Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
tak acuh terhadap tugas yang diberikan, kurang bergairah dalam menjalankan tugas, 4 masih ada sebagian guru yang melaksanakan kegiatan pembelajaran tanpa berpedoman
pada RPP yang telah disusun, 5 masih ada sebagian guru sering meninggalkan sekolah pada saat jam kerja, 6 masih ada sebagian guru kurang menunjukkan perhatiannya
terhadap pelaksanaan tugas sekolah, masih ada sebagian guru menunjukkan sikap komunikasi di sekolah yang kurang efektif akibatnya kesan yang diterima guru kurang
jelas, komunikasi lebih banyak bersifat formal, kurangnya komunikasi informal, informasi yang diterima guru sering terlambat sehingga mempersulit dalam
melaksanakan pembaharuan, komunikasi di sekolah bersifat tertutup guru tidak berani mengungkapkan saran yang berhubungan dengan bidang tugasnya. al ini merupakan
fenomena kurang lancarnya komunikasi di sekolah. Agar motivasi kerja dapat dioptimalkan dalam organisasi sekolah maka perlu
diketahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kerja itu. aktor-faktor itu meliputi faktor internal yang bersumber dari dalam individu dan faktor eksternal yang
bersumber dari luar individu. aktor internal seperti sikap terhadap pekerjaan, bakat, minat, kepuasan, pengalaman, dan lain- lain serta faktor dari luar individu yang
bersangkutan seperti pengawasan, gaji, lingkungan kerja, kepemimpinan Wahjosumidjo,
1:4 . Kepemimpinan kepala sekolah menjadi salah satu faktor yang menentukan
dalam keberlangsungandan perkembangan organisasi pendidikan. Untuk mencapai tujuan sekolah, hal ini bukanlah pekerjaan yang mudah dilakukan karena efektivitas
seorang pemimpin diukur dari kinerja dan pertumbuhan organisasi yang dipimpinnya serta kepuasan guru terhadap pimpinannya.
Maka dari segi kepemimpinan kepala sekolah dirasakan terdapat masalah, ini terlihat dari fenomena-fenomena : 1 kepala sekolah kurang membantu guru yang
menemui kesulitan dalam melaksanakan tugas seperti dalam penyusunan RPP, kepala sekolah jarang memberikan apresiasi terhadap guru yang berprestasi dalam
menjalankan tugasnya, kepala sekolah kurang memperhatikan pendapat, saran dan kritik yang disampaikan oleh guru, 4 kepala sekolah kurang memeberikan informasi
yang berkaitan dengan pelaksanakan tugas guru, 5 Kurangnya peranan kepala sekolah sebagai motivator terhadap semangat dan peningkatan motivasi kerja guru.
enomena-fenomena di atas apabila dibiarkan dan tidak mendapat perhatian akan berdampak pada pelaksanaan yang dapat mempengaruhi pada tujuan organisasi
dan instansi itu sendiri dan kualitas sekolah atau mutu sekolah itu sendiri. Kurang tepatnya gaya kepemimpinan kepala sekolah itu sendiri menjadikan rendahnya motivasi
kerja guru dalam melaksanakan tugasnya. Guru sebagai Pegawai egeri Sipil memiliki kewajiban yang harus ditaati,
sebagaimana bunyi Pasal 5 Undang-Undang o. Tahun 19 4 : Setiap Pegawai egeri wajib mentaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan melaksanakan
tugas kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab.
Sesuai dengan Teori Sistem Perilaku dijelaskan leh ewstorm, : 6
bahwa budaya organisasi mempengaruhi kepemimpinan dan komunikasi, selanjutnya kepemimpinan dan komunikasi mempengaruhi motivasi, dan pada akhirnya motivasi
mempengaruhi kinerja. Sementara
olquitt, Lepine, Wesson 9: 4, mengemukakan model
Integrative Model of Organizational Behavior. Untuk memahami motivasi organisasi diantaranya mencakup struktur budaya organisasi, struktur organisasi. Mekanisme tim
mencakup kepemimpinan, yakni : gaya kepemimpinan perilaku dan kekuasaan, pengaruh kepemimpinan, proses tim, dan karakteristik tim.
Karakteristik individu mencakup kepribadian nilai-nilai etika dan kemampuan brupa kecerdasan inteligensi termasuk kecerdasan emosional. Mekanisme individu
termasuk kepuasan kerja, stress tekanan, motivasi, kepercayaan, keadilan, dan pengambilan keputusan. Sedangkan hasil yang diharapkan adalah kinerja dan komitmen
organisasi. Jika motivasi kerja guru tinggi, maka akan sangat mudah mencapai tujuan yang diharapkan secara sempurna. Motivasi kerja guru merupakan suatu faktor yang
dominan mempengaruhi kualitas kerja guru dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu.
Untuk meningkatkan kinerja pegawai, organisasi perlu melakukan perbaikan kinerja. Dalam hal ini, menurut urtwengler
:16 terdapat sejumlah faktor yang perlu diperhatikan oleh suatu organisasi di dalam melakukan perbaikan kinerja, yaitu :
1 aktor kecepatan; kualitas; layanan, dan 4 nilai. Selain keempat faktor tersebut, juga terdapat faktor lainnya yang turut mempengaruhi kinerja pegawai, yaitu :
1 Keterampilan interpersonal; mental untuk sukses; Terbuka untuk berubah; 4 kreativitas; 5 Terampil berkomunikasi, 6 inisiatif; kemampuan dalam
merencanakan dan mengorganisir kegiatan yang menjadi tugasnya. aktor – faktor tersebut memang tidak langsung berhubungan dengan pekerjaan, namun memiliki bobot
pengaruh yang sama terhadap motivasi kerja guru. Menurut teori situasi kerja stoner, J.A. dan R. . reeman 1994: 6, situasi
kerja yang dapat memepengaruhi motivasi kerja adalah : 1 Kebijakan Perusahaan, seperti skala upah dan tunjangan pegawai cuff,pensiun
dan tunjangan-tunjangan, umumnya mempunyai dampak kecil terhadap prestasi individu. amun kebijaksanaan ini benar-benar mempengaruhi keinginan
karyawan untuk tetap bergabung dengan atau meninggalkan organisasi yang bersangkutan dan kemampuan organisasi untuk menarik karyawan baru.
Sistem Balas Jasa atau sistem imbalan, kenaikan gaji, bonus, dan promosi dapat menjadi motivator yang kuat bagi prestasi seseorang jika dikelola secara efektif.
Upah harus dikaitkan dengan peningkatan prestasi sehingga jelas mengapa upah tersebut diberikan, dan upah harus dilihat sebagai sesuatu yang adil oleh orang-
orang lain dalam kelompok kerja, sehingga mereka tidak akan merasa dengki dan membalas dendam dengan menurunkan prestasi kerja mereka.
Kultur organisasi, meliputi norma, nilai, dan keyakinan bersama anggotanya meningkatkan atau menurunkan prestasi inidividu. Kultur yang membantu
pengembangan rasa hormat kepada karyawan, yang melibatkan mereka dalam proses pengambilan keputusan dan yang memberi mereka otonomi dalam
merencanakan dan melaksanakan tugas mendorong prestasi yang lebih baik dari pada kultur yang dingin, acuh tak acuh, dan sangat ketat.
erdasarkan penjelasan tersebut dapat terlihat bahwa secara garis besar faktor- faktor yang mempengaruhi motivasi kerja sangat bervariasi. amun secara umum
faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor eksternal dan faktor internal. aktor internal adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kerja, yang
datangnya dari dalam diri seseorang. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor – faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kerja yang bersumber dari lingkungan kerja
organisasi sekolah. Guru pada umumnya akan termotivasi mengajar dengan motivasi kerja yang
tinggi apabila kebutuhannya sebagai makhluk hidup dan makhluk sosial dapat terpenuhi secara baik. Mengingat begitu besarnya peranan guru di dalam proses belajar mengajar
dalam suatu institusi pendidikan, maka seharusnya pimpinan harus mengetahui bagaimana kondisi iklim yang terjadi di sekolahnya karena iklim tidak dapat dilihat
tetapi dapat dirasakan dan dapat mempengaruhi perilaku seseorang. klim mempunyai
peranan penting dalam meningkatkan motivasi kerja guru. Jika iklim sekolah berjalan dengan baik maka motivasi kerja guru akan meningkat.
Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelolah tenaga kependidikan yang tersedia di
sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang berpengaruh dalam meningkatkan motivasi kerja guru.
Sekolah yang merupakan sebuah organisasi, manajemennya dipimpin oleh seorang kepala sekolah. aktor kepemimpinan kepala sekolah berkaitan dengan upaya
peningkatan motivasi kerja guru. Pada umumnya, kepemimpinan kepala sekolah di ndonesia belum dapat dikatakan sebagai manajer profesional. al ini disinyalir pula
oleh laporan ank Dunia bahwa salah satu penyebab makin menurunnya mutu pendidikan di persekolahan di indonesia adalah kurang profesionalnya peran kepala
sekolah . Mulyasa, :4 .
Komunikasi antar pribadi terhadap sesama guru berpengaruh terhadap motivasi kerja guru dalam pelaksanaan tugasnya. Komunikasi antarpribadi dalam setiap individu
secara khusus pada diri guru dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaannya apabila dikembangkan dengan baik dalam membantu dirinya dalam memenuhi kekurangannya.
Dengan komunikasi antarpribadi setiap individu menunjukkan diri pribadinya kepada orang lain. Komunikasi antarpribadi dapatmempererat hubungan antarpribadi dan saling
membagi rasa dengan disadari konsep diri serta memberikan evaluasi positif dalam menerima dan menyampaikan informasi sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
Komunikasi antarpribadi seorang guru merupakan bagian yang tak dapat dipisahklan dalam mewujudkan motivasi kerja guru di sekolah sebagai ujungtombak
pendidikan. al ini senada dengan yang diungkapkan oleh Jalaluddin Rakhmat, :14 yang menyatakan agar kemunikasi antarpribadi melahirkan hubungan
pribadi yang efektif maka dogmatis harus diganti dengan sekap terbuka. ersama-sama dengan sikap percaya dan sikap suportif, sikap terbuka mendorong timbulnya saling
pengertian, saling menghargai, dan saling mengembangkan kualitas antarpribadi. erdasarkan uraian yang telah dikemukakan, timbul pertanyaan apakah terdapat
hubungan iklim organisasi, kepemimpinan kepala sekolah, dan komunikasi antarpribadi dengan motivasi kerja guru. al ini mengingat bahwa guru merupakan ujung tombak
dari keberhasilan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk itu penulis mengadakan penelitian tentang motivasi kerja guru serta ubahan-ubahan yang dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi guru.