mekanis paling maksimum yaitu 12,556 Nm
2
, kemudian diikuti dengan PP:PP-g-MA:
tepung biji durian
7:0,5:0,4g yaitu 8,878 Nm
2
, lalu PP:PP-g-MA:
tepung biji durian
7:0,5:0,6g yaitu 7,377 Nm
2
dan PP:PP-g-MA:
tepung biji durian
7:0,5:0,2g yaitu 3,855 Nm
2
lalu PP:PP-g-MA:
tepung biji durian
7:0,5:0,3g yaitu 3,846 Nm
2
.
Sedangkan nilai kemuluran paling maksimum pada perbandingan PP:PP-g-MA:
tepung biji durian
7:0,5:0,5g yaitu 8,600 kemudian diikuti dengan PP:PP-g-MA:
tepung biji durian
7:0,5:0,4g yaitu 7,800, lalu PP:PP-g-MA:
tepung biji durian
7:0,5:0,6g yaitu 7,160 dan PP:PP-g-MA:
tepung biji durian
7:0,5:0,2g yaitu 3,820 lalu PP:PP-g-MA:
tepung biji durian
7:0,5:0,3g yaitu 3,200. Dari hasil perhitungan kekuatan tarik dan kemuluran diatas dapat disimpulkan bahwa kekuatan tarik tidak tergantung dengan kenaikan bahan pengisi biji
durian yang ditambahkan. Dispersi pengisi yang baik dan interaksi matriks pengisi mungkin menjadi dua faktor utama yang bertanggung jawab untuk penurunan kekuatan tarik, kekuatan
tarik berbanding lurus dengan kemuluran.
4.2. Analisa Differential Thermal Analysis DTA
Gambar 4.3 Grafik Analisa DTA Tepung Biji Durian Gambar 4.3 adalah hasil grafik analisa DTA tepung biji durian yang menunjukkan adanya 3
peak temperatur kritis yaitu pada temperatur kritis pertama, tepung biji durian mengalami perubahan sifat thermal pada suhu 80
C, pada temperatur kritis kedua juga terjadi perubahan thermal yaitu pada suhu 275
C, pada temperatur kritis ketiga, biji durian telah terbakar pada suhu 380
C.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.4 Grafik Analisa DTA PP
Gambar 4.4 adalah hasil grafik analisa DTA PP yang menunjukkan adanya 3 peak temperatur kritis yaitu pada temperatur kritis pertama, PP mengalami perubahan sifat thermal pada suhu
170 C, pada temperatur kritis kedua juga terjadi perubahan thermal yaitu pada suhu 340
C, pada temperatur kritis ketiga, pp telah terbakar pada suhu 380
C.
Gambar 4.5 Grafik Analisa DTA PP : PP-g-MA : tepung biji durian 7 : 0,5 : 0,2g
Gambar 4.5 adalah grafik analisa DTA PP : PP-g-MA : tepung biji durian 7: 0,5 : 0,2g yang menunjukkan hanya ada 2 peak temperatur kritis yaitu pada temperatur kritis pertama, PP:PP-
Universitas Sumatera Utara
g-MA: tepung biji durian 7:0,5:0,2g mengalami perubahan sifat thermal pada suhu 160 C,
pada temperatur kritis ketiga PP:PP-g-MA: tepung biji durian 7:0,5:0,2g terbakar pada suhu 375
C. sedangkan PP : PP-g-MA : tepung biji durian 7:0,5:0,2g pada temperatur kritis kedua tidak ada muncul temperatur kritisnya karena jika PP dan tepung biji durian dicampur
yang ditambahkan dengan PP-g-MA maka ketiga bahan ini terjadi interaksi, ini dibuktikan dengan munculnya 2 peak pada PP : PP-g-MA : tepung biji durian 7:0,5:0,2g ini sehingga
pada suhu 375 C, PP : PP-g-MA : tepung biji durian 7:0,5:0,2g langsung terbakar.
Gambar 4.6 Grafik Analisa DTA PP : PP-g-MA : tepung biji durian 7 : 0,5 : 0,3g
Gambar 4.6 adalah grafik analisa DTA PP : PP-g-MA : tepung biji durian 7:0,5: 0,3g yang menunjukkan hanya ada 2 peak temperatur kritis yaitu pada temperatur kritis pertama, PP:PP-
g-MA: tepung biji durian 7:0,5:0,3g mengalami perubahan sifat thermal pada suhu 160 C,
pada temperatur kritis ketiga PP:PP-g-MA: tepung biji durian 7:0,5:0,3g terbakar pada suhu 370
C. sedangkan PP:PP-g-MA: tepung biji durian 7:0,5:0,3g pada temperatur kritis kedua tidak ada muncul temperatur kritisnya karena jika PP dan tepung biji durian dicampur yang
ditambahkan dengan PP-g-MA maka ketiga bahan ini terjadi interaksi, ini dibuktikan dengan munculnya 2 peak pada PP:PP-g-MA: tepung biji durian 7:0,5:0,3g ini sehingga pada suhu
370 C, PP:PP-g-MA: tepung biji durian 7:0,5:0,3g langsung terbakar.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.7 Grafik Analisa DTA PP : PP-g-MA : tepung biji durian 7:0,5:0,4g
Gambar 4.7 adalah grafik analisa DTA PP : PP-g-MA : tepung biji durian 7:0,5:0,4g yang menunjukkan hanya ada 2 peak temperatur kritis yaitu pada temperatur kritis pertama, PP:PP-
g-MA:tepung biji durian 7:0,5:0,4g mengalami perubahan sifat thermal pada suhu 160 C,
pada temperatur kritis ketiga PP : PP-g-MA : tepung biji durian 7:0,5:0,4g terbakar pada suhu 375
C. sedangkan PP : PP-g-MA : tepung biji durian 7:0,5:0,4g, pada temperatur kritis kedua tidak ada muncul temperatur kritisnya karena jika PP dan tepung biji durian dicampur
yang ditambahkan dengan PP-g-MA maka ketiga bahan ini terjadi interaksi, ini dibuktikan dengan munculnya 2 peak pada PP : PP-g-MA : tepung biji durian 7:0,5:0,4g ini sehingga
pada suhu 375 C, PP : PP-g-MA : tepung biji durian 7:0,5:0,4g langsung terbakar.
Gambar 4.8 Grafik Analisa DTA PP : PP-g-MA : tepung biji durian 7 : 0,5 : 0,5g
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.8 adalah grafik analisa DTA PP : PP-g-MA : tepung biji durian 7:0,5: 0,5g yang menunjukkan hanya ada 2 peak temperatur kritis yaitu pada temperatur kritis pertama, PP:PP-
g-MA: tepung biji durian 7:0,5:0,5g mengalami perubahan sifat thermal pada suhu 160 C,
pada temperatur kritis ketiga PP : PP-g-MA : tepung biji durian 7:0,5:0,5g terbakar pada suhu 370
C. sedangkan PP : PP-g-MA : tepung biji durian 7:0,5:0,5g pada temperatur kritis kedua tidak ada muncul temperatur kritisnya karena jika PP dan tepung biji durian dicampur
yang ditambahkan dengan PP-g-MA maka ketiga bahan ini terjadi interaksi, ini dibuktikan dengan munculnya 2 peak pada PP : PP-g-MA : tepung biji durian 7:0,5:0,5g ini sehingga
pada suhu 370 C, PP : PP-g-MA : tepung biji durian 7:0,5:0,5g langsung terbakar.
Gambar 4.9 Grafik Analisa DTA PP : PP-g-MA : tepung biji durian 7 : 0,5 : 0,6g
Gambar 4.9 adalah grafik analisa DTA PP : PP-g-MA : tepung biji durian 7:0,5: 0,6g yang menunjukkan hanya ada 2 peak temperatur kritis yaitu pada temperatur kritis pertama, PP:PP-
g-MA: tepung biji durian 7:0,5:0,6g mengalami perubahan sifat thermal pada suhu 160 C,
pada temperatur kritis ketiga PP : PP-g-MA : tepung biji durian 7:0,5:0,6g terbakar pada suhu 375
C. sedangkan PP : PP-g-MA : tepung biji durian 7:0,5:0,6g pada temperatur kritis kedua tidak ada muncul temperatur kritisnya karena jika PP dan tepung biji durian dicampur
yang ditambahkan dengan PP-g-MA maka ketiga bahan ini terjadi interaksi, ini dibuktikan dengan munculnya 2 peak pada PP : PP-g-MA : tepung biji durian 7:0,5:0,6g ini sehingga
pada suhu 375 C, PP : PP-g-MA: tepung biji durian 7:0,5:0,6g langsung terbakar. Data hasil
DTA spesimen komposit terbiodegradasikan dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Data Hasil DTA Spesimen Komposit Terbiodegradasikan NO Sampel
Temperatur Kritis
o
C I
II III
Terbakar 1
Tepung Biji Durian 80
275 380
2 PP
170 340
380 3
PP:PP-g-MA : tepung biji durian 7:0,5:0,2 160
- 375
4 PP:PP-g-MA : tepung biji durian 7:0,5:0,3
160 -
370 5
PP:PP-g-MA : tepung biji durian 7:0,5:0,4 160
- 375
6 PP:PP-g-MA : tepung biji durian 7:0,5:0,5
160 -
370 6
PP:PP-g-MA : tepung biji durian 7:0,5:0,6 160
- 375
Temperatur : 0 sd 550
C Thermocouplemv
: PR15 mv DTA Range
: ± 500 μv Heating Speed
: 10 Cmenit
Chart Speed : 2,5 mmmenit
Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa PP tepung biji durian saling mempengaruhi sifat thermalnya. Ini dibuktikan adanya interaksi pada temperatur kritis kedua, jika PP telah
dicampur dengan PP-g-MA dan tepung biji durian sehingga pada temperatur kritis ketiga, PP: PP-g-MA: tepung biji durian sudah terbakar. PP dan tepung biji durian tidak terjadi reaksi
secara kimia melainkan terjadi secara thermal.
Universitas Sumatera Utara
4.3. Analisa Sifat Morfologi dengan Uji SEM Scanning Electron Microscopy