kecamatan akan menjadi daya tarik tersendiri bagi penduduk untuk melakukan migrasi ke Kecamatan Lumajang.
3. Penggunaan Lahan Dan Kawasan Budidaya Kabupaten
Lumajang
Secara umum penggunaan lahan di Kabupaten Lumajang meliputi kawasan lindung dan kawasan budi daya. Kawasan lindung di
kabupaten Lumajang meliputi Hutan Lindung dan Taman nasional dengan seluas 35.067,05 Ha atau sekitar 19,58 , sedangkan kawasan
budi daya seluas 144.022,95 Ha atau sekitar 80,42 meliputi Hutan Produksi, Hutan Rakyat, Pemukiman, Lahan Pertanian, Lahan
Perkebunan Perikanan darat tambak, kolam,empang serta sungai perairan.
Tabel 2.3
Penggunaan lahan dan kawasan budidaya
Peruntukan Luas Ha
Kawasan Hutan Lindung 11.527,60
Taman Nasional 23.539,45
Kawasan Hutan Produksi 22.735,00
Kawasan Hutan Rakyat 56.436,00
Total Luasan Hutan : 114.238,05
Penggunaan Lain : 64.851,95
- Pemukiman
15.927,00 -
Lahan Pertanian 35.993,00
- Lahan Perkebunan
9.921,00 -
Perikanan tambak, kolam, empang
127,00 -
Sungai dan perairan 2.883,95
Sumber : RTRW Kab.Lumajang Tahun 2012-2032
4. Aspek Kehutanan Kabupaten Lumajang
Untuk mengurangi tingkat kerusakan lahan di Kabupaten Lumajang selama tahun 2013 telah diadakan gerakan rehabilitasi
hutan dan lahan, seluas 19.771,32 hektar yang terdiri dari penambahan hutan rakyat seluas 297,00 hektar, pengkayaan dan pemeliharaan
hutan rakyat 978,50 hektar, penghijauan untuk penyelamatan sumber mata air dan kanan kiri sungau 2,00 hektar, reboisasi dalam kawasan
hutan Perum Perhutani dan TNBTS 118,40 hektar, penghijauan untuk penggantian tebangan 8.095,02 hektar dan penghijauan lingkungan
seluas 10.280,41 hektar meliputi tanaman mahoni, sengon, jati, jabon, suren, tanaman perkebunan, dan MPTS
4
. Dalam hal penataan hasil hutan di Kabupaten Lumajang telah
dilaksanakan dengan baik. Namun, dalam rangka pelaksanaan amanat Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak dan retribusi
daerah, Pendapatan Asli Daerah PAD yang sebelumnya diperoleh dari sumbangan pihak ke III berupa pelayanan SKSKB-KR, FAKO
dan Surat Ijin Penebangan Pohon SIPP tidak dianggarkan dalam DPA SKPD Dinas Kehutanan Kabupaten Lumajang Tahun 2015
5
. Selain itu, berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.30Menhut-II2012 tentang Penatausahaan Hasil hutan yang berasal dari hutan hak, sudah tidak diperlukan lagi dokumen Surat Keterangan
Sahnya Kayu Bulat Kayu Rakyat SKSKB-KR dan surat ijin
4
Ibid hal II-60
5
Ibid hal II-63
penebangan pohon. Sedangkan kewenangan untuk menerbitkan Surat Keterangan Asal Usul Kayu SKAU diberikan kepada pihak Kepala
Desa. Meskipun sudah tidak ditargetkan adanya PAD namun sumbangan Pihak ke- 3 tetap diterima melalui rekening Kas Daerah.
PAD yang berasal dari bagi hasil Provisi Sumber Daya Hutan PSDH sebesar Rp. 494.753.970,- Empat ratus sembilan puluh empat juta
tujuh ratus lima puluh tiga ribu sembilan ratus tujuh puluh rupiah. Hasil implementasi program dan kegiatan yang dilaksanakan pada
tahun 2015 mampu mendukung hasil produksi kehutanan mengingat luas daratan Kabupaten Lumajang sekitar 179.090 hektar memiliki
potensi sumberdaya hutan rakyat seluas 66.936,69 hektar hasil inventarisasi tegakan hutan rakyat tahun 2009
6
. Dari berbagai upaya yang dilakukan dalam pembangunan hutan
rakyat baik melalui sumber dana pemerintah APBN dan APBD Kabupaten maupun swadaya masyarakat yang bertujuan sebagai
upaya rehabilitasi lahan dan konservasi tanah juga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, hutan rakyat di Kabupaten
Lumajang pada tahun 2015 seluas 57.310,00 hektar.
6
Ibid II-65
Tabel 2.4
Perbandingan perkembangan luas hutan rakyat Tahun 2014-2015 Berdasarkan LokasiKecamatan
No Lokasi
Jumlah Ha Th 2014
2015
1 Tempursari
1.880,33 1.932,83
2 Pronojiwo
4.890,51 4,940,51
3 Candipuro
7.186,64 7.211,64
4 Pasirian
2.816,74 2.852,18
5 Tempeh
8.852,18 2.852,18
6 Lumajang
282,53 282,53
7 Sumbersuko
1.076,33 1.076,33
8 Tekung
454,15 454,15
9 Kunir
6.333,19 6.333,19
10 Yosowilangun
317,84 317,84
11 Rowokangkung
475,76 475,76
12 Jatiroto
141,28 141,28
13 Randuagung
1.636,84 1.651,84
14 Sukodono
143,50 143,50
15 Padang
1.730,62 1.730,62
16 Pasrujambe
2,859,81 2.889,81
17 Senduro
7.012,58 7.042,58
18 Gucialid
6.270,30 6.270,30
19 Kedungjajang
1.755,96 1.785,96
20 Klakah
2.837,08 2.844,58
21 Ranuyoso
4.058,83 4.096,33
Jumlah 57.013,00
57.310,00
Sumber : Dinas Kehutanan Kab. Lumajang Tahun 2013
Realisasi produksi hasil hutan rakyat yang berhasil dicapai pada tahun 2015 sebanyak 1.052.352,23 m³ kayu hutan atau naik sebesar
183 persen dari target sebesar 575.000 m³ yang dominasi oleh tanaman sengon sebesar 1.031.676,31 m³, produksi dari kayu hutan
jenis rimba campur sebesar 9.027,81 m³, mahoni sebesar 3.671,33 m³, Jati sebesar 3.037,90 m³, Kembang sebesar 2.371,92 m³, Damar
sebesar 1.607,27 m³, Bendo sebesar 424,87 m³, Nyampo sebesar 294,68 m³, Sono sebesar 206,30 m³ dan Pinus sebesar 33,86 m³.
Dibandingkan dengan tahun 2012 produksi hasil hutan rakyat mengalami kenaikan sebesar 52,71 persen atau sebanyak 363.199,59
m³. Besarnya kenaikan ini salah satu faktornya adalah masyarakat dipermudah untuk menebang pohon di lahannya sendiri tanpa perlu
Surat Ijin Penebangan Pohon SIPP sehingga menyebabkan kesulitan dalam pengendalian penebangan kayu yang berasal dari hutan rakyat.
Hal ini berakibat pada tingginya produksi tahun 2013 sehingga melebihi taksiran tebangan maksimum yang menjamin kelestarian
hutan di Kabupaten Lumajang yaitu sebesar 751.186,54 m³tahun
7
.
7
Ibid hal II-63
Tabel 2.5
Peningkatan Produksi Hutan Tahun 2012-2013-2014
Jenis Kayu Volume M³
Tahun 2012 Tahun 2013
Tahun 2014
Jati 2.627,88
1.951,25 3.037,90
Mahoni 4.006,78
3.126,83 3.671,33
Sono 317,19
208,66 206,30
Damar 549,03
1.079,58 1.607,27
Pinus 577,28
29,53 33,86
Kembang 1.889,11
1.780,07 2.371,92
Bendo 344,82
264,02 424,87
Nyampo 291,97
209,04 294,68
Rimba campur 7.166,03
5.658,58 9.027,81
Sengon 659.899,01
674.845,07 1.031.676,31
Jumlah 677.669,10
689.152,64 1.052.352,23
Sumber : Dinas Kabupaten Lumajang 2013 Dalam hal pelayanan ijin pemanfaatan hasil hutan dan
pemanfaatan kawasan hutan, mempunyai kewenangan dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat lokal dengan mengacu
pada acuan nasional dan memberikan pertimbangan teknis dan rekomendasi kepada Pemerintah Pusat yang selanjutnya akan
mempertimbangkan untuk memberi atau menolak usulan ijin tersebut. Dengan diberlakukannya Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.30
Tahun 2014 yang mengatur tentang Penatausahaan hasil hutan yang
berasal dari hutan hak, Pemerintah Kabupaten Lumajang melalui Dinas Kehutanan tidak lagi mempunyai kewenangan dalam
memberikan ijin pemanfaatan hasil hutan. Dokumen-dokumen yang diperlukan hanya SKAU Surat Keterangan Asal Usul Kayu dan Nota
Angkutan yang dapat diterbitkan oleh desa. Sedangkan FAKO dapat diterbitkan oleh perusahaan sendiri.
Tabel 2.6 No
Uraian Th 2013
Th 2014 Th 2015
Lembar M³
Lembar M³
Lembar M³
1 Jumlah Ijinblangko yang dikeluarkan
•SKSKB- KR
991 7.071,69
NIHIL •FAKO
11.836 639.081,12 25.539
1.379.134,463 115,77 115,77
•SKAU 17.910
395.939,41 NIHIL 2
penerbitan •SIPP
472 689.152,64 NIHIL
Sumber : Dinas Kehutanan Kab. Lumajang Tahun 2013 Potensi hutan rakyat yang cukup besar dari segi populasi pohon
maupun jumlah rumah tangga yang mengusahakannya ternyata mampu menyediakan bahan baku industri kehutanan. Perkiraan
potensi dan luas hutan rakyat yang dihimpun sampai dengan tahun 2013 mencapai 7.641.333 m³ dengan luas 57.310,00 ha. Jumlah pohon
yang ada mencapai 22.924.000 batang, dengan jumlah pohon siap
tebang sebanyak 3.230.500 batang. Perbandingan jumlah RT Petani Kehutanan tahun 2012 - 2013, sebagaimana tabel berikut
8
:
Tabel 2.7
Perbandingan dengan jumlah RT petani kehutanan Tahun 2013-2014
No Uraian
Tahun 2014
Tahun 2015
Naikturun
1 Jml.
RT Petani
Kehutanan 9.921
11.558 17
2 Jml.
Kelompok Tani Kehutanan
134 135
0,75
Sumber : Dinas Kehutanan Kab. Lumajang Tahun 2013 Untuk jumlah pengusaha kehutanan sampai dengan tahun 2013
dapat dibandingkan sebagaimana tabel berikut :
Tabel 2.8
Perbandingan Jumlah Pengusaha Kehutanan Tahun 2014-2015
No Uraian
Tahun 2013
Tahun 2014
Naikturun
1 Jml
pengusaha pengolahan
hasil hutan
yang terdaftar
50 71
42
2 Jml
penangkar bibit swadaya
86 86
Sumber : Dinas Kehutanan Kab. Lumajang Tahun 2013
8
Ibid hal II-64
Penanganan lahan kritis selama tahun 2013 berupa penambahan luasan hutan rakyat dan reboisasi ditaksir dapat mengurangi jumlah
luasan areal lahan kritis sebanyak 415,40 ha atau 2,84 persen dari luas lahan kritis hasil inventarisasi BPDAS Sampean Bondowoso tahun
2012 yaitu 14.627,60 ha. Sehingga Luas lahan kritis yang belum tertangani di akhir tahun 2013 sebesar 14.212,20 ha yang terdiri dari
lahan kritis dalam kawasan hutan seluas 6.680,78 ha dan di luar kawasan seluas 7.531,42 ha. Keberhasilan ini disebabkan karena
berhasilnya kegiatan penghijauan dan reboisasi pada lahan-lahan kritis, baik yang dilaksanakan melalui kegiatan Dinas Kehutanan,
Perum Perhutani, dan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Kabupaten Lumajang maupun swadaya masyarakat.
B. Gunung Semeru