4. Uji Kruskal Wallis
Tabel 4.14
Ranks
OADGC N
Mean Rank Kualitas Audit
Pendapat wajar tidak dengan bahasa penjelas
34 37.65
Pendapat wajar dengan bahasa penjelas
42 39.19
Total 76
Test Statistics
a,b
Kualitas Audit Chi-square
.125 df
1 Asymp. Sig.
.724 a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variabel: OADGC
Analisis : Dari table 4.14 diatas tampak bahwa nilai Chi-square adalah 0,125 dengan
Asymptotic significance adalah 0,724 atau probabilitas diatas 0,05, maka Ho diterima atau dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kualitas audit antara
KAP yang berafiliasi dengan big four dan tidak berafiliasi dengan KAP big four
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Hubungan Quick Ratio Terhadap Opini Audit Wajar dengan Pernyataan
Going Concern Variabel quick ratio berpengaruh negatif terhadap pemberian opini audit
wajar dengan pernyataan going concern. Quick ratio memiliki nilai koefisien negatif sebesar 0,220 dengan tingkat signifikasi sebesar 0,452 lebih besar
Universitas Sumatera Utara
dari 0,05, artinya dapat disimpulkan bahwa variabel quick ratio berpengaruh negatif terhadap pemberian opini audit wajar dengan pernyataan going
concern. Nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 tidak signifikan berarti bahwa variabel quick ratio belum dapat memberikan bukti konsisten tentang
pengaruhnya terhadap pemberian opini audit wajar dengan pernyataan going concern pada perusahaan manufaktur di Indonesia.
Hasil ini dapat terlihat juga pada analisis deskriptif, yaitu quick ratio disuatu perusahaan ada yang memiliki nilai minimum 0,00 sedangkan rata-
rata quick ratio nya masih dibawah satu. Jadi dapat dikatakan bahwa sebagian besar perusahaan memiliki nilai quick ratio dibawah satu. Hasil penelitian ini
membuktikan bahwa auditor tidak terlalu mempertimbangkan quick ratio dalam memberikan opini audir dengan pernyataan going concern.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Hani, dkk 2003. Perbedaan hasil penelitian ini dapat dipengaruhi oleh
perbedaan sector perusahaan yang dipilih dan tahun penelitian dimana Hani et.al menggunakan sector perbankan dan tahun penelitian 1995-1997. Pada
saat itu terjadi krisis ekonomi dan banyak bank yang dilikuidasi. Namun penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Siagian 2009
yang menyatakan bahwa quick ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit wajar dengan pernyataan going concern. Walaupun
menggunakan sector yang sama dengan Hani et.al namun tahun penelitiannya berbeda yaitu 2005-2007, masa dimana sector perbankan telah bangkit dari
keterpurukannya.
Universitas Sumatera Utara
2. Hubungan Long Term Debt to Assets Ratio Terhadap Pemberian Opini
Audit Wajar dengan Bahasa penjelas Going Concern Variabel long term debt to assets ratio berpengaruh positif terhadap
pemberian opini audit wajar dengan pernyataan going concern. Long term debt to assets ratio memiliki nilai koefisien positif sebesar 0,480 dengan
tingkat signifikasi sebesar 0,223 lebih besar dari 0,05, artinya dapat disimpulkan bahwa variabel long term debt to assets ratio berpengaruh positif
terhadap pemberian opini audit wajar dengan pernyataan going concern. Nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 tidak signifikan berarti bahwa variabel
long term debt to assets ratio belum dapat memberikan bukti konsisten tentang pengaruhnya terhadap pemberian opini audit wajar dengan
pernyataan going concern pada perushaan manufaktur di Indonesia. Tanda koefisien positif menunjukkan hubungan yang satu arah, yang
berarti bahwa semakin tinggi rasio long term debt to assets ratio suatu perusahaan manufaktur maka semakin besar pula kemungkinan auditor
memberikasn opini audit wajar dengan pernyataan going concern. Walaupun tanda koefisien tersebut positif, namun tidak menjamin auditee tersebut akan
menerima opini audit wajar dengan pernyataan going concern. Hal ini dapat terlihat juga pada tingkat signifikansinya. Hasil penelitian ini menunjukkan
nilai signifikansi diatas 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa walaupun long term debt to assets ratio memiliki koefisien positif tetapi nilainya tidak
signifikan terhadap pemberian opini audit dengan pernyataan going concern. Hasil ini dapat terlihat juga pada analisis deskriptif, yaitu long term debt to
assets ratio disuatu perusahaan ada yang memiliki nilai minimum 0,00
Universitas Sumatera Utara
sedangkan rata-rata long term debt to assets ratio nya masih dibawah satu. Jadi dapat dikatakan bahwa sebagian besar perusahaan memiliki nilai long
term debt to assets ratio dibawah satu. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Siagian 2009 yang menyatakan bahwa long term debt to assets ratio tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit wajar dengan pernyataan going
concern. Hal ini dapat disebabkan karena Siagian menggunakan sector perbankan sedangkan peneliti mengunakan perusahaan manufaktur.
3. Hubungan Kualitas Audit Terhadap Pemberian Opini Audit Wajar dengan
pernyataan Going Concern
Variabel kualitas audit yang diproyeksikan dengan besaran kantor akuntan publik menunjukkan nilai koefisien 0,312 dengan tingkat signifikansi sebesar
0,571 lebih besar dari 0.05 5 artinya dapat disimpulkan bahwa variabel ini memiliki pengaruh positif tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap
penerimaan opini audit wajar dengan pernyataan going concern. Tanda positif pada koefisien kualitas audit menunjukkan bahwa perusahaan cenderung
memperoleh opini going concern ketika menggunakan jasa KAP big four, sementara perusahaan yang menggunakan jasa KAP non big four cenderung
memperoleh opini nongoing concern. Pendapat Scott 2001 menjelaskan hal ini dimana manajer yang rasional tidak akan memilih auditor berkualitas tinggi dan
membayar fee yang tinggi apabila karakteristik perusahaan tidak bagus. Argumen ini didasari anggapan bahwa auditor berkualitas tinggi akan mampu
mendeteksi karakteristik perusahaan yang tidak bagus dan menyampaikannya kepada publik. Jadi dapat dikatakan perusahaan yang menggunakan jasa KAP
Universitas Sumatera Utara
big four adalah perusahaan yang cenderung memiliki kinerja dan karateristik yang baik, sehingga pendapat yang mereka terima adalah cenderung pendapat
wajar tanpa pengecualian, sementara perusahaan dengan kinerja dan karakteristik yang tidak baik cenderung menggunakan KAP non big four dengan harapan
bahwa KAP non big four tidak dapat mendeteksi kinerja dan karakteristik mereka yang tidak baik tersebut, sedangkan disisi lain auditor berusaha menjaga
reputasinya dengan selalu bekerja secara objektif. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan Mutchler 1997 yang menemukan bukti
univariate bahwa auditor berskala besar Big six lebih cenderung untuk mengeluarkan opini going concern pada perusahaan yang mengalami kesulitan
keuangan dibandingkan auditor berskala kecil non Big Six. Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyarno
2006 dan Tamba 2009. Walaupun menggunakan sector perusahaan yang sama, namun tahun penelitiannya berbeda dengan peneliti sebelumnya. Pada saat
itu persaingan dalam dunia manufaktur sangat ketat dimana produsen dalam negeri harus bersaing dengan produsen luar negeri yang mampu memproduksi
barang dengan harga yang murah.
4. Hubungan Pertumbuhan perusahaan Terhadap pemberian Opini Audit Wajar
dengan pernyataan Going Concern Variabel pertumbuhan perusahaan yang diproyeksikan dengan pertumbuhan
penjualan menunjukkan koefisien -0,088 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,788 lebih besar dari 0,05, artinya bahwa pertumbuhan perusahaan tidak
berpengaruh terhadap pemberian opini audit wajar dengan bahasa penjelas going concern.
Universitas Sumatera Utara
Tanda keofisien yang negatif menunjukkan hubungan yang berlawanan arah, yang berarti bahwa semakin tinggi rasio penjualan auditee semakin baik pula
auditee mempertahankan eksistensinya dalam dunia bisnis sehingga semakin kecil pula kemungkinan auditor memberikan opini audit wajar dengan
pernyataan going concern. Hasil tersebut membuktikan bahwa auditor tidak perlu mempertimbangkan peningkatan maupun penurunan penjualan dalam
memberikan opini audit wajar dengan pernyataan going concern. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Setyarno 2006 dan Sinaga
2009 yang memberikan bukti bahwa pertumbuhan perusahaan yang diproyeksikan dengan penjualan tidak menjadi pertimbangan dalam memberikan
opini audit wajar dengan pernyataan going concern. 5.
Hubungan Return On Assets Terhadap Pemberian Opini Audit Wajar dengan Pernyataan Going Concern
Variabel return on assets berpengaruh negatif terhadap pemberian opini audit wajar dengan pernyataan going concern. Return on assets memiliki nilai koefisien
negatif sebesar 7,443 dengan tingkat signifikasi sebesar 0,007 lebih kecil dari 0,05, artinya dapat disimpulkan bahwa variabel return on assets berpengaruh
negatif terhadap pemberian opini audit wajar dengan pernyataan going concern. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 signifikan berarti bahwa variabel return on
assets dapat memberikan bukti konsisten tentang pengaruhnya terhadap pemberian opini audit wajar dengan pernyataan going concern pada perusahaan manufaktur
di Indonesia. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Hani et.al. 6.
Perbedaan KAP yang Big Four dengan non Big Four terhadap pemberian opini audit wajar dengan pernyataan going concern.
Universitas Sumatera Utara
Asymptotic significance adalah 0,724 atau probabilitas diatas 0,05 yang artinya bahwa tidak ada perbedaan kualitas audit yang Big Four dengan non
Big Four terhadap pemberian opini audit wajar dengan pernyataan going concern.
tidak ada perbedaan kualitas audit dapat sebabkan karena pada dasarnya setiap kantor akuntan public baik yang besar maupun yang kecil harus
melakukan prosedur audit yang penting dalam mengumpulkan bukti auditnya. Walaupun dikatakan KAP kecil namun KAP tersebut tetap harus
mempertahankan kinerjanya agar reputasi KAP tersebut menjadi semakin lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN