Yang Sering Mengantar Terapi Hemodialisa
SuamiIstri AnakKeponakan
Saudara Tidak Ada
38 26
21 24
34,9 23,9
19,3 22
Suku Aceh
Batak Jawa
Padang 13
45 29
22 11,9
41,3 26,6
20,2
5.2. Dukungan Keluarga pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang
Menjalani Hemodialisa di RSUP.H.Adam Malik Medan Peneliti melakukan pengumpulan data mengenai dukungan keluarga pada
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa dengan memberikan kuesioner kepada responden. Pernyataan kuesioner mengenai variabel dukungan
keluarga terdapat 20 pernyataan yang terdiri dari empat aspek, yaitu aspek dukungan instrumental, aspek dukungan informasional, aspek dukungan
emosional dan aspek dukungan penilaian. Berikut ini akan peneliti gambarkan distribusi dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa. Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Keluarga pada Pasien
Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa n= 109
Karakteristik Frekuensi
Persentase Dukungan Keluarga
Kurang Cukup
Baik 6
28 75
5,5 25,7
68,8
Tabel 5.2. menunjukkan dukungan keluarga yang diberikan kepada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa adalah baik n= 75 atau
68,8.
Universitas Sumatera Utara
5.3. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa adalah baik yaitu
sebanyak 75 responden 68,8. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Surmeli 2015 didapatkan lebih dari separuh dukungan yang
diberikan oleh keluarga kepada responden yang mengalami gagal ginjal dan menjalani terapi hemodialisis adalah cukup positif yaitu sebanyak 53 orang
50,5. Seseorang dengan dukungan yang tinggi akan lebih berhasil menghadapi dan mengatasi masalahnya dibanding dengan yang tidak memiliki dukungan
Taylor, 2009. Menurut Friedman 2010 menyatakan bahwa keluarga lazimnya berfungsi sebagai sistem pendukung bagi keluarganya, anggota keluarga
memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan, selain itu keluarga juga memiliki
peranan penting dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan anggota keluarga serta membantu keberhasilan suatu tindakan pengobatan dan meningkatkan rasa
nyaman dan sikap positif dari keluarga. Hasil studi terhadap sejumlah pasien dengan penyakit ginjal kronis,
didapat bahwa dukungan keluarga dapat meningkatkan kesehatan pasien yang sedang hemodialisa yang dipengaruhi oleh faktor geografis, status sosial ekonomi
dan kebudayaan serta memberikan perbedaan rata-rata angka kematian pada pasien penyakit ginjal kronis Kimmel, 2001. Hal yang sama Penelitian menurut
Chen 2008 menyatakan bahwa budaya mempengaruhi dukungan keluarga, hal ini dipengaruhi oleh perbedaan praktik kebiasaan di keluarga dimana keluarga
yang sebagian besar bekerja sebagai buruh sudah terbiasa untuk membeli
Universitas Sumatera Utara
makanan diluar dibandingkan masak sendiri. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki suku batak sebanyak
45 orang 41,3 dan rata – rata responden memiliki dukungan keluarga dalam
kategori baik. Hal ini karena suku batak memegang erat persekutuan, kekerabatan untuk saling membantu dari orang
– orang bersaudara, sedarah, seketurunan melalui bapak leluhur lewat marga Promes, 1996.
Penelitian yang
dilakukan Sumigar
2015 dalam
menjaga kesehatannya biasanya kaum perempuan yang lebih baik menjaga kesehatannya
dibandingkan laki - laki dan sebagian besar laki - laki suka mengkonsumsi minuman beralkohol yang dimana berdampak buruk bagi kesehatan. Hal ini
disebabkan karena faktor pola makan dan pola hidup responden laki - laki yang suka merokok dan minum kopi Nurchayati, 2012. Penelitian Zulfitri 2006
menemukan dukungan keluarga mayoritas berjenis kelamin laki - laki sebesar 64,6, Zulfitri juga membahas bahwa perempuan dan laki-laki memiliki respon
yang berbeda dalam menghadapi masalah, laki - laki cenderung tidak perduli, tidak memperhatikan kesehatannya sedangkan perempuan lebih banyak
ditemukan untuk memeriksakan kesehatannya sehingga laki – laki membutuhkan
saran, masukan, dan dukungan untuk meningkatkan kesehatannya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti mendapatkan jenis kelamin
responden paling banyak laki – laki sebanyak 72 orang 66,1. Hasil penelitian
rata – rata responden jenis kelamin laki – laki mendapatkan dukungan keluarga
dalam kategori baik. Menurut Ratna 2010 dukungan dari keluarga merupakan faktor penting
seseorang ketika menghadapi masalah kesehatan dan sebagai strategi preventif
Universitas Sumatera Utara
untuk mengurangi stres dan pandangan hidup. Penelitian yang dilakukan Suliswati 2009 mengemukakan bahwa semakin bertambah usia seseorang, maka semakin
mampu menunjukkan kematangan jiwa, semakin bijaksana menerima masukan yang dapat membangun dirinya, mampu berpikir rasional dan mampu
mengendalikan emosi dan semakin toleransi terhadap orang lain. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Notoadmodjo 2007 salah satu faktor yang
mempengaruhi dukungan keluarga adalah faktor usia, usia yang dianggap optimal dalam menerima nasehat adalah usia yang diatas 20 tahun, usia tersebut mampu
menerima dukungan yang diberikan keluarganya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan sebagian besar responden memiliki usia lebih dari
20 tahun dan mendapatkan dukungan keluarga dalam kategori baik. Hal ini juga didukung oleh penelitian Daryanto 2007 bahwa seseorang yang berusia 18 tahun
keatas dianggap dewasa dan mampu menerima setiap dukungan dari anggota keluarganya.
Menurut teori Bomar 2006, dukungan keluarga adalah bentuk perilaku melayani yang dilakukan oleh keluarga, baik dalam bentuk dukungan emosional
perhatian, kasih sayang, empati, dukungan penghargaan menghargai, umpan balik, dukungan informasi saran, nasehat, informasi maupun dalam bentuk
dukungan instrumental bantuan tenaga, dana, dan waktu. Keluarga dapat memberikan dukungan instrumental untuk mencegah sakit dengan memberikan
bantuan nyata dan bantuan ekonomi. Penelitian yang dilakukan oleh Papastavrou 2009 yang mengemukakan bahwa faktor ekonomi pasien akan berpengaruh pada
dukungan keluarga yang diterima pasien. Pasien yang berpenghasilan tidak menentu akan meningkatkan tingkat dukungan terhadap pasien yang menjalani
Universitas Sumatera Utara
terapi. Kondisi ekonomi mempengaruhi kemampuan orang untuk berobat maupun dalam hal perawatan. Penderita dengan ekonomi yang rendah akan tidak teratur
dalam proses pengobatan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa penghasilan responden per bulan sebagian besar di bawah
Rp.2.037.000 Upah Minimum Kota Medan sebesar 76 orang 69,7. Hasil penelitian rata
– rata responden dengan penghasilan di bawah Rp.2.037.000 mendapatakan dukungan keluarga dalam kategori baik.
Salah satu dampak yang dialami pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa adalah tidak dapat beraktivitas kembali seperti sebelum
menjalani dialisis misalnya dalam hal pekerjaan yaitu seringkali kehilangan pekerjaan atau di bebas tugaskan Hasrini, 2009. Hal ini didukung dengan hasil
penelitian yang menunjukkan sebagian besar responden tidak bekerja sebanyak 36 orang 33. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden
yang tidak bekerja mendapatkan dukungan keluarga dalam kategori baik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Widyastuti 2011 mengemukakan
bahwa status pekerjaan pasien memberikan dampak langsung pada dukungan keluarga, apabila penghasilan yang didapatkan pasien kurang atau tidak ada, maka
akan meningkatkan dukungan instrumental untuk menunjang pemberian dukungan untuk kesembuhan pasien. Penelitian yang dilakukan Harwood et al
2005, menyebutkan bahwa masalah finansial merupakan stresor pasien gagal ginjal tahap akhir yang menjalani hemodialisis. Perencanaan strategi untuk
pengembangan ekonomi, bekerjasama dengan badan pemerintahan diperlukan untuk meringankan beban pasien Brenner, 2006. Keterlambatan inisiasi
hemodialisis pasien yang tidak mempunyai asuransi lebih besar dibandingkan
Universitas Sumatera Utara
dengan pasien yang mempunyai asuransi Kausz et al, 2000. Dimana penelitian menurut Daryani 2011 menunjukkan bahwa terdapat hubungan dukungan
keluarga dengan inisiasi hemodialisis. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan responden sebagian besar menggunakan asuransi sebanyak 92 orang
84,4 . Penelitian yang dilakukan Sunaryo 2004 mengatakan bahwa pendidikan
mencakup seluruh proses kehidupan, berupa interaksi dengan lingkungan baik formal maupun non formal. Proses dan kegiatan pada dasarnya melibatkan
masalah perilaku individu maupun kelompok seperti individu yang berperilaku sarjana akan berbeda dengan yang berpendidikan SMP. Semakin tinggi
pendidikan seseorang, dia akan cenderung berperilaku positif karena pendidikan yang diperoleh dapat meletakkan dasar
– dasar pengertian dalam diri seseorang Azwar, 1995. Pendidikan merupakan faktor yang penting pada pasien gagal
ginjal kronik untuk dapat memahami dan mengatur dirinya sendiri dalam membatasi makan dan minum Liu, 2010. Menurut Purnawan 2008 bahwa
tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi dukungan yang diberikan pada keluarga, semakin rendah tingkat pendidikan maka semakin baik dukungan yang
diterima. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan sebagian besar responden memiliki pendidikan SMA sebanyak 62 orang 56,9 dan hasil
penelitian juga menunjukkan sebagian besar responden yang berpendidikan SMA mendapatkan dukungan keluarga yang baik. Hal ini juga didukung oleh penelitian
yang dilakukan Puspitasari 2009 menyatakan bahwa pendidikan pasien sangat menunjang keluarga untuk memberikan dukungan, pendidikan pasien yang rendah
Universitas Sumatera Utara
akan meningkat keluarga dalam hal memberikan support, masukan, bimbingan, dan saran yang berkualitas.
Penelitian yang di lakukan Nurkhayati 2005 menyatakan bahwa keluarga berperan penting dalam keberhasilan terapi hemodialisis baik saat pradialisis
maupun saat proses dialisis karena dukungan dari keluarga dapat mempengaruhi tingkah laku pasien dan tingkah laku ini memberi hasil kesehatan seperti yang
diinginkan. Menurut Friedman 2010 menyatakan bahwa suami atupun istri adalah bagian keluarga yang paling dekat yang senantiasa memberikan nasehat,
saran, maupun pemberian informasi tentang kesehatan yang diperoleh dari petugas kesehatan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan
sebagian besar anggota keluarga yang paling sering mengantar untuk hemodialisa adalah suamiistri sebanyak 38 orang 34,9 dan hasil penelitian juga
menunjukkan sebagian besar responden yang mengantar suamiistri mendapatkan dukungan keluarga dalam kategori baik. Hal ini didukung juga dengan hasil
penelitian sebagian besar responden sudah menikah sebanyak 93 orang 85,3 dan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden mendapatkan
dukungan keluarga yang baik. Dukungan internal seperti ayah, ibu, suamiistri, saudara kandung kakak ataupun adik mempunyai hubungan dukungan emosional
dan instrumental yang cukup erat pada keluarga Friedman, 2010. Hal yang sama juga menurut WHO 2008 menyatakan bahwa anggota keluarga merupakan
pihak utama yang menangggung beban subjektif dan objektif yaitu emosional dan finansial karena adanya salah satu anggota keluarga yang sakit. Bila salah satu
atau beberapa anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lain disekitarnya Mubarak dan Cahyatin,
Universitas Sumatera Utara
2009. Menurut Sarafino 2005 bahwa dukungan keluarga dapat bermanfaat positif bagi kesehatan bila pasien merasakan dukungan tersebut sebagai dukungan
yang layak dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan dan pasien akan sembuh lebih cepat bila keluarganya membantunya memecahkan masalah dengan lebih efektif
dengan dukungan yang dimilikinya.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN