berada di lereng timur
laut Gunung Merapi. Gunung Bibi memiliki lava yang bersifat “basaltic andesit”.
Gambar 1. Gunung Merapi diambil dari Jrakah Merapi, 2006
Gunung Turgo dan Gunung Plawangan dikenal sebagai Merapi Tua yang telah berumur antara 60.000 sampai 8.000 tahun serta mendominasi morfologi
lereng selatan Gunungapi Merapi. Pada masa Merapi Pertengahan terjadi beberapa lelehan lava andesitik penyusun bukit Batulawang dan Gajahmungkur
di lereng utara Gunungapi Merapi. Aktivitas Merapi yang sekarang ini disebut “Merapi Baru” telah dimulai
sekitar 2000 tahun yang lalu. Aktivitas Merapi terdiri dari aliran basalt dan andesit lava, awanpanas, letusan magmatik serta phreatomagmatik. Aktivitas Gunungapi
Merapi berpusat di kubah lava. Dimana kawah Pasarbubar terbentuk kerucut puncak Merapi yang sekarang ini disebut sebagai Gunung Anyar.
commit to user 3
Merapi merupakan gunungapi paling populer di Indonesia maupun internasional. Merapi sering dijadikan objek pengamatan dan penelitian terkait
penulisan ilmiah kegunungapian. ” Tipe Merapi” dijadikan model standar dalam penentuan jenis letusan yang terjadi pada gunungapi diseluruh dunia. Popularitas
Merapi tidak lain karena letusannya. Gunungapi Merapi tersebut termasuk paling sering meletus dengan periode 2-7 tahun.
Gunungapi Merapi menunjukkan karakter erupsi berupa pertumbuhan kubah lava secara efusif dan kadang – kadang disertai pembentukan lidah lava.
Sebagian kubah lava yang secara gravitasi tidak stabil akan longsor sehingga menyebabkan terjadinya awanpanas yang disebut sebagai erupsi ”Tipe Merapi“.
Awanpanas yang terjadi dikenal sebagai tipe Merapi telah dijadikan standar internasional. Istilah erupsi “Tipe Merapi” telah diterapkan untuk menyebut tipe
erupsi di Gunung Unzen Jepang dan Colima US. Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar
10-15 tahun sekali. Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar antara lain di tahun 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930. Letusan besar pada tahun 1006 membuat
seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi abu. Lestusan tersebut diduga menyebabkan kerajaan Mataram Kuno harus berpindah ke Provinsi Jawa Timur.
Letusannya di tahun 1930 menghancurkan 13 desa dan menewaskan 1400 orang. Letusan pada November 1994 menyebabkan hembusan awan panas ke bawah
hingga menjangkau beberapa desa dan memakan korban puluhan jiwa manusia. Letusan 19 Juli 1998 cukup besar namun mengarah ke atas sehingga tidak
memakan korban jiwa. Catatan letusan yang terjadi pada tahun 2001-2003 berupa aktivitas tinggi yang berlangsung terus-menerus.
Gunungapi Merapi mempunyai potensi bahaya. Bahaya ini dapat dibedakan menjadi bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer ini timbul
sebagai akibat langsung dari letusan yang meliputi awanpanas letusan, lemparan material letusan dan abu letusan, sedangkan bahaya sekunder merupakan bahaya
yang secara tidak langsung disebabkan oleh letusan atau produk letusan diantaranya berupa lahar, kerusakan rumah dan tempat pemukiman.
commit to user 4
Mengingat begitu besarnya dampak yang ditimbulkan oleh letusan Gunungapi Merapi maka kecepatan informasi seismik sangatlah diperlukan. Saat
terjadi krisis seismik gunungapi, informasi yang dicirikan seringnya tumpang tindih sehingga pengolahan datanya pun sulit untuk dilakukan secara tepat waktu.
Gejala peningkatan aktivitas gunungapi Merapi mulai tampak sejak Juli 2005 yang ditandai dengan terjadinya rentetan gempa vulkanik volcanic swarm
dengan magnitude relatif besar. Pada tanggal 9 dan 10 Juli 2005 terjadi gempa vulkanik terasa yang bisa dirasakan oleh penduduk dalam radius 5 Km dari
puncak. Fenomena ini menandai awal siklus aktivitas baru setelah mengalami istirahat lebih dari empat tahun sejak letusan terakhir 10 Februari 2001.
Subandriyo, 2005. Aktivitas gunungapi Merapi meningkat secara gradual sejak awal tahun
2006. Kemudian secara bertahap status aktivitasnya dinaikkan sesuai dengan perkembangan aktivitas dan resiko bahayanya. Pada tanggal 15 Maret 2006 status
aktivitas dinaikkan menjadi WASPADA, tanggal 12 April 2006 menjadi SIAGA, dan pada tanggal 13 Mei 2006 dinaikkan menjadi AWAS. Pada tanggal 13 Juni
2006 sempat aktivitasnya diturunkan menjadi SIAGA, tetapi pada tanggal 14 Juni 2006 terjadi awanpanas besar melampaui batas perkiraan, sehingga status aktivitas
dinaikkan kembali menjadi awanpanas khusus untuk sektor Kali Gendol, yang merupakan daerah ancaman awanpanas utama pada krisis erupsi gunungapi
Merapi 2006. Subandriyo, 2006. Kebanyakan dari event seismik termasuk di dalamnya aktivitas gunungapi
sangatlah sulit untuk dapat terdeteksi dan terekam oleh jaringan pemantau. Namun ternyata beberapa event tersebut telah mampu menyebabkan pergerakan tanah
sehingga dapat terdeteksi oleh jaringan Real-Time Seismic Amplitude Measurement RSAM sebagai puncak-puncak amplitudo pada rata-rata waktu
seismik. Endo and Murray, 1991. RSAM Real-time Seismic Amplitude Measurement dengan ide dasar
merata-ratakan sinyal seismik pada suatu waktu tertentu yang merepresentasikan energi getaran. Dengan RSAM ini mempermudah upaya monitoring gunungapi
yang hubungannya adalah dengan mitigasi. Dengan demikian dapat digunakan
commit to user 5
untuk mengetahui aktivitas gunung api berkaitan dengan jumlah energi kumulatif yang dikeluarkan saat gunung mengalami masa krisis.
Pemantauan gunungapi Merapi dapat dilakukan secara analog dan digital, berdasarkan data seismik dan data RSAM tersebut dapat dibandingkan nilai
kalkulasi yang menunjukkan korelasi nilai energi saat terjadi krisis seismik di tahun 2006. Selain itu terdapat penjelasan spektral dari pengolahan data digital
saat terjadi krisis gunungapi Merapi.
I. 2. Perumusan Masalah