Gejala klinik lain : gejala klinik lain yang menyertai penderita DBD adalah nyeri otot, anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare atau konstipasi, dan kejang.
Jadi seseorang dinyatakan tersangka DBD apabila demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7 hari disertai
manifestasi perdarahan skurang-kurangnya uji tourniquet positif dan atau trombositopenia jumlah trombosit
≤100.000 µl. Diagnose klinis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut
WHO yaitu terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris dengan maksud untuk mengurangi diagnosa yang berlebihan over diagnosis. Kriteria Klinis meliputi : 1
Demam tinggi mendadak , tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7 hari; 2 Terdapat manifestasi perdarahan, sekurang-kurangnya uji Tourniquet
Rumple Leede positif; 3 Pembesaran hati; 4 Syok. Sedangkan kriteria laboratoris terdiri dari Trombositopenia jumlah trombosit
≤100.000 µl dan hemokonsentrasi, dapat dilihat dari peningkatan hematokrit
≥ 20.
5. Nyamuk Penular DBD
Mengenal ciri-ciri dan perilaku nyamuk penular DBD adalah penting karena merupakan salah satu prasyarat untuk menunjang keberhasilan pemberantasan vektor
DBD dan penyakit DBD. Penyakit DBD ditularkan oleh Nyamuk Aedes aegypti dan atau Aedes albopictus, namun pada umumnya di Indonesia berdasarkan penelitian
terdahulu bahwa yang paling berperan dalam penularan penyakit DBD adalah Aedes aegypti
karena nyamuk ini bersifat domestik, yaitu hidupnya lebih banyak berada di sekitar rumah tempat-tempat umum atau tempat tinggal aktifitas manusia.
Sedangkan Aedes albopictus lebih banyak berada di kebun-kebun atau di luar rumah, meski kadang-kadang dapat ditemukan di dalam rumah, karena nyamuk ini
khususnya betina juga aktif mencari darah manusia. Klasifikasi dari Aedes aegypti menurut Mullen dan Durden 2002 adalah
sebagai berikut : Fillum
: Arthropoda Kelas
: Insecta Ordo
: Nematocera Infra Ordo
: Culicomorfa Super famili
: Culicoidea Sub famili
: Culicinae Genus
: Aedes Species
: Aedes aegypti ”Aedes aegypti merupakan spesies nyamuk yang menjadi salah satu vektor
paling penting dari penularan penyakit DBD dan bahkan menjadi vektor utama penyakit tersbut pada tempat dimana dilaporkan adanya kasus” Iskandar, 1985.
Nyamuk ini berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain, tubuhnya mempunya warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian
badan, kaki dan sayapnya. Nyamuk Aedes aegypti mempunyai 4 stadium yang nyata dalam riwayat
hidupnya yaitu dari telur – jentiklarva – pupakepompong – nyamuk dewasa. Tipe stadium telur, jentik dan kepompong terjadi dalam air tetapi stadium dewasa adalah
sebagai seekor serangga yang aktif terbang dan mencari makan dari darah manusia,
darah binatang atau sari tumbuh-tumbuhan. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu ± 2 hari setelah telur terendam air. Stadium jentik
biasanya berlangsung 6-8 hari, dan stadium kepompong berlangsung antara 2-4 hari. Pertumbuhan dari telur menjadi dewasa selama 9-10 hari. Umur nyamuk betina dapat
mencapai 2-3 bulan. R.I. Depkes, 2005 Nyamuk Aedes aegypti untuk mencari makan tidaklah membedakan keadaan
malam atau siang hari, pada malam hari menggigit mangsanya memilih kondisi yang teduh. Tetapi hasil penelitian di Jakarta membuktikan bahwa nyamuk Aedes aegypti
sering menggigit manusia sepanjang waktu siang hari, terbanyak nyamuk betina menghisap darah waktu pagi hari antara jam 08.00 sampai jam 12.00 siang, juga di
waktu sore hari kira-kira pada jam 15.00 sampai dengan jam 17.00 petang. Keadaan ini sama juga dengan yang ditemukan di Bangkok, sedikit sekali nyamuk ini
menggigit di waktu malam Iskandar, 1985. Setiap kali bertelur nyamuk betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 100
butir, umumnya nyamuk ini akan meletakkan telurnya pada temperatur udara sekitar 20°C sampai 30°C. Kelembaban udara praktis mempengaruhi kebiasaan peletakan
telur dari nyamuk ini. Hal ini mengingat bahwa aktifitas nyamuk secara keseluruhan dalam kehidupannya sedikitnya ditentukan oleh keadaan kelembaban udara di
sekitarnya. Setelah nyamuk meletakkan telurnya maka telur akan menetas setelah terkena air. Telur nyamuk di tempat yang kering tanpa air dapat bertahan berbulan-
bulan pada suhu -2°C sampai 42°C, dan bila tempat-tempat tersebut kemudian tergenang air atau kelembabannya tinggi maka telur dapat menetas lebih cepat.
Brown seperti yang dikutip Iskandar menyebutkan bahwa telur yang diletakkan dalam
air menetas dalam waktu 1 sampai 3 hari pada temperatur 30°C, tetapi membutuhkan waktu selama 7 hari pada temperatur udara 16°C.
Tempat perkembangbiakan utama adalah tempat-tempat penampungan air berupa genangan air yang tertampung di suatu tempat atau bejana di dalam atau
sekitar rumah atau tempat-tempat umum, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah. Nyamuk ini biasanya tidak dapat berkembang biak di genangan air yang
langsung berhubungan dengan tanah. Dari uraian di atas ternyata bahwa nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor DBD
benar-benar merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan timbulnya penularan penyakit DBD, oleh karenanya untuk memberantas penyakit DBD harus
melakukan kegiatan pemberantasan terhadap sarang jentik nyamuk Aedes aegypti yaitu dengan memutus daur hidup nyamuk melalui pemberantasan sarang nyamuk
DBD PSN DBD.
6. Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD