mengkarakterisasi senyawa-senyawa dengan berat molekul rendah. Karakterisasi yang dilakukan untuk menganalisa campuran polimer yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
menggunakan analisa sifat mekanik meliputi kekuatan tarik dan kemuluran, sifat termal DTA, SEM Scanning Electron Microscopy, uji FTIR, uji biodegradable.
2.8.1. Analisa Sifat Mekanik dengan Uji Kekuatan Tarik dan Kemuluran
Sifat mekanis biasanya dipelajari dengan mengamati sifat kekuatan tarik
t
menggunakan alat pengukuran tensometer atau dinamometer, bila terhadap bahan diberikan tegangan.
Secara praktis kekuatan tarik diartikan sebagai besarnya beban maksimum F
maks
yang dibutuhkan untuk memutuskan spesimen bahan. Karena selama dibawah pengaruh tegangan,
spesimen mengalami perubahan bentuk deformasi maka definisi kekuatan tarik dinyatakan dengan luas penampang semula A
t
= F
maks
A
................................................................ 2.2 selama deformasi, dapat diasumsikan bahwa volume spesimen tidak berubah, sehingga
perbandingan luas penampang semula dengan penampang setiap saat , A A = l l
, dengan l dan l
masing-masing adalah panjang spesimen setiap saat dan semula. Bila didefinisikan besaran kemuluran sebagai nisbah pertambahan panjang terhadap panjang spesimen
semula = Δl l maka diperoleh hubungan:
A = A l +
............................................................... 2.3 Hasil pengamatan sifat kekuatan tarik ini dinyatakan dalam bentuk kurva tegangan,
yakni nisbah beban dengan luas penampang, terhadap perpanjangan bahan regangan, yang disebut dengan kurva tegangan-regangan. Bentuk kurva tegangan-regangan ini merupakan
karakteristik yang menunjukkan indikasi sifat mekanis bahan yang lunak, keras, kuat, lemah, rapuh, atau liat Basuki wirjosentono, 1995. Film hasil spesimen dengan ketebalan 0,2 mm
dipotong membentuk spesimen untuk pengujian kemuluran uji tarik.
Universitas Sumatera Utara
64 mm
33mm
19 mm 6 mm
25.5 mm 115 mm
Gambar 2.7 Spesimen Uji Kekuatan Tarik Berdasarkan ASTM D
– 638 – 72 – Type IV Kedua ujung spesimen dijepit pada alat kemuluran kemudian dicatat perubahan panjang
mm berdasarkan besar kecepatan 50 mmmenit.
2.8.2. Analisa Differential Thermal Analysis DTA
Termal analisis merupakan teknik untuk mengkarakterisasi sifat material yang dipelajari berdasarkan respon material tersebut terhadap temperatur.Untuk menentukan sifat
termofisiknya metode yang biasa digunakan salah satunya adalah differential thermal analysis DTA.
Differential thermal analysis DTA adalah analisis termal yang menggunakan referensi sebagai acuan perbandingan hasilnya, material referensi ini biasanya material inert.
Sampel dan material referensi dipanaskan secara bersamaan dalam satu tempat. Perbedaan temperatur sampel dengan temperatur material referensi direkam selama siklus pemanasan
dan pendinginan. DTA juga dapat didefinisikan sebagai teknik untuk merekap perbedaan temperatur
antara sampel material dengan material referensi terhadap waktu atau temperatur dimana kedua spesimen diperlakukan dibawah temperatur yang identik didalam lingkungan
pemanasan atau pendinginan pada laju yang dikontrol. DTA sangat berguna untuk material dengan dekomposisi yang cukup intensif seperti elastomer, material eksotermik.
Karakterisasi dengan menggunakan DTA banyak dilakukan oleh banyak peneliti karena perbedaan karakteristik material terhadap perilaku panas yang unik. Misalnya pada
Universitas Sumatera Utara
penelitian yang dilakukan oleh Grega Klancnik dkk, differential thermal analysis DTA digunakan untuk mengetahui sifat thermodinamika dimana sifat tersebut akan dapat
memberitahukan mengenai perilaku material pada proses pemanasan yang berbeda serta pada tekanan gas yang berbeda.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pengujian DTA adalah: 1. Berat sampel
2. Ukuran partikel 3. Laju pemanasan
4. Kondisi atmosfir 5. Kondisi material itu sendiri
2.8.3. Analisa Sifat Permukaan dengan pengujian Scanning Electron Microscopy SEM