PERAN BALAI BESAR TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU DALAM PENGAWASAN PERIZINAN PENDAKIAN GUNUNG SEMERU SESUAI DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 05 TAHUN 1990 TENTANG KAWASAN PELESTARIAN ALAM TAHUN 2014-2015 DI KABUPATEN LUMAJANG

(1)

Peran Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

Dalam Pengawasan Perizinan Pendakian Gunung Semeru Sesuai

Dengan Undang-Undang Nomor 05 Tahun 1990 Tentang

Kawasan Pelestarian Alam Tahun 2014-2015

Di KabupatenLumajang

SKRIPSI

oleh :

Faradhila Ariani

20110520014

Jurusan Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta


(2)

Peran Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

Dalam Pengawasan Perizinan Pendakian Gunung Semeru Sesuai

Dengan Undang-Undang Nomor 05 Tahun 1990 Tentang

Kawasan Pelestarian AlamTahun 2014-2015

Di KabupatenLumajang

SKRIPSI

DiajukanGunaMemenuhiPersyaratanUntukMemperolehGelarSarjanaStra

ta Satu (S1) PadaJurusanIlmuPemerintahan,

FakultasIlmuSosialdanIlmuPolitikUniversitasMuhammadiyah Yogyakarta

oleh :

Faradhila Ariani

20110520014

Jurusan Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta


(3)

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya

Nama : Faradhila Ariani Nomor Mahasiswa : 20110520014 Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “PERAN BALAI BESAR TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU DALAM PENGAWASAN PERIZINAN PENDAKIAN GUNUNG SEMERU SESUAI DENGAN UNDANG – UNDANG NOMOR 05 TAHUN 1990 TENTANG KAWASAN PELESTARIAN ALAM TAHUN 2014-2015 DI KABUPATEN LUMAJANG” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya yang pernah ditulis orang lain kecuali bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan dengan mengikuti tata cara dan etika penulisan karya ilmiah yang lazim. Apabila ternyata terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, hal tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Yogyakarta, 06 Agustus 2016 Penulis

Faradhila Ariani NIM 20110520014


(4)

HALAMAN MOTTO

“NGLURUK

TANPO BOLO, MENANG TANPO NGASORAKE, SEKTI

TANPO AJI-AJI, SUGIH TANPO BONDHO

(Menyerbu tanpa bala tentara, menang tanpa merendahkan, sakti tanpa ajian, merasa kaya tanpa banyak harta).

Tetaplah menjadi pemberani dan berjuanglah sekalipun sendirian ,

Menangkanlah pertarungan dengan kerendahatian tanpa merendahkan martabat orang lain, Jagalah wibawa dengan Kebijaksanaan walau tanpa jabatan/kedudukan ,

Merasa cukup dan puas-lah akan karunia Tuhan (sederhana).

TEGAR DALAM IMAN

YAKIN DALAM MELANGKAH

CAKAP DALAM TINDAKAN

WAWASAN YANG MENANTANG


(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji dan syukurpenulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan Karunia-Nyapenulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat besrta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Kepada keluarganya para sahabatnya hingga kepada umatnya hingga akhir zaman.

Penulisan skripsi ini dajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada program Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Unversitas Muhammadiyah Yogyakarta. Judul yang penulis ajukan adalah “Peran Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Dalam Pengawasan Perizinan Pendakian Gunung Semeru Sesuai Undang-Undang nomor 05 Tahun 1990 Tentang Kawasan Pelestarian Alam Tahun 2014-2015 Dikabupaten Lumajang”

Dalam penyusunan dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dar bantuan bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampakan terima kasih kepada :

1. Mamah Jujuk dan Bapak JM selaku kedua orang tuaku yang senantiasa tiada henti mencurahkan keridhoan doanya dan memotivasi anak-anaknya. Terimakasih telah menjadi orang tua yang super sekali selalu penuh cinta dan kasih sayang yang tulus, yang selalu memberikan nasihat, motivasi, perhatian dan kepercayaan yang tiada henti terurai dan juga dukungan materi yang tidak sedikit. Untuk mas-mas dan adikku tercinta, kak Dhani, kak Yogo, mas Bagus dan Aenun Dafiq terimakasih sudah menjadi partner yang terbaik dalam membahagiakan orangtua.


(6)

2. Prof. Dr. Bambang Cipto, MA, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan studi dengan banyak kemudahan dan secara angsung maupun tidak memberikan dorongan untuk menulis skripsi; 3. Gunawan

4. Sri Atmaja

5. Ali Muhammad, S.IP, MA., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

6. Dr. Titin Purwaningsih S.IP., M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan dan berbagai kemudahan sehingga penulis dapat melakukan penyusunan skripsi ini; 7. Dr. Zuli Qodir, M.Si. selaku pembimbing, yang telah berkenan merelakan waktu,

tenaga, motivasi, dan ilmunya guna memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

8. Ibu Ane Permatasari dan Dr. Inu Kencana Syafie, M.Si selaku dewan penguji skripsi yang telah bersedia menguji serta memberikan saran dan juga masukan dalam perbaikan isi dari skripsi ini;

9. Seluruh Dosen dan staf pengajar Jurusan Ilmu Pemerintahan. Terimakasih atas ilmu dan ajaran yang telah disampaikan pada penulis;

10.Seluruh staf academia Universitas Muhammadiyah Yogyakarta terutama Bu Ning, dan Pak Wisnu, yang sangat-sangat membantu selama ini walau harus adu mulut dulu. Terima kasih banyak sudah dibantu dan dimudahkan.

11.Untuk MAPALA UMY sebagai rumah kedua terimakasih selalu mengajariku ilmu yang tidak pernah didapat di sekolah manapun, ilmu yang sangat berguna baik pembentukan karakter dan materinya. Jaya selalu MAPALA UMY!! Kiiiiik!!!!!!!!!


(7)

12.Untuk bang bolus partner yang tiada banding dengan rexona, terimakasih telah mensuport tiada henti dari motivasi sampai materi dan waktu. Terimakasih selalu sabar dan mengerti dengan semua keadaan yang terjadi. Kamu bagai deodoran utukku, tanpamu aku bau badan. karenamu ketiak terasa kering dan wangi. Thanks a lot semoga ikut termotivasi untuk menyelesaikan tanggungan hidup satu ini. Semangat 45 bang bolus!! Terimakasih teramat kasih kepada ambulan yang

menyukseskan penelitian sampai malang, jasamu abadi. Semoga umurmu panjang. 13. Untuk sodara sodara senestingku yang budiman “DIKSAR XXV Lereng Gunung

Lawu” ocul, abun, bolin, gendes, lalok, abeng, kunto, Komering dan seluruh keluarga besar Legend XXV tercinta, terimakasih suportnya semoga lekas

menyusul. Terkusus untuk Komering dan Naya terimakasih banyak atas waktu dan jasanya dalam membantu mengumpulkan data di Malang. Sempolaaa!!

14.Untuk Bang gibas partner berjuang yang senasib tapi beda angkatan, akhirnya usaha keras tidak membohongi hasil. Mari kita tertawa lepas bersama ha..ha..ha lega!!! 15.Untuk keluarga besar MAPALA UMY tercinta, terimakasih suportnya!

16.Untuk sahabat-sahabatku yang luar biasa Mala, Nuuut, Hesti, Kiki besar, Kiki kecil, heiiiii..aku udah nyusul ini deal ya wajib foto barengnya. untuk uyut inu

terimakasih suport dan bimbingannya ala ala dosen, untuk juuuul dan omi tetap semangat semoga segera selesai dan menyusul, sudah cukup latihan matinya. Untuk oka oleh-olehnya tidak pernah sampai ehhm. Untuk mala lagi yang selalu mengingatkan kuliah dan bimbingan terimakasih selalu menjadi sahabat yang perhatian . untuk nuuut lagi yang semakin lebar badannya terimakasih di tunggu traktirannya (hahaha)

17.Teman-teman seperjuangan angkatan Tahun 2011, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik khususnya jurusan Ilmu Pemerintahan senang sekali bisa kenal kalian.


(8)

18.Untuk teman-teman seangkatan yang masih berjuang semngaaaaat terus jangan menyerah semua indah pada waktunya!!

19.Teman-teman KKN senasib seperjuangan kelompok sanggrahan, putriii, byakpet, pukon, affan, paman murdin, affif, gani, faiz, agung, lela, lukito terima kasih atas kebersamaan, kekompakan dan kerjasamanya selama kegiatan berlangsung 20.Ibu komsatun dan bapak joko susiono Balai Besar Taman Nasioal Bromo Tengger

Semeru yang sangat membatu dalam penyusunan skripsi ini

21.Ceng, winda, jitheng terimakasih selalu menjadi sahabat terbaik di rumah, enggak jadi wisuda bareng maba (jitheng) yeeeeeey.

22.Untuk sepedaku tersayang, tercinta, terbagus, terhebat, terkeren, termahal, ter ter terlalu. Terimakasih selalu menemaniku menghilangkan suntuk akibat penatnya nyusun skripsi. Tiada obat yang sebanding denganmu “Mosso”.

23.Terima kasih untuk informan-informan yang sudah memberikan banyak informasi untuk penulisan skripsi ini;

24.Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

25.Terimakasih Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, atas ilmu dan fasilitasnya, bahagianya berhenti bayar kuliah lagi.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya demi perbaikan selanjutnya,saran dan kritik yang membangun akan penulisan terma dengansenang hati. Akhirnya ,hanya kepada Allah SWT penulis serahkan segalanya mudah-mudahan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi kita semua.

Yogyakarta, 23 Agustus 2016

Penulis


(9)

DAFTAR ISI BAB I

PEMBAHASAN ... 01

A. Latar Belakang ... 01

B. Kajian Pustaka ... 05

C. Rumusan Masalah ... 10

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 11

F. Kerangka Teori ... 11

1. Manajemen Controling ... 11

2. Pariwisata. ... 14

3. Ekowisata. ... 16

4. Teori Analisa Swot ... 17

G. Definisi Konseptual Dan Definisi Oprasional ... 21

1. Definisi Konseptual ... 21

2. Definisi Oprasional ... 23

H. Metode Penelitian ... 26

1. Jenis Penelitian... 27

2. Lokasi Penelitian & Waktu Penelitian ... 29

3. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 29

4. Sumber Data... 30

a. Data Primer ... 30

b. Data Sekunder ... 31

5. Teknik Pengumpulan Data ... 31

a. Observasi... 31

b. Wawancara ... 33

c. Dokumentasi ... 35

6. Teknik Analisa Data ... 36

7. Aspek-Aspek Peneliian Sosial ... 36

BAB II DISKRIPSI UMUM PENELITIAN ... 39

A. Profil Wilayah Kabupaten Lumajang ... 39

1. Letak Dan Luas Wilayah ... 39

2. Demografi Kabupaten Lumajang ... 41

3. Penggunaan Lahan Dan Kawasan Budidaya Kabupaten Lumajang ... 44

4. Aspek Kehutanan Kabupaten Lumajang ... 45

B. Gunung Semeru ... 52

1. Gunung Semeru ... 52

2. Iklim Gunung Semeru ... 54

C. Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ... 56

D. Asas Pokok & Fungsi Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ... 58

E. Struktur Organisasi ... 59

F. Sumber Daya Manusia ... 62

G. Pendanaan ... 63 1. Menjadi Pengelola Keuangan Badan


(10)

Layanan Umum ... 64

2. Pengelola Wisata Alam ... 64

3. Pengelolaan Berbasis Resort ... 66

4. Pemberdayaan Masyarakat ... 63

BAB III PEMBAHASAN ... 73

A. Tinjauan Kusus Balai Besar Taman Nasional ... 73

1. Hasil Observasi ... 73

2. Peran Dan Fungsi Balai Besar Taman Nasional ... 74

3. Pengawasan Kawasan Hutan ... 74

4. Pengendalian Kebakaran Hutan ... 75

5. Pengelolaan Keanekaragaman Hayati - (Kehati) Yang Lestari ... 78

B. Standar Oprasional Prosedur ... 78

1. Latar Belakang ... 78

2. Maksud Dan Tujuan ... 80

3. Ruang Lingkup ... 80

4. Pengertian ... 81

5. Unit Pengelola Teknis Taman Nasional ... 83

A. Kedudukan Tugas Dan Fungsi ... 83

B. Fungsi Unit Pengelola Teknis Taman Nasional ... 84

C. Susunan Organisasi ... 85

1. Wisata Minat Kusus Pendakian Gunung Semeru (Sumber Dipa Dana B29a Ta2015) ... 86

A. Pendakian Gunung Tertinggi Di Pulau Jawa ... 86

1. Persiapan Dan Pendakian ... 86

2. Pelayanan Pendakian ... 87

3. Persyaratan Pendakian ... 88

4. Pelaksanaan Pendakian ... 88

5. Peraturan Pendakian ... 89

6. Pasca Pendakian ... 91

7. Penutupan Pendakian ... 92

B. Pihak – Pihak Yang Bekerjasama Dengan Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ... 92

1. Badan Sar Nasional ... 92

2. Paguyuban Savers Gunung Semeru ... 94

C. Faktor Penyebab Kerusakan Dan Kecelakaan Yang Terjadi Di Gunung Semeru Tahun 2013-2015 ... 95

1. Pelanggaran Peraturan Pendakian- ( Human Error) ... 95

2. Kuota Pengunjung Yang Melebihi- Batas ... 104

3. Ketidak Siapan Fisik Dan Logistik- Pendaki ... 108

4. Faktor Alam ... 117

BAB IV PENUTUP ... 123


(11)

A. KESIMPULAN ... 123

B. SARAN ... 124

C. DAFTAR PUSTAKA ... 127

D. LAMPIRAN... 130

DAFTAR TABEL 1. Tabel 1.1 Kajian Pustaka... 8

2. Tabel 1.2 Matriks Swot ... 17

3. Tabel 1.3 Indikator Manajemen Controling... 20

4. Tabel 1.4 Indikator Analisa Swot ... 22

5. Tabel 2.1 Luas Dan Presentase Dan Presentase Kawasan Perkecamatan Kab Lumajang ... 37

6. Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Kab Lumajang ... 39

7. Tabel 2.3 Penggunaan Lahan Dan Kawasan Budidaya ... 42

8. Tabel 2.4 Perbandingan Perkembangan Luas Hutan Rakyat Tahu 2012 – 2014 ... 47

9. Tabel 2.5 Peningkatan Produksi Hutan Tahun 2012-2014 ... 47

10.Tabel 2.7 Perbandingan Deng Jumlah Rt Petani Kehutanan Tahun 2013/2014 ... 49

11.Tabel 2.8 Perbandingan Jumlah Pengusaha Kehutanan Tahun 2014-2015... 49

12.Tabel 2.9 Luas Zona Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ... 55

13.Tabel 2.10 Pembagian Wilayah Pengelolaan Taman Nasional ... 59

14.Tabel 2.11 Tingkat Pendidikan Pegawai ... 60

15.Tabel 2.12 Pendanaan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ... 63

16.Tabel 2.13 Pengelolaan Wisata Alam ... 65

17.Tabel 2.14 Pemberdayaan Masyarakat ... 67

18.Tabel 3.1 Pengawasan Kawasan Hutan ... 76 19.Tabel 3.2


(12)

Luas Dan Frekuensi Kejadian Kebakaran ... 76

20.Tabel 3.3 Rute Pendakian ... 90

21.Tabel 3.4 Kasus Kecelakaan Dan Pendaki Hilang Gunung Semeru ... 94

DAFTAR GAMBAR 1. Gambar 2.1 Gunung Semeru ... 51

2. Gambar 2.2 Kawasan Konservasi Gunung Semeru ... 55

3. Gambar 3.1 Pengawasan Kawasan Hutan ... 76

4. Gambar 3.4 Kebakaran Hutan ... 78

5. Gambar 3.5 Pengendalian Kebakaran Hutan ... 78

6. Gambar 3.6 Pengelolaan Keanekaragaman Hayati ... 80

7. Gambar 3.7 Pengunjung Gunung Semeru ... 82

8. Gambar 3.8 Pengunjung Gunung Semeru ... 97

9. Gambar 3.9 Evakuasi Korban Hilang Dan Kecelakaan Gunung Semeru ... 104

10.Gambar 3.10 Peringatan Batas Pendakian ... 105

11.Gambar 3.11 Peraturan Pendaki ... 106

12.Gambar 3.12 Pengunjung Ranukumbolo ... 108

13.Gambar 3.13 Pendaki Dibawah Umur ... 109

14.Gambar 3.14 Sampah Gunung Semeru ... 110

15.Gambar 3.15 Rambu Sadar Sampah ... 111

16.Gambar 3.16 Sampah Gunung Semeru ... 112

17.Gambar 3.17 Tarif Masuk Kawasan Gunung Semeru Tahun 2011 ... 116


(13)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Dengan Judul :

Peran Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Dalam Pengawasan Perizinan Pendakian Gunung Semeru Seusai Dengan Undang-Undang Nomor 05 Tahun 1990 Tentang

Kawasan Pelestarian Alam Tahun 2014-2015 Di Kabupaten Lumajang Oleh:

FARADHILA ARIANI NIM. 20110520014

Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan didepan Dewan Penguji Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Pada :

Hari/Tanggal : Kamis, 25 Agustus 2016 Tempat : Ruang Dosen

Pukul : 12.30-14.00 WIB SUSUNAN TIM PENGUJI :

Ketua Tim Penguji

Dr.Zuli Qodir, M.si

Penguji I Penguji II

Ane Permatasari, S.IP.,MA. Dr. Inu Kencana Syafie.,M.Si.

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan UniversitasMuhammadiyah Yogyakarta


(14)

SINOPSIS

Kegiatan mendaki gunung tak lagi dianggap sebagai aktivitas yang membuang-buang waktu. Menjelajah alam bebas sekarang bukan hanya menjadi monopoli organisasi atau kelompok pecinta alam saja. Banyak sudah kematian di gunung yang menimpa para pendakinya. bisa kita lihat, tingkat kematian tersebut banyak terjadi dan menimpa para pendaki pemula. Mengapa? banyaknya yang tewas di gunung yang menimpa pendaki pemula kebanyakan akibat tindakan sembrono dan tidak memiliki ilmu yang cukup. Tindakan yang tidak bertanggung jawab yang dapat menimbulkan kerusakan pada kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam ataupun tindakan yang melanggar ketentuan tentang perlindungan tumbuhan dan satwa yang dilindungi, diancam dengan pidana yang berat berupa pidana badan dan denda. Pidana yang tercantum di undang nomor 5 Tahun 1990 Bab XII tentangkawasan pelestarian. Dalam Undang-undang nomor 5 Tahun 1990 tentang Kawasan Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, menjelaskan bahwa Bangsa Indonesia dianugerahi Tuhan Yang Maha Esa kekayaan berupa sumber daya alam yang berlimpah, baik di darat, di perairan maupun di udara yang merupakan modal dasar pembangunan nasional di segala bidang. Modal dasar sumber daya alam tersebut harus dilindungi, dipelihara, dilestarikan, dan dimanfaatkan secara optimal bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia pada khususnya dan mutu kehidupan manusia pada umumnya menurut cara yang menjamin keserasian, keselarasan, dan keseimbangan, baik antara manusia dengan Tuhan penciptanya, antara manusia dengan masyarakat maupun antara manusia dengan ekosistemnya.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana peran Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru sebagai pengelola kawasan Konservasi Gunung semeru dalam upaya menjaga kelestarian dan ekosistem gunung semeru terkait kawasan pariwisata pendakian gunung tertinggi di Jawa Timur. Lokasi Penelitian di Kantor Resort Ranupani sebagai kantor yang mengelola sistem administrasi perizinan memasuki kawasan konservasi dan pendakian. Karena sejauh ini dari tahun 2012-2015 ini banyak terjadi kasus kecelakaan di gunung yang di akibatkan oleh kelalaian ataupun kurangnya pengawasan pihak Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru sebagai pengelola kawasan.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif, dengan teknik pengumpulan data wawancara, observasi dan dengan melakukan wawancara dan dokumentasi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori manajemen controling dan teori analisa SWOT proses Monitoring suatu lembaga yang tidak sesuai di lapangan sehingga berdampakkan masalah seperti human error, kerusakan hutan dan orang hilang ataupun meninggal dunia.

Hasil dari penelitiaan ini menyimpulkan bahwa pearan Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru belum sesuai dengan undang undang no 05 Tahun 1990 tentang kawasan pelestarian alam. Karena Gunung semeru sebagai salah satu kawasan konservasi yang termasuk dalam Taman Nasional. dengan penerapan peraturan yang sudah ditetapkan dengan ketat namun proses Monitoring perizinan yang masih kurang sehingga kasus kerusakan kawasan hutan gunung semeru maupun kasus kecelakaan pendakian tindak kunjung berkurang. Tidak adanya sanksi tegas yang di berlakukan bagi pelanggar peraturan kebijakan Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru sehingga pendakian ilegal dan perusakan hutan makin sering terjadi di akhir tahun 2015 ini.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan mendaki gunung tak lagi dianggap sebagai aktivitas yang membuang-buang waktu. Menjelajah alam bebas sekarang bukan hanya menjadi monopoli organisasi atau kelompok pecinta alam saja. Meraih puncak-puncak gunung kini sudah dinikmati oleh hampir seluruh lapisan masyarakat. Dari mulai anak-anak, remaja, bahkan sesepuh pun ikut merasakan sensasi berdiri ribuan meter di atas permukaan laut.Terlebih melihat berita sepanjang akhir Tahun 2014-2015, Banyak sudah kematian di gunung yang menimpa para pendakinya. bisa kita lihat, tingkat kematian tersebut banyak terjadi dan menimpa para pendaki pemula. Mengapa? Laksana puncak gunung es, banyaknya yang tewas di gunung yang menimpa pendaki pemula kebanyakan akibat tindakan sembrono dan tidak memiliki ilmu yang cukup.

Hal ini didorong oleh semakin berkembangnya internet, yang menyediakan informasi tentang kegiatan ini. Informasi tentang gunung, seperti lokasi, ketinggian, kondisi jalur, posisi pos - pos yang ada, akses transportasi dan lain - lain dapat dengan

mudah diperoleh dari media internet.

Komunitas-komunitas pendaki yang terbentuk di dunia maya, yang merupakan media bertukar informasi pendakian di antara anggotanya, juga memberi sumbangan yang tidak sedikit pada perkembangan aktifitas pendakian. Pendaki-pendaki pemula, seringkali mengabaikan keselamatan, entah mereka memang tidak tahu atau memang tidak peduli. Mendaki gunung sepertinya dianggap piknik di halaman rumah atau sekedar jalan - jalan ke mall.Sudah menjadi pemandangan yang lumrah, banyak pendaki dadakan yang tidak membawa perlengkapan dan pakaian yang memadai apalagi dukungan pengetahuan yang


(16)

cukup. Tas kecil yang dibawa, penuh berisi pelengkapan fashion daripada logistik. Bangga melangkah dengan sandal jepit dan yang lebih menyedihkan, seringkali tidak membawa tenda. Pendaki pemula berisiko tewas di gunung, dan oleh sebab pendaki pemula yang tidak berpengalaman dan cedera atau celaka, menambah masalah pemerintah lokal di daerah gunung. Sumber daya manusia yang tak cukup harus membantu pendaki pemula yang cedera. Khusus untuk gunung yang sulit didaki, sebaiknya pendaki yang berpengalaman yang boleh.Ini bukan berarti dilarang mendaki, namun demi keselamatan nyawa sendiri. Selain mereka tidak memiliki ilmu yang cukup, kadang mereka sembrono1.

Dalam Undang-undang nomor 5 Tahun 1990 tentang Kawasan Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya2 menjelaskan bahwa Bangsa Indonesia dianugerahi Tuhan Yang Maha Esa kekayaan berupa sumber daya alam yang berlimpah, baik di darat, di perairan maupun di udara yang merupakan modal dasar pembangunan nasional di segala bidang. Modal dasar sumber daya alam tersebut harus dilindungi, dipelihara, dilestarikan, dan dimanfaatkan secara optimal bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia pada khususnya dan mutu kehidupan manusia pada umumnya menurut cara yang menjamin keserasian, keselarasan, dan keseimbangan, baik antara manusia dengan Tuhan penciptanya, antara manusia dengan masyarakat maupun antara manusia dengan ekosistemnya.

Tindakan yang tidak bertanggung jawab yang dapat menimbulkan kerusakan pada kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam ataupun tindakan yang melanggar ketentuan tentang perlindungan tumbuhan dan satwa yang dilindungi, seperti

1

http://lumajangsatu.com/berita-inilah-kronologis-petaka-semeru-yang-membuat-dania-pendaki-cantik-asal-sukabumi-meninggal.html diakses tanggal 25 agustus 2016 pukul 20.54

2

http://www.profauna.net/id/regulasi/uu-5-1990-tentang-konservasi-sumber-daya-alam-hayati-dan-ekosistemnya


(17)

membuang sampah plastik sembarangan, membuang putung rokok sembarangan, membuat api unggun, dan menebang pohon untuk menjadi bahan bakar para pendaki diancam dengan pidana yang berat berupa pidana badan dan denda. Pidana yang tercantum di Undang-undang nomor 5 Tahun 1990 Bab XII tentangkawasan pelestarian dengan Ketentuan Pidana Pasal 40 menyatakan Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 33 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).3

Pidana yang berat tersebut dipandang perlu karena kerusakan atau kepunahan salah satu unsur sumber daya alam hayati dan ekosistemnya akan mengakibatkan kerugian besar bagi masyarakat yang tidak dapat dinilai dengan materi, sedangkan pemulihannya kepada keadaan semula tidak mungkin lagi. Seperti yang terjadi pada tanggal 20 oktober 2015 terjadi kebakaran besar di Lereng Gunung Semeru selama sepekan. 50 hektar hutan dikawasan gunung semeru ludes terbakar4. Oleh karena sifatnya yang luas dan menyangkut kepentingan masyarakat secara keseluruhan, maka upaya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya merupakan tanggung jawab dan kewajiban Pemerintah serta masyarakat. Peran serta rakyat akan diarahkan dan digerakkan oleh Pemerintah melalui kegiatan yang berdaya guna dan berhasil guna. Untuk itu, Pemerintah berkewajiban meningkatkan pendidikan dan penyuluhan bagi masyarakat dalam rangka sadar konservasi. Di gunung semeru sendiri sudah terdapat pengelola kawasan konservasi yang dibawahi langsung oleh Kementrian Lingkungan Hidup, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru5. Taman Nasional (TN) adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang

3

http://alamendah.org/peraturan-hukum/undang-undang/uu-no-5-tahun-1990-tentang-konservasi-sumber-daya-alam-hayati-dan-ekosistem di akses tanggal 16 februari 2015 pukul 09.46

4

http://www.jatimtimes.com/baca/106192/20151026/175327/50-hektar-lahan-gunung-semeru-ludes-terbakar/ di akses tanggal 25 desember 2015 pukul 17.37

5


(18)

dimanfaatkan untuk keperluan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang budi daya tumbuhan atau satwa, pariwisata dan rekreasi. Pengelolaan kawasan taman nasional dilakukan oleh pemerintah.6

B. Kajian Pustaka

Dalam buku barber membahas tentang pokok pokok pengelolaan lingkungan hidup. Dengan teori fenomenologi7barber memaparkan konservasi Kawasan dan keanekaragaman hayati meliputi pengelolaan dan pendayagunaan kawasan konservasi serta pemberdayaan masyarakat sekitar taman nasional, taman wisata, taman hutan raya, kawasan suaka alam, hutan lindung dan taman buru. Mempertahankan dan menjaga hak hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan. Penanggulangan kebakaran hutan, pengembangan sistem penanggulangan kebakaran, deteksi dan evaluasi kebakaran, pencegahan dan pemadaman kebakaran, dan dampak kebakaran. Barber C.V.S Afiff, dan A Purnomo 1997. Meluruskan arah pelestarian keanekaragaman hayati dan pembangunan di Indonesia. Yayasan obor Indonesia.

Buku yang ditulis oleh Darusman D (Ed) dengan judul ketika rakyat mengelola hutan, ini membahas tentang pengelolaan hutan oleh rakyat dan manajemen kesadaran individu dalam masyarakat mengenali lingkungan hidup dan kelestariannya merupakan hal penting dimana pencemaran dan perusakan lingkungan merupakan hal yang sulit

6

https://tnrawku.wordpress.com/2012/09/21/pengertian-taman-nasional-kriteria-zonasi-dan-pemanfaatan/

diakses tanggal 7 april 2015 pukul 19.56

7

http://muhammadhakim02.blogspot.co.id/2014/11/teori-model-fenomenologi-menurut-edmund.html diakses tanggal 7 april 2015 20.37


(19)

dihindari. Kesadaran masyarakat yang terwujud dalam berbagai aktivitas lingkungan maupun aktivitas kontrol lainnya adalah hal yang sangat diperlukan untuk mendukung apa yng dilakukan pemerintah melalui kebijakan kebijakan penyelamat lingkungan. Darusman D (Ed) 2000. Ketika rakyat mengelola hutan : pengalaman dari Jambi. WARSI. Jambi.

Harada K A Muzaktur menulis buku dengan judul Traditional people and biodiversity Conservation. Report of Research and conversation of biodiversity in Indonesia volume II. Biodiversity Conservation project, Dengan menggunakan teori fenomenologiHarada menjelaskan tentang perlindungan keanekaragaman hayati dan biodiversitas yang tercakup dalam komunitas hayati yang utuh. Tempat perlindungan keanekaragaman hayati di Indonesia yang telah diresmikan oleh pemerintah. Lokasi tersebut berupa taman nasional, cagar alam, hutan wisata, taman hutan raya, taman laut, wana wisata, hutan lindung dan kebun raya. Tempat tempat tersebut memiliki makna yang berbeda beda meskipun funsinya sama yaitu untuk tujuan konservasi. Taman nasional adalah kawasan konservasi alam dengan ciri khas tertentu baik di darat maupun di perairan. Taman nasional memiliki fungsi ganda, yaitu perlindungan terhadap sistem penyangga kehidupan dan perlindungan jenis tumbuhan dan hewan serta pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Taman nasional juga penting untuk ilmu pengetahuan, pendidikan, budaya, dan rekreasi alam. Biodiversitas di Indonesia yng unik dan dilindungi terutama taman nasional. Harada K A Muzaktur, M Rahayu, Widada 2001. Traditional people and biodiversity Conservation. Report of Research and conversation of biodiversity in Indonesia volume II. Biodiversity Conservation project, pusat konservasi alam departemen kehutanan, JICA dan LIPI Bogor.

Komite PPA-MFP & WWF Indonesia dengan judul buku Kementrian dalam pengelolaan Taman Nasional pelajaran untuk transformasi. Dengan metode


(20)

konseptualnya buku ini membahas tentang kebijakan alokasi kawasan sebagai kawasan lindung termasuk taman nasioanal, diikuti dengan penyediaan regulasi yang bersifat “pemerintah dan kendali” keterlibatan masyarakat untuk ikut menjaga kawasan pelestarian alam dengan beberapa upaya di tingkat masyarakat juga harus didukung oleh peningkatan khususnya pengelola kawasan setidaknya memiliki bakal pengetahuan dan keterampilan komunikasi dan menjalin hubungan memfasilitasi masyarakat untuk dapat mengembangkan pengetahuan lokal. Masalah konservasi sekarang dan yang akan datang adalah masalah komunikasi. Tanpa komunikasi yang baik jangan berharap kawasan konservasi akan selamat.peran serta masyarakat lokal sangat penting sekali terutama bagi upaya pelestarian kawasan konservasi penting sekali terutama bagi upaya pelestarian kawasan konservasi. Komite PPA-MFP & WWF Indonesia 2006. Kementrian dalam pengelolaan Taman Nasional pelajaran untuk transformasi. Kebijakan WWF Indonesia dan MFP Dephut DFID Jakarta.

Mulyani S 1997 dengan judul buku pendekatan sistem kawasan konservasi alam terpadu untuk pengembangan daerah penyangga( study kasus di taman nasional siberut) buku ini membahas tentang komunitas baru yang peduli pada upaya perbaikan dunia konservasi diharapkan lahir dalam proses seiring dengan terwujudnya kawasan konservasi yang mantap dan pengelolaan kawasan yang banyak. Pokja kebijakan konservasi aktif mendorong perubahan Undang-undang nomor 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Berbekal focus group discussiontersebut maka semakin nyata bahwa perlu perubahan kebijakan konservasi di Indonesia, tidak sekedar membuat peraturan yang mengakomodinir persoalan lapang akan tetapi tidak kuat landasan hukumnya. Konservasi juga tidak bisa dipandang sebagai persoalan sektoral yang bisa diselesaikan secara sektoral. Perlu paradigma baru dalam konservasi dan pengelolaan kawasan konservasi di Indonesia dimana konsensus


(21)

disepakati dan kemudian peraturan perundangan dibenahi. Pokja kebijakan konservasi juga merasa perlu membuat suatau pandangan politik atas kerja kerja yang akan dilakukannya untuk membantu memperbaiki dan membenahi konservasi Indonesia. Mulyani S 1997, pendekatan sistem kawasan konservasi alam terpadu untuk pengembangan daerah penyangga( study kasus di taman nasional siberut)

Tabel 1.1

RINGKASAN ATAU TABEL KAJIAN PUSTAKA

NO Karya dan judul Isi

1 Barber C.V.S Afiff, dan A Purnomo. 1997. Meluruskan arah pelestarian keanekaragaman hayati dan pembangunan di Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta

Pokok pokok pengelolaan lingkungan hidup

2 Darusman D (Ed) 2000. Ketika rakyat mengelola hutan : pengalaman dari Jambi. WARSI. Jambi

Rakyat dan manajemen pengelolaan hutan rakyat

3 Harada K.A Muzaktur. M.Rahayu, Widada. 2001. Traditional people and biodiversity Conservation in Gunung Halimun National Park. Report of Research and Conservation project, pusat konservasi alam departemen kehutanan, JICA and LIPI. Bogor

Perlindungan keanekaragaman hayati dan biodiversitas yang tercakup dalam komunitas hayati yang utuh

4 Komite PPA-MFP & WWF Indonesia. 2006. Kementrian dalam pengelolaan Taman Nasioanal : pelajaran untuk transformasi. Kebijakan. WWF Indonesia dan MFP Dephut DFID. Jakarta

Kebijakan alokasi kawasan sebagai kawasan lindung termasuk taman nasional, diikuti dengan penyediaan regulasi yang bersifat “ pemerintah dan kendali “

5 Mulyani S. 1997. Pendekatan sistem kawasan konservasi alam terpadu untuk pengembngan daerah penyangga(study

Membahas tentang komunitas baru yang peduli pada upaya perbaikan dunia konservasi diharapkan lahir


(22)

kasus di taman nasional siberut). Thesis. Program pascasarjana institut Bogor. Bogor

dalam prosesnya seiring dengan terwujudnya kawasan konservasi yang mantap dan pengelolaan kawasan yang banyak.

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan yang dikemukakan diatas penulis akhirnya tertarik mengambil tema tersebut menjadi bahan penelitian karena dianggap proses pengawasan perijinan pendakian di gunung Semeru perlu di ketahui ketat tidaknya pengawasan yang dilakukan oleh Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang dirangkum dengan pertanyaan penelitian:

1. Bagaimana peran Balai Taman Nasional BromoTenggerSemeru dalam menerapkan Undang-undang nomor 05 tahun 1990 Bab VII pasal 29-35 tentang kawasan pelestarian alam, terhadap pengawasan perizinan pendakian di gunung Semeru?

2. Adakah pihak yang bekerja sama dengan Balai Taman NasionalBromoTengger Semerudalam mengawasi dan menjaga kawasan pelestarian alam di Gunung Semeru tersebut ?

3. Faktor apakah yang menjadikan kerusakan dan kecelakaan di Gunung Semeru?

D. Tujuan Penelitian


(23)

1. Untuk mengetahui dan menganalisi tentang peran Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dalam mengawasi perizinan pendakian di gunung Semeru Jawa Timur.

2. Untuk mengetahui pihak pihak yang bekerja sama dengan Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dalam mengawasi dan menjaga kawasan pelestarian Gunung Semeru

3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi penyebab kecelakan atau kerusakan Gunung Semeru.

E. Manfaat Penelitian

1. Memberikan tambahan ilmu kepada peneliti untuk tahu lebih dalam tentang peran pemerintah dalam pengawasan perizinan pendakian gunung semeru.

2. Sebagai bahan peneliti selanjutnya yang tertarik mendalami kasus peran Balai Taman Nasonal Bromo Tengger Semeru dalam menerapkan pengawasan perizinan pendakian di Gunung Semeru.

3. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah dalam melakukan pengkajian lebih lanjut serta melakukan berbagai penyempurnaan terkait dengan pengawasan perizinan pendakian di Gunung Semeru.

F. Kerangka Teori

1. Manajemen Controling


(24)

Pengertian Pengawasan menurut Victor M. Situmorang dan Jusuf Juhiradalah setiap usaha dan tindakan dalam rangka untuk mengetahui sampai dimana pelaksanaan tugas yang dilaksanakan menurut ketentuan dan sasaran yang hendak dicapai.

Menurut Sondang P. Siagian, Pengertian Pengawasan ialah proses pengamatan dari pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

Djamaludin Tanjung dan Sukarman mengemukakan Pengertian Pengawasan yaitu salah satu fungsi manajemen untuk menjamin agar pelaksanaan kerja berjalan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam perencanaan.

Dengan pengawasan dapat diketahui sampai dimana penyimpangan, penyalahgunaan, kebocoran, pemborosan, penyelewengan, dan lain-lain kendala di masa yang akan datang. Jadi keseluruhan dari pengawasan adalah kegiatan membandingkan apa yang sedang atau sudah dikerjakan dengan apa yang direncanakan sebelumnya, karena itu perlu kriteria, norma, standar dan ukuran tentang hasil yang ingin dicapai.

Dari pengertian pengawasan diatas, terdapat hubungan yang erat antara pengawasan dan perencanaan, karena pengawasan dianggap sebagai aktivitas untuk menemukan, mengoreksi penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan dan hasil yang dicapai dari aktivitas-aktivitas yang direncanakan. Dalam hubungan ini, Harold Koontz dan Cyriel P. Donel berpendapat bahwa perencanaan dan pengawasan merupakan dua sisi mata uang yang sama.

Dengan demikian jelas bahwa tanpa rencana, maka pengawasan tidak mungkin dapat dilaksanakan, karena tidak ada pedoman atau petunjuk untuk melakukan pengawasan itu. Rencana tanpa pengawasan akan cenderung memberi peluang


(25)

timbulnya penyimpangan-penyimpangan, penyelewengan dan kebocoran tanpa ada alat untuk mencegah, oleh karena itu diperlukan adanya pengawasan.

Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting, sehingga berbagai ahli manajemen dalam memberikan pendapatnya tentang fungsi manajemen selalu menempatkan unsur pengawasan sebagai fungsi yang penting. Kasus-kasus yang terjadi dalam banyak organisasi adalah tidak diselesaikannya suatu penugasan, tidak ditepatinya waktu dalam penyelesaian suatu anggaran yang berlebihan dan kegiatan-kegiatan lain yang menyimpang dari rencana.

Begitu pentingnya pengawasan dalam suatu organisasi sehingga keberhasilan atau kinerja suatu organisasi menjadi ukuran, sampai dimana pelaksanaan pengawasan terhadap organisasi tersebut. Bahkan dalam praktek manajemen modern pengawasan tidak dapat lagi dipisahkan dengan fungsi-fungsi manajemen lainnya.

Kesimpulan pengertian controling adalah, controling merupakan suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan tujuan dengan tujuan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan.8

2. Pariwisata

Pariwisata menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 pada bab 1 pasal 1, bahwa pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Artinya semua kegiatan dan urusan yang ada kaitannya dengan penyelenggaraan pariwisata. Artinya semua kegiatan dan urusan yang ada kaitannya dengan perencanaan,

8


(26)

pengaturan, pelaksanaan, pengawasan, pariwisata baik yang dilakukan oleh pemerintah, pihak swasta dan masyarakat disebut kepariwisataan.

Menurut yoeti (2006:108) kata pariwisata sesungguhnya baru di bakukan setelah di selenggarakan musyawarah nasional tourism ke-2 di Tretes pandaan-jawa Timur pada tanggal 12-14 juni 1958. Sebelumnya sebagai kata pariwisata digunakan kata Tourisme yang dibakukan menjadi Turisme. Kata pariwisata terdiri dari dua suku yaitu pari yang berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap. Sedangkan yang kedua adalah kata wisata berarti perjalanan, bepergian yang sama artinya dengan kata travel dalam bahasa inggris.

Sedangkan menurut Fandeli ( 2001:37 ) memberikan pengertian bahwa pariwisata adalah segalah sesuatu yang berkaitan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut.

A. Objek Wisata

Pengertian objek dan daya tarik wisata menurut undang-undang Nomor 9 Tahun 1990, yaitu Objek dan daya tarik wisata terdiri atas :

a. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam, serta flora dan fauna.

b. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi, dan tempat hiburan.

Sedangkan daya tarik wisata menurut undang-undang Nomor 10 tahun 2009 adalah segala sesuatu yang mempunyai keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.


(27)

Menurut Marpaung (2002:78) objek wisata adalah suatu bentukan atau aktivitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk dapat datang kesuatu tempat/daerah tertentu.

Selanjutnya Marpaung (2002:78) juga menerangkan bahwa objek wisata adalah dasar bagi kepariwisataan. Tanpa adanya objek wisata disuatu daerah kepariwisataan sulit untuk dikembangakan. Objek daya tarik wisata sangat erat berhubungan dengan travel motivation atau travel fashion, karena wisatawan ingin mengunjungi serta mendapatkan suatu pengalaman tertentu dalam kunjungnanya. Di dalam bukunya Marpaung juga menerangkan bahwa terdapat dua kategori objek wisata, yaitu :

a. Objek wisata alam

b. Objek wisata sosial budaya

Perencanaan dan pengelolaan objek wisata alam maupun sosial budaya harus berdasarkan pada kebijakan rencana pembangunan nasional maupun regional. Jika kedua kebijakan rencana teersebut belum tersusun, tim perencana pengembangan objek wisata harus mampu mengasumsikan rencana kebijakan yang sesuai dengan area yang bersangkutan.

3. Ekowisata

Ecoturism Sociaety (1990) menjelaskan Ekowisata adalah suatu bentuk pengalaman wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. Sehubungan dengan hal tersebut dalam Garis Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999 mendukung ekowisata dengan menyatakan bahwa "mengembangkan pariwisata melalui pendekatan sistem yang utuh dan terpadu bersifat interdisipliner


(28)

dan partisipatoris dengan menggunakan kriteria ekonomis, teknis, ergonomis, sosial budaya, hemat energi, melestarikan alam dan tidak merusak lingkungan"9.

Konsep pengembangan ekowisata memiliki beberapa unsur utama (Gufran, 2003) yaitu :

a. Ekowisata sangat bergantung pada kualitas sumber daya alam, peninggalan sejarah dan budaya.

b. Adanya keterlibatan masyarakat.

c. Ekowisata meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya.

d. Tumbuhnya pasar ekowisata di tingkat internasional dan nasional. e. Ekowisata sebagai sarana mewujudkan ekonomi berkelanjutan.

4. Teori Analisa SWOT

Pengertian SWOT

Dalam penerapan konsep manajemen controling ini tentunya terdapat analisa SWOT untuk mengetahui dan mempermudah proses controling sendiri. SWOT adalah akronim untuk kekuatan (Strenghts), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats) dari lingkungan eksternal perusahaan. Menurut Jogiyanto SWOT digunakan untuk menilai kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dari sumber-sumber daya yang dimiliki perusahaan dan kesempatan-kesempatan eksternal dan tantangan-tantangan yang dihadapi.10

Analisa SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities),

9

https://digilib.uns.ac.id/...==/Analisis-pengaruh-aksesbilitas-biaya-ke-obyek-wisata-ser.diakses pada tanggal 25 agustus 2016 pukul 23.49

10


(29)

dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Berikut ini merupakan penjelasan dari SWOT menurut David, Fred R:

a. Kekuatan (strengths) kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau keunggulan-keunggulan lain yang berhubungan dengan para pesaing perusahaan dan kebutuhan pasar yang dapat dilayani oleh perusahaan yang diharapkan dapat dilayani. Kekuatan adalah kompetisi khusus yang memberikan keungulan kompetitif bagi perusahaan dipasar.

b. Kelemahan (weaknesses) kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sunber daya, keterampilan, dan kapabilitas yang secara efektif menghambat kinerja perusahaan. Keterbatasan tersebut dapat berupa fasilitas, sumber daya keuangan, kemampuan manajemen dan keterampilan pemasaran dapat merupakan sumber dari kelemahan perusahaan.

c. Peluang (opportunities) adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan lembaga. Kecenderungan – kecenderungan penting merupakan salah satu sumber peluang, seperti perubahan teknologi dan meningkatnya hubungan antara perusahaan dengan pihak eksternal merupakan gambaran peluang bagi perusahaan.

d. Ancaman (threats) adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi sekarang atau yang diinginkan perusahaan. adanya peraturan peraturan pemerintah yang baru atau yang direvisi dapat merupakan ancaman bagi kesuksesan perusahaan.11

Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT. Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi

11


(30)

faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Analisa SWOT dilakukan dengan maksud untuk mengenali tingkat kesiapan setiap fungsi dari keseluruhan fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Oleh karena tingkat kesiapan fungsi ditentukan oleh tingkat kesiapan masing masing faktor yang terlibat pada setiap fungsi, maka analisis SWOT dilakukan terhadap keseluruhan faktor dalam setiap fungsi tersebut baik faktor internal maupun eksternal.

Metode analisis SWOT bisa dianggap sebagai metode analisis yang paling dasar, yang bermanfaat untuk melihat suatu topik ataupun suatu permasalahan dari 4 empat sisi yang berbeda. Hasil dari analisa biasanya berupa arahan ataupun rekomendasi untuk mempertahankan kekuatan dan untuk menambah keuntungan dari segi peluang yang ada, sambil mengurangi kekurangan dan juga menghindari ancaman. Jika digunakan dengan benar, analisis ini akan membantu untuk melihat sisi-sisi yang terlupakan atau tidak terlihat selama ini. Dari pembahasan diatas tadi, analisis SWOT merupakan instrumen yang bermanfaat dalam melakukan analisis strategi. Analisis ini berperan sebagai alat untuk meminimalisasi kelemahan yang terdapat dalam suatu perusahaan atau organisasi serta menekan dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi.

Menurut Rangkuti, Matriks SWOT dapatmenggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternalyang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dankelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan altenatif strategis.12

12

Rangkuti, Freddy. (2006). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.


(31)

Tabel 1.2 Tabel Matriks SWOT

Berikut ini adalah keterangan dari matriks SWOT diatas:

1. Strategi SO (Strength and Oppurtunity). Strategi ini dibuat berdasarkan

jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar – besarnya.

2. Strategi ST (Strength and Threats). Strategi dalam menggunakan kekuatan

yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

3. Strategi WO (Weakness and Oppurtunity). Strategi ini diterapkan

berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

4. Strategi WT (Weakness and Threats). Strategi ini berdasarkan kegiatan yang

bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.13

Dalam melakukan analisis terhadap fungsi fungsi dan faktor faktornya, maka berlaku ketentuan untuk tingkat kesiapan yang memadai, artinya minimal memenuhi

13

http://www.kajianpustaka.com/2013/03/strenghts-weakness-opportunities.html di akses tanggal 16 oktober


(32)

kriteria kesiapan yang diperlukan untuk mencapai sasaran, dinyatakan sebagai kekuatan bagi faktor internal atau peluang bagi faktor eksternal. Sedangkan tingkat kesiapan yang kurang memadai, artinya tidak memenuhi kriteria kesiapan minimal, dinyatakan sebagai kelemahan bagi faktor internal atau ancaman bagi faktor eksternal.

G. Definisi Konseptual Dan Definisi Operasioal

1. Definisi konseptual

Definisi konseptual adalah pernyataan yang mengartikan atau memberi makna suatu konsep istilah tertentu. Definisi konseptual merupakan penggambaran secara umum dan menyeluruh yang menyiratkan maksud dan konsep atau istilah tersebut bersifat konstitutif (merupakan definisi yang tersepakati oleh banyak pihak dan telah dibakukan setidaknya dikamus bahasa), formal dan mempunyai pengertian yang abstrak. 14

a. Manajemen controling adalah suatu usaha untuk menetapkan standar pelaksanaan tujuan dengan tujuan tujuan perencanaan, merancang sistem dan membandingkan kegiatan nyata standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan.

b. Kebijakan adalah suatu keputusan yang memberikan petunjuk umum tentang penetapan ruang lingkup yang memberi batas dan arah umum kepada seseorang untuk bergerak. Dapat berbentuk keputusan yang dipikirkan secara matang dan hati-hati oleh pengambil keputusan puncak dan bukan kegiatan-kegiatan berulang yang rutin dan terprogram atau terkait dengan aturan-aturan keputusan.

14

https://www.scribd.com/doc/115834246/Teknik-Pembuatan-Skripsi di akses tanggal 25 januari 2016 pukul 17.47


(33)

c. Analisa SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strenghts),Kelemahan (weaknesses), Peluang (opportunities)danAncaman (threats)dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis.

2. Definisi Oprasional

Dalam penelitian Lapangan (Field Work) konsep yang relevan dan berkedudukan sentral dalam penelitian terlebih dahulu harus dibuat operasional. Menurut Bernard S.Philips sebuah konsep baru akan disebut konsep yang operasional jika konsep itu sudah menyatakan secara eksplisit konsekuensi metode operasinya15

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang di amati ketika melakukan pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena dengan menggunakan parameter yang jelas

a. Manajemen controling 1. Penyimpangan 2. Penyalahgunaan 3. Kebocoran 4. Pemborosan 5. penyelewengan b. Analisa SWOT

1. Kekuatan (strenghts) 2. Kelemahan (weaknesses) 3. Peluang (opportunities) 4. Ancaman (threats)

15


(34)

Tabel 2.1

Tabel Indikator Manajemen Controling

No Elemen atau Unsur Indikator

1 Penyimpangan Kerusakan hutan di gunung semeru 70% terjadi akibat ulah manusia : Kebakaran Hutan, Para pendaki melanggar peraturan yang ditetapkan pengelola Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) seperti:

a. Membuang sampah sembarangan b. Membuang putung rokok

sembarangan

c. Memadamkan api unggun tidak maksimal

d. Mengabaikan peraturan persyaratan administrasi

2 Penyalahgunaan Penyalahgunaan wewenang oleh oknum pengelola TNBTS dalam mengawasi perizinan pendakian Gunung Semeru

3 Kebocoran Dan dalam anggaran ini kemungkinan banyak pembengkakan yang terjadi terkait penggunaan anggaran yang ditetapkan oleh dinas kehutanan kepada pengelola TNBTS. Harus dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui data selengkapnya.

4 Pemborosan Terkait penyalahgunaan anggaran yang ditetapkan oleh dinas kehutanan kabupaten Lumajang dalam pengeposan anggaran pengawas pengelola TNBTS.


(35)

5 Penyelewengan Pengabaian tata tertib pengelola oleh para pendaki yang melanggar aturan :

a.Membawa barang barang yang dilarang

b.Merusak flora yang dilindungi

Tabel 2.2

Tabel Indikator Analisa SWOT

No Elemen Atau Unsur Indikator

1 Kekuatan (strenghts) a. Telah memiliki badan hukum b. struktur organisasi yang sesuai

dengan eksistensi TNBTS

c. Sumber daya manusia yang tercukupi

d. Fasilitas tim pengawas memadai e. Anggaran pengawasan besar dari

dinas. 2 Kelemahan

(weaknesses)

a. Peraturan dari pengelola untuk pendaki yang kurang ketat sehingga banyak penyelewengan seperti syarat administrasi peserta yang kurang lengkap. Sehingga ijin untuk mendaki sering kali kecolongan oleh para pendaki pemula yang mengalami problem. b. Banyak peraturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah dilanggar pleh para pendaki. 3 Peluang(opportunities) a. Sebagai mata pencaharian untuk

warga sekitar bascamp ataupun lereng gunung semeru

b. Pendapatan daerah melalui wisata alam


(36)

c. Tidak semua pendaki melanggaran aturan yang telah dibuat oleh Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

4 Ancaman a. Kerusakan hutan semakin meluas b. Kebakaran hutan

c. Hilangnya nyawa seseorang setiap tahun akibat kecelakaan gunung ataupun human eror.

H. Metode Penelitian

Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos. Secara sederhana adalah suatu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.Didalam metode mutlak diperlukan karena fakta-fakta sosial tidak tergeletak dan sudah siap pakaibegitu saja,fakta-fakta tersebut harus dibuka dari “Kulit Pembungkus” kenyataan yang sepintas tampak,harus diamati dalam suatu kerangka acuan yang spesifik,harus diukur dengan tepat,dan harus diamati pula pada suatu fakta yang dapat dikaitkan dengan fakta-fakta lain yang relevan.

Dalam penelitian ini,penulis menggunakan Metode descriptive analisys dan explanatory survey, maksudnya adalah dengan tujuan untuk memberikan gambaran tentang sesuatu dan untuk lebih memahami gejala atau permasalahan tertentu, sehingga pada akhir penelitian ini tidak hanya untuk menguji hasil penelitian tetapi menghasilkan suatu pemahaman mendalam mengenai fenomena yang akan diteliti. 16

1. Jenis penelitian

Dalam melakukan penelitian tentang “Peran Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dalam pengawasan perizinan pendakian gunung semeru sesuai

16


(37)

dengan Undang-undang nomor 05 tahun 1990 bab VII tentang kawasan pelestarian alam” Peneliti menggunakan jenis penelitian Kualitatif Deskriptif.Penelitian Kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata kata lisan maupun tertulis dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang orang yang diteliti.17 Sedangkan Deskriptif Menurut Moh.Nazir adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia,suatu objek,suatu set kondisi,suatu sistem pemikiran,ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Disebut kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif dan tidak menggunakan alat pengukuran 18

Alasan peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif karena peneliti ingin membahas lebih dalam tentang proses controling yang diterapkan dalam menerapkan kebijakan pengawasan perizinan jalur pendakian semeru oleh pengelola Taman Nasional Gunung Tengger Semeru sehingga dapat menjelaskan sejauh mana proses pengawasan pengelola dalam memberikan izin pendakian kepada masyarakat umum yang sering menuai masalah masalah terkait kawasan pelestarian Alam.

Masalah-masalah sosial seperti ini harus diketahui lebih dalam dengan in depth interview kepada subjek penelitian.Identifikasi masalah yang mendalam dengan penelitian kualitatif ini diharapkan mampu menyelesaikan masalah masalah yang ada sehingga data yang disajikan akan kuat dengan penjelasan penjelasan. Keinginan tahu dari penelitian yang mendalam dan lebih mementingkan proses penelitian daripada hasil menjadi alasan selanjutnya mengapa peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif19.

Penelitian kualitatif deskriptif yang dipilih oleh peneliti dianggap cocok untuk mengidentifikasi masalah diatas karena Persoalan pengawasan perijinan ini adalah

17

Inu Dhamar Jati.2014.Restrukturisasi organisasi pelayanan perijinan 2009-2014.skripsi.yogyakarta.UMY 50

18

Ibid hal 51 19


(38)

bukan persoalan angka-angka (Kuantitas), namun strategi pemerintah dalam menerapkan kebijakan pengawasan perijinan harus diteliti secara mendalam dengan pertanyaan pertanyaan kritis,dan hasil wawancara akan berupa deskripsi (Penjelasan) bukan penjelasan yang menggunakan angka-angka.

Dalam penelitian kualitatif ini berbentuk Studi Kasus (Case Study).Studi Kasus merupakan sebuah bentuk penelitian bukan sebuah pilihan metodologis.Studi kasus ditentukan oleh minat pada kasus individual bukan ditentukan oleh metode penelitian. Howard Backerdalam bukunya Handook of Qualitative Researchmenggunakan istilah berbeda tentang studi kasus,dalam konfrensi Cambridge Kedua (Simons,1980) Howard backer menjelaskan tentang studi kasus dengan istilah tugas lapangan (Field Work).Studi Kasus atau Studi Lapangan bisa berarti “Proses Pengkajian” sekaligus “Hasil dari Proses Pengkajian”. Bisa disimpulkan dari penjelasan diatas studi kasus merupakan bentuk penelitian dalam mengidentifikasi sebuah kasus tertentu sehingga proses yang dilakukan dapat membuahkan hasil.20

2. Lokasi Penelitian dan Waktu penelitian

Penelitian ini mengambil objek penelitian di Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang beralamat di Jl. Rd.Intan no 6 kotak pos 54 Malang 65100 Jawa Timur, Telepon (0341) 491828 fax (0341) 490 885. Website: www.bromotenggersemeru.com.Dan Kantor Resort Taman Nasional Wilayah II Ranupani yang beralamat di desa Ranupani Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang. Waktu penelitian pada bulan November 2015- Maret 2016.

20


(39)

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lumajang pada bulan Maret tahun 2016, dengan alasan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis tentang Peran Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dalam mengawasi perizinan pendakian Gunung Semeru di Jawa Timur.

4. Sumber Data

a. Data primer

Dalam melakukan sebuah penelitian umumnya menggunakan data-data valid dan akan digunakan untuk kepentingan penelitian salah satunya adalah data primer, berikut ini adalah definisi-definisi dari para ahli tentang data primer.

Data Primer menurut Jonathan Sarwonoadalah data yang berasal dari sumber asli atau pertama.Data ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk file-file.Data ini harus dicari melalui narasumber atau dalam istilah teknisnya responden, yaitu orang yang kita jadikan objek penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai saran mendapatkan informasi ataupun data21.

Jadi kesimpulan dari definisi data primer adalah data ini didapat dari narasumber yang kita jadikan objek penelitian dan bisa juga dari survei lapangan yang menggunakan semua metode pengumpulan data original.

Dari penjelasan diatas data primer yang akan digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian tentang “strategi pemerintah kab.Lumajang dalam menerapkan kebijakan pengawasan perizinan jalur pendakian semeru sesuai Undang-undang nomor 05 tahun 1990 Bab VII pasal 29-35”

b. Data Sekunder

21

Prof.DR.Sugiyono. 2007. Metode penelitian bisnis (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D ) Alfabeta, cv. 2007 hal 422


(40)

Selain data primer, didalam penelitian juga menggunakan data sekunder sebagai metode pengumpulan data.Definisi data sekunder menurut Jonathan Sarwono adalah data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan22.

Untuk mendukung definisi diatas definisi menurut Hanke dan Reitsch adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan di publikasikan kepada masyarkat pengguna data.

Berdasarkan definisi dari kedua ahli diatas dapat disimpulkan data sekunder adalah data yang sudah tersedia atau telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan di publikasikan kepada masyarkat pengguna data sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan.23

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah salah satu metode dalam pengumpulan data saat membuat sebuah karya tulis ilmiah. Nawawi dan Martini mengungkapkan bahwa observasi adalah pengamatan dan juga pencatatan sistematik atas unsur-unsur yang muncul dalam suatu gejala atau gejala-gejala yang muncul dalam suatu objek penelitian. Hasil dari observasi tersebut akan dilaporkan dalam suatu laporang yang tersusun secara sistematis mengikuti aturan yang berlaku.

Sedangkan menurut Prof. Heru, observasi adalah studi yang dilakukan secara sengaja dan sistematis, terarah dan terencana pada tujuan tertentu dengan mengamati dan mencatat fenomena-fenomena yang terjadi dalam suatu kelompok

22

Ibid hal 55

23

Prof.DR.Sugiyono. 2007. Metode penelitian bisnis (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D ) Alfabeta, cv. 2007 hal 422


(41)

orang dengan mengacu pada syarat-syarat dan aturan penelitian ilmiah. Dalam suatu karya tulis ilmiah, penjelasan yang diutarakan harus tepat, akurat, dan teliti, tidak boleh dibuat-buat sesuai keinginan hati penulis.24

Hasil Observasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu mendatangi langsung lokasi penelitian selama tiga hari, lokasi tersebut yaitu :

1. Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang beralamat di Jl. Raden Intan no 6 Malang Jawa Timur 65100, telepon (0341) 491828 fax (0341) 490 855. Website: www.bromotenggersemeru.com bertemu dengan Ibu Khomsatun selaku koordinator Administrasi Umum Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Beliau yang mengurusi SIMAKSI (surat ijin memasuki kawasan konservasi) bagi pengunjung yang akan melakukan penelitian ataupun pembuatan film/video. Bagi para pendaki yang akan melakukan pendakian wajib booking terlebih dahulu via Online ataupun mendatangi langsung kantor Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Jam kerja kantor Balai mulai dari jam 08.00-15.00. Jumlah Pegawai kantor Balai Besar Bromo Tengger Semeru adalah 68 pegawai dengan jabatan masing-masing.

2. Kantor Resort Taman Nasional Wilayah II Ranupani yang beralamat di Desa Ranupani kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang. Kantor ini merupakan pintu masuk utama sebelum melakukan pendakian. Dii kantor ini pendaki akan melakukan regristasi dengan menukarkan bukti pembayaran booking dan biaya administrasi pendakian sebagai tiket masuk. Kantor resort Ranupani stanby 24jam. Pegawai yang bertugas di resort

24

http://www.duniapelajar.com/2014/08/05/pengertian-observasi-menurut-para-ahli/ di akses tanggal 7 maret 2016 pukul 12.36


(42)

ranupani ini berjumlah 8 pegawai dengan jabatan masing-masing dan 3 SRU Tim SAR yang selalu stanby setiap harinya.

b. Wawancara(Interview)

Salah satu metode yang dipakai dalam pengumpulan data melalui data primer adalah wawancara, berikut ini adalah 2 definisi dari wawancara menurut para ahli. Definisi dari wawancara menurut Adrianto adalah tehnik mengumpulkan data atau informasi dengan cara bertatap muka langsung dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Wawancara ini dilakukan dengan frekuensi tinggi (berulang-ulang) secara intensif.

Definisi diatas juga dikuatkan dengan definisi yang dikutip dari Kamus besar Bahasa Indonesia wawancara adalah tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk dimintai pendapatnya mengenai suatu hal.

Dalam melaksanakan penelitian ini peneliti menggunakan Wawancara Mendalam (In Depth Interview). In Depth Interview merupakan teknik wawancara yang dilakukan dengan informan kunci (key informant) dan subjek penelitian pada umumnya.Informan kunci merupakan orang-orang yang karena pengetahuannya yang luas dan mendalam dapat memberikan data yang berharga.25

Data primer yang akan digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian tentang “strategi pemerintah kab.Lumajang dalam menerapkan kebijakan pengawasan perizinan jalur pendakian semeru sesuai Undang-undang nomor 05 tahun 1990 Bab VII pasal 29-35” antara lain :

1. Wawancara kepada kepala Resort Taman Nasional Wilayah II pengelola Resort Ranupani, Bapak Joko Susiono

25


(43)

2. Paguyuban SAVER Gunung Semeru mas yono

3. Masyarakat sekitar bascamp Gunung Semeru, Ibu Sarinah dan Bapak Suwarjono.

4. Para Pendaki Gunung Semeru yang tergolong dari : a. 4 pendaki dari organisasi pencinta Alam :

1. Noviar Reza Arisandi (MAPALA UMY) 2. Vebri Arianto (MAPALA UMY)

3. Arso Juman (MAPALA UMY)

4. Singgih Anini Muttaqin (MAPALA UMY) b. 2 pendaki dari mancanegara :

1. Carolline Robertpatrice warga negara Australia 2. Alex Stiwerd warga negara Australia

c. 4 pendaki dari luar organisasi dan komunitas :

1. Yunita Dwi Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang yang juga sebagai anggota komunitas pencinta alam “kopi liar”

2. Aisyah Puspita mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang 3. Muhammad Nasrul Habib Mahasiswa Universitas Muhammadiyah

Malang

4. Wahyu Jarot Mahasiswa Universitas Brawijaya Malang

c. Dokumentasi

Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa diperoleh lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, arsip foto, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini bisa dipakai untuk menggali infromasi yang terjadi di masa silam. Peneliti perlu memiliki kepekaan teoretik


(44)

untuk memaknai semua dokumen tersebut sehingga tidak sekadar barang yang tidak bermakna.

Pengertian dokumen menurut Robert C. Bogdan adalah catatan peristiwa yang telah berlalu, bisa berbentuk tulisan, gambar, karya-karya monumental dari seseorang.26

Didalam penelitian ini, data sekunder yang dapat di ambil meliputi :

1. Dokumen terkait dengan Struktur Organisasi,Tugas,dan tata laksana Pengelola Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

2. Peraturan pemerintah terkait pengawasan daerah pelestarian alam, peraturan pemerintah nomor 28 tahun 2011 tentang pengelolaan kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam (lembaran negara republik Indonesia tahun 2011 nomor 56 tambahan lembaran negara republik Indonesia nomor 5217) 3. Foto-foto tentang objek Penelitian

6. Teknik Analisa Data

Tujuan dari analisa data pada dasarnya adalah untuk menyederhanakan data dalam bentuk yang dipahami. Teknik analisa data yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan analisis data adalah dengan menggunakan teknik analisa data kualitatif yaitu dengan cara :

a. Menelaah seluruh data yang telah terkumpul melalui pengamatan dan wawancara (interview). Dalam menelaah data dilakukan secara deskriptif dan reflektif. Deskriptif yaitu menerangkan gambaran mengenai kondisi/keadaan

26

Bogdan, Robert C; Biklen, Knopp Sari; Qualitative Research For Education; An Introduction to Theory and Mhetods; Allyn and Bacon; Boston London; 1982 hal 16


(45)

pada saat melakukan penelitian subjektif mungkin, sedangkan Reflektif yaitu menerangkan objek penelitian yang kita teliti secara lebih mendalam dengan menambahkan intepretasi dan persepsi terhadap obyek yang diteliti/sedang dikaji.

b. Melakukan reduksi data, yaitu menyeleksi data dengan memilih yang penting-penting saja sehingga rangkuman inti dari penelitian tersebut tetap berada didalamnya dan hasil penelitian yang diteliti akan lebih fokus.

c. Kategorisasi yaitu mengelompokkan data sesuai kategori dengan menyesuaikan obyek kajian yang akan dianalisa (variable independent) yang diperlukan dari hasil reduksi.

d. Menafsirkan/mamaknai terhadap data yang sudah didapat yaitu semakin dimaknai dengan pertimbangan-pertimbangan apakah sudah sesuai dengan teori yang diapakai apa belum.

7. Aspek-aspek penelitian sosial

Variabel Penelitian

a. Variabel Dependet (terikat) adalah Implikasi penerapan Undang Undang nomor 05 Tahun 1990 Bab VII Pasal 29-35 tentang Kawasan Pelestarian Alam

b. Variabel Independent (bebas) adalah beberapa penyimpangan yang terjadi di analisa dari segi:

1. Peraturan Pemerintah yang dibuat untuk syarat memasuki kawasan konservasi

2. Penyimpangan yang terjadi seperti kerusakan hutan di Gunung Semeru diakibatkan 70% ulah manusia


(46)

3. Penyalahgunaan wewenang oleh oknum pengelola Taman Nasioanal Bromo Tengger Semeru

4. Penyelewengan terkait dengan pengabaian tata tertib pengelola oleh para pendaki yang melanggar aturan

Setelah melalui langkah langkah tersebut, maka data yang telah diperoleh dikumpulkan, disusun, diinterpretasikan untuk selanjutnya ditarik suatu kesimpulan secara umum.


(47)

1

BAB II

DESKRIPSI UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Profil Wilayah Kabupaten Lumajang

1. Letak dan Luas Wilayah

Secara geografis, Pemerintah Kabupaten Lumajang terletak antara 112°50’-113°22’ Bujur Timur dan 7°52’ - 8°23’ Lintang Selatan. Kabupaten Lumajang terdiri dari 21 (dua pulu satu) kecamatan yaitu : Yosowilangun, Kunir, Tempeh, Pasirian, Candipuro, Pronojiwo, Tempursari, Rowokangkung, Tekung, Lumajang, Sumbersuko, Sukodono, Senduro, Pasrujambe, Padang, Guciliat, Jatirojo, Randuagung, Kedungjajang, Klakah dan Ranusoyo, Adapun batas – batas administrasi Kabupaten Lumajang sebagai berikut1 :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo b. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Jember c. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia d. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Malang

1


(48)

2

Gambar 2.1

Peta Administrasi Kabupaten Lumajang

Tabel 2.1

Tabel Luas dan Prosentase Luasan Perkecamatan Kabupaten Lumajang

No Kecamatan Luas (km²) Prosentase (%)

1 Tempursari 101.36 5.66

2 Pronojiwo 38.74 2.16

3 Candipuro 144.93 8.09

4 Pasirian 183.91 10.27

5 Tempeh 88.05 4.92

6 Lumajang 30.26 1.69

7 Sumbersuko 26.54 1.48

8 Tekung 30.40 1.70

9 Kunir 50.18 2.80


(49)

3

11 Rowokangkung 77.95 4.35

12 Jatiroto 77.06 4.30

13 Randuagung 103.41 5.77

14 Sukodono 30.79 1.72

15 Padang 52.79 2.95

16 Pasrujambe 97.30 5.43

17 Senduro 228.68 12.77

18 Gucialid 72.83 4.07

19 Kedungjajang 92.33 5.16

20 Kelakah 83.67 4.67

21 Ranuyoso 98.42 5.50

22 Jumlah 1,790.90 100.00

Sumber: BPS kabupaten Lumajang tahun 2014

2. Demografi Kabupaten Lumajang

Jumlah penduduk Kabupaten Lumajang tahun 2014 sebanyak 1.086.669 jiwa, terdiri dari laki laki sebesar 528.129 jiwa dan perempuan 558.540 jiwa. Dari sisi kepadatan penduduk, Kabupaten Lumajang tingkat kepadatan penduduk rata-rata adalah 695 jiwa/km². Apabila dilihat dari tingkat kepadatan penduduk perkecamatan, kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatannya adalah Kecamatan Lumajang (3.123 jiwa/km²), diikuti dengan Kecamatan Sukodono (1.793 jiwa/km²) dan Kecamatan Sumbersuko (1.369 jiwa/km²). Sex Ratio merupakan perbandingan jumlah penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan dikalikan 100. Pada tahun 2014 setiap 100 penduduk perempuan di Indonesia terdapat 98 penduduk laki-laki.


(50)

4

Dalam kurun waktu tahun 2013 sampai tahun 2014 pertumbuhan penduduk Kabupaten Lumajang tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 1.292 jiwa atau 0,19 persen2.

Tabel 2.2

Jumlah Penduduk Kabupaten Lumajang Menurut Jenis Kelamin, Kepadatan dan Rasio Seks Tahun 2015

No Kecamatan

Penduduk

Jumlah

Luas Area

Kepadatan Jumlah

KK

Laki-Laki Perempuan KM2

1 Tempursari 15,424 16,717 32,141 101.36 317 9993

2 Pronojiwo 17,89 19,156 37,046 38.74 956 11111

3 Candipuro 34,337 35,789 70,126 144.93 484 21765

4 Pasirian 41,583 43,47 85,053 183.91 462 25990

5 Tempeh 39,801 41,029 80,83 88.05 918 24475

6 Kunir 26,201 27,769 53,97 50.18 1,076 16910

7 Yosowilangun 30,016 31,305 61,321 81.30 754 20033 8 Rowokangkung 17,958 19,499 37,457 77.95 481 12131

9 Tekung 16,769 18,079 34,848 30.40 1,146 10814

10 Lumajang 43,117 44,329 87,446 30.26 2,89 27610 11 Pasrujambe 19,62 20,832 40,452 97.30 416 11380

12 Senduro 22,879 24,061 46,94 228.68 205 14162

13 Gucialid 11,916 13,602 25,518 72.83 350 7655

14 Padang 17,183 18,941 36,124 52.79 684 10872

15 Sukodono 25,862 27,207 53,069 30.79 1,724 15926 16 Kedungjajang 21,062 23,239 44,301 92.33 480 12829

17 Jatiroto 23,746 25,104 48,85 77.06 634 14874

18 Randuagung 31,717 32,814 64,531 103.41 624 19511

2


(51)

5

19 Klakah 30,655 32,091 62,746 83.67 750 18399

20 Ranuyoso 23,725 25,096 48,821 98.42 496 13495

21 Sumbersuko 16,668 18,411 35,079 26.54 1,322 11077

JUMLAH 528,129 558,54 1086,669 1790.90 607 331012

Sumber : Hasil Konsolidasi Database Kementerian Dalam Negeri

Sebagai ibukota kabupaten, maka gejala urban bias tidak dapat dihindari di Kabupaten Lumajang. Pembangunan fisik dengan segala fasilitasnya tak terhindarkan lebih banyak bermunculan di Kecamatan Lumajang, dan beberapa tempat di Kecamatan Sukodono, sebagai tempat pemekaran keramaian di kota Lumajang. Bagi kalangan swasta di mana seluruh aktivitasnya lebih banyak yang berorientasi ekonomi, maka berbagai investasi yang ditanam memilih lokasi-lokasi yang menguntungkan, paling tidak memiliki potensi agar aktivitas usaha yang ditekuni dapat berjalan lancar dan mencapai kesuksesan. Kalangan pemodal akan mempertimbangkan lokasi-lokasi yang dinilai telah memiliki atau berpotensi untuk dilakukan pembangunan sarana dan prasarana memadai guna mendukung usahanya3.

Kecamatan Lumajang sebagai ibukota kabupaten tentu lebih memberikan peluang dan menawarkan sejumlah fasilitas sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan ekonomi para investor dan pelaku ekonomi. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan jika berbagai aktivitas yang dilakukan oleh para pemodal dan investor yang terpusat di ibukota

3


(1)

Dari data di atas, data kasus kecelakaan banyak terjadi ditahun 2015. Jika di kalkulasikan sebenarnya korban yang terdata tidak hanya berjumlah sedemikian. Karena Balai besar taman nasional Bromo Tengger Semeru hanya akan bertanggung jawab kepada para pendakinya yang telah melakukan registrasi dan mendapatkan simaksi (surat ijin masuk kawasan konservasi) untuk memasuki kawasan gunung semeru. Banyaknya para pendaki yang melakukan pendakian ilegal tanpa melakukan registrasi dan tidak memiliki simaksi tidak akan menjadi tanggung jawab balai besar taman nasional Bromo Tengger Semeru. Karena selain mereka melanggar SOP mereka juga melanggar peraturan pendakian yaitu melakukan pendakian sampai puncak Mahameru dimana itu adalah melebihi batas yang telah ditentukan oleh pihak balai besar taman nasional Bromo Tengger Semeru.

Gambar 3.10

Peringatan Batas Pendakian

Kepala Resort pengelola taman nasional wilayah II Ranupani, Bapak Susiono memaparkan kembali:

“ Menyikapi hal itu, kami sangat –sangat berupaya untuk benar – benar mengawasi dan

tegas terhadap para pendaki yang melanggar aturan, namun tetap saja kami masih sering merasa kecolongan dengan pendaki – pendaki nakal yang tidak mau melakukan regristasi atau pendataan terlebih dahulu, toh juga kami pikir ini kan tidak memberatkan sama sekali


(2)

bertanggung jawab sepenuhnya ketimbang mereka yang tidak menaati peraturan dan kemudian terjadi hal yang tidak di inginkan akan menjadi tanggung jawab siapa kalau bukan kami juga”

Penerapan peraturan SOP yang sudah diterapkan secara maksimal harusnya dapat mengurangi kasus yang banyak terjadi selama tahun 2014 ke 2015 ini, namun menurut data di atas terdapat kasus kecelakaan digunung terjadi ditahun 2015. Kurangnya pengawasan langsung di lapangan oleh pihak balai besar taman nasional Bromo Tengger Semeru ini adalah salah satu kelalaian pihak balai taman nasional Bromo Tengger Semeru sehingga masih saja banyak kasus terjadi seperti kecelakaan di gunung, orang hilang, kerusakan hutan ataupun pelanggaran peraturan lainnya yang tidak bisa langsung di sikapi oleh pihak pengelola Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Gambar 3.11

Peraturan yang harus di patuhi pendaki

Sejauh ini dari hasil wawancara yang dilakukan belum ada tindakan yang dilakukan oleh pengelola balai taman nasional Bromo Tengger Semeru terkait pelanggaran pelanggaran yang terjadi. Dilihat dari proses administrasi, banyak para pendaki yang bisa lolos tanpa proses regristasi terlebih dahulu dengan melewati pintu masuk kawasan semeru yang tidak dijaga oleh petugas. Hal ini menandakan bahwa pengawasan langsung dilapangan oleh pihak taman nasional Bromo Tengger Semeru tidak merata.

2) Kuota Pengunjung Yang Melebihi Batas

Menurut pemaparan kepala pengelola resort ranupane bapak Joko Susiono

“ Dalam hal ini memang kami sangat kekurangan Sumber daya manusia yang kami terjunkan langsung kelapangan karena memang sudah kewalahan mengurusi para pendaki yang sangat banyak sekali jumlahnya setiap harinya. Jadi kontrol kami sangat kurang didalam lapangan.”

Keputusan Balai besar taman nasioanal sudah ditetapkan terkait kuota pengunjung yang dibatasi adalah sebanyak 500 orang perhari.10 Namun selama tahun 2013 samapi 2014 ini pengunjung pendaki gunung semeru bisa mencapai 3000 orang per hari. Jelas ini sudah melanggar peraturan keputusan kepala balai besar taman

10

Keputusan kepala balai besar taman nasional bromo tengger semeru nomor SK.47/IV-21/BT.1/2013 Tentang petunjuk teknis standar oprasional prosedur (SOP) pendakian gunung semeru di taman nasionalbromo tengger semeru


(3)

nasional Bromo Tengger Semeru yang sudah ditetapkan. Namun dalam hal ini pihak taman nasional membiarkan hal itu terjadi.

Gambar 3.12

Pengunjung Ranu Kumbolo

Kantor pusat balai besar taman nasional bromo tengger semeru yang menjadi pintu pertama dalam hal booking dan registrasi pengunjung harusnya dapat membatasi pengunjung perhari dengan sistem buka tutup jalur pendakian sehingga kuota para pengunjung tidak melebihi batas yang sudah ditetapkan.

Tentunya ini akan sangat membantu kinerja petugas lapangan resort ranu pani selaku petugas yang mengawasi langsung di lapangan dan dapat meminimalisir kecelakaan ataupun kerusakan hutan yang terjadi.

Selain dalam hal regristasi pengunjung yang menjadi masalah utama adalah ketidak tertiban para pendaki yang melanggar aturan yang telah ditetapkan oleh balai besar taman nasional Bromo Tengger Semeru. Salah satunya adalah batasan umur yang diperbolehkan memasuki kawasan konservasi gunung semeru sesuai dengan peraturan yang sudah di tetapkan adalah anak minimal berumur 10 tahun. Namun tetap saja, tidak sedikit pendaki yang di temui dengan membawa anak di bawah umur 10 tahun.

Gambar 3.13

Pendaki di bawah umur


(4)

kenapa masih saja bisa lolos dalam proses regristasi pengunjung.

Belum lagi juga masalah sampah yang tidak kunjung menemukan solusi. faktor sampah selalu menjadi sumber masalah setiap tahun.

Gambar 3.14

Sampah Gunung Semeru

Kemudian pada hari berikuitnya yaitu Sabtu 21 maret 2016 penulis melakukan observasi langsung dengan mendatangi beberapa lokasi pendakian yang sangat menjadi favorit bagi para pendaki untuk mendirikan tenda, bersantai dan beristirahat. Tempat ini adalah sebuah danau yang cukup luas di ketinggian 2.850 Meter diatas permukaan laut. Pukul 07.26 penulis melakukan pendakian dari pintu utama pendakian sampai danau pertama yang bernama ranukumbolo. Penulis menempuh waktu sekitar 4jam untuk berjalan sampai ke tempat tersebut . pukul 11.26 penulis sampai pada danau Ranukumbolo dan sangat tercengang melihat keadaan sampah yang berserakan disana. Kepala resort ranu pani bapak Susiono menjelaskan,

“ Dari tahun ke tahun memang sampah ini semakin menumpuk karena pendaki juga tiap tahun makin banyak jumlahnya. Kami sudah menerapkan bahwa peraturan soal sampah ini diwajibkan dibawa turun kembali tetapi tetap saja kami tidak bisa mengontrol secara langsung dilapangan siapa orang yang tidak membawa turun sampahnya. “

Gambar 3.15


(5)

Terkait dengan masalah sampah pihak balai besar taman nasional sudah sangat mengupayakan kebijakan yang dapat menjadi solusi. Namun kembali lagi ke kesadaran para pengunjung yang harusnya mentaati peraturan bahwasanya tidak boleh meninggalkan sampah sedikitpun di kawasan gunung Semeru. Kurangnya kesadaran pendaki ini yang menjadi hal yang sangat memprihatinkan tidak peduli dengan lingkungan. Mereka hanya memuaskan ego mengunjungi merusak dan mengotori tanpa memikirkan bagaimana menjaga vegetasi yang dilindungi.

Gambar 3.16

Sampah gunung semeru

Selain faktor kesadaran peduli sampah para pendaki yang sangat memprihatinkan, faktor pelanggaran yang paling mencolok adalah para pendaki yang masih saja membuat api unggun ataupun membuang putung rokok tanpa mematikannya terlebih dulu. Hal ini memicu kebakaran hutan terlebih jika memasuki musim kemarau, keadaan hutan sangat kering dan sangat mudah terbakar hanya dengan percikan api.

3) Ketidak Siapan Fisik Dan Logistik Pendaki

Ketidak siapan fisik dan logistik bawaan pendaki juga selalu menjadi faktor yang sering para pendaki lakukan. Terbiasa dengan menyepelekan dan tidak berbekal ilmu mereka mendaki gunung dengan meremehkan barang bawaan dan persediaan makanan. Padahal gunung semeru adalah gunung tertinggi di jawa timur yang mempunyai suhu sampai-°celcius. Ini benar benar hal yang tidak boleh terlupakan, terutama perbekalan makanan dan pakaian. Banyak para pendaki dadakan yang menyepelekan hal ini. Mereka hanya berbekal mie instan dan air yang secukupnya. Padahal mereka harus berjalan selama 10 jam untuk mencapai spot yang diperbolehkan mendirikan tenda untuk istirahat.


(6)

prosedur pendakian. Mereka banyak yang menggunakan celana Jean ataupun pakaian pakaian yang berbahan tidak mudah kering. Hal ini tentunya sangat berbahaya karena dalam pendakian pasti akan berjalan jauh dan melelahkan sehingga produksi kringat akan lebih banyak. Di tambah lagi keadaan cuaca kalau hujan ataupun berembun. Pakaian yang berbahan Jeans akan menyerap dan awet basahnya. Sehingga itu akan mempengaruhi kondisi fisik pendaki dan memicu terjadinya hipotermia.

Berikut pemaparan mas Yono selaku ketua paguyuban Savers gunung Semeru mengatakan,

“ Banyak sekali pendaki pendaki dadakan itu yang menyepelekan perbekalan. Kalau

kami sedang ikut menswiping itu sedikit pendaki yang mau bawa perbekalan yang sesuai standar. Kebanyakan karena sudah membawa tas carier yang berat mereka tidak mau membawa perbekalan yang lebih dan menganggap makan mie instan saja sudah cukup. Apalagi membawa air minum cuma 2 botol. Mereka mengandalkan air di danau ranukumbolo. Padahal air itu kan berlumut tidak baik dikonsumsi untuk pencernaan. Dan dari ranu kumbolo menuju kalimati juga perjalanan sangat jauh. Banyak yang sering minta di rescue turun gara gara kondisi badannya drop setelah di interogasi ya benar perbekalannya tidak memenuhi standar.”

Dalam hal ini sudah jelas dalam peraturan sudah di jelaskan bahwa logistik ataupun perbekalan harus sesuai standar. Namun tetap mau ditegaskan seperti apa pihak taman nasional Bromo Tengger Semeru tidak memberi sanksi ataupun tindak lanjut yang lebih membuat efek jera para pendaki yang melanggar.

Seperti pemaparan pak Yono selaku ketua paguyuban savers gunung semeru, “ Kami selaku yang membantu menswiping logistik bawaan pendaki sangat kualahan, terkadang kami jadi harus selalu maklum karena melihat banyaknya para pendaki yang mengunjungi gunung semeru ini ribuan orang setiap harinya. Jadi bakal memakan banyak waktu tentunya.”

Namun dengan adanya peraturan ketat soal logistik bawaan ini harusnya ini menjadi alternatif untuk mengurangi kuota pendaki yang memasuki kawasan Gunung Semeru. Sehingga petugas yang mengawasi dilapanganpun bisa lebih maksimal dan sistem tertib administrasi pun tidak akan banyak yang kurang. Terkait dengan sistem administrasi dan perizinan pendakian gunung semeru ini, berikut beberapa pemaparan menurut para pengunjung dan warga sekitar gunung Semeru.