Aliran Laminer Aliran Turbulen Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi Paksa

18 sehingga proses pendinginan berlangsung lebih cepat. Untuk menghitung laju peprindahan kalor konveksi paksa perlu diketahui terlebih dahulu nilai koefisien perpindahan kalor konveksi h yang dapat dihitung menggunakan bilangan Nusselt. Bilangan Nusselt dapat dicari dengan menggunakan Bilangan Reynold. Bilangan Nusselt yang hendak dipakai harus sesuai dengan aliran fluidanya, karena nilai bilangan Nusselt untuk setiap aliran fluida berbeda-beda laminer, transisi atau turbulen.

2.4.2.1 Aliran Laminer

Syarat aliran laminer pada plat atau bidang datar adalah Re x 5 x 10 5 dan bilangan Reynold dapat dicari dengan menggunakan Persamaan 2.6.   L U x   Re ............................................................................................2.6 Untuk persamaan Nusselt rata-rata dengan X = 0 sampai dengan X = L 3 1 2 1 Pr Re 644 , L f k hL Nu   .......................................................................2.7

2.4.2.2 Aliran Turbulen

Syarat aliran turbulen adalah 5 x 10 5 Re x 10 7 dan persamaan Nusselt dengan x = 0 sampai dengan x = L adalah: 3 1 5 4 Pr Re 037 , L f k hL Nu   .......................................................................2.8 19 Gambar 2.3 Aliran Laminer, Transisi dan Turbulen

2.4.2.3 Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi Paksa

Untuk berbagai macam bentuk geometri benda, koefisien perpindahan panas rata-rata dapat dihitung dengan Persamaan 2.9 3 1 Pr n f f v L U C k hL       ...............................................................................2.9 Pada Persamaan 2.6 hingga Persamaan 2.9 : Re = bilangan Reynold Nu = bilangan Nusselt Pr = bilangan Prandtl v f = viskositas kinematik fluida, m 2 detik L = panjang dinding, m U ∞ = kecepatan fluida, ms μ = viskositas dinamik, kgm s PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20 k f = konduktivitas termal fluida, Wm ̊ C h = koefisien perpindahan kalor konveksi fluida, Wm 2 ̊ C Besar bilangan C dan n dapat diperoleh melalui Tabel 2.3 yaitu untuk kasus benda dengan bentuk silinder berpenampang lingkaran. Tabel 2.3 Nilai Konstanta C dan n untuk bentuk silinder 2.9 Re df C n 0,4-4 0,989 0,33 4-40 0,911 0,385 40-4000 0,683 0,446 400-40000 0,193 0,618 40000-400000 0,0266 0,805 Sedangkan untuk mengetahui koefisen koefisien perpindahan kalor paksa pada bentuk yang bukan silinder, nilai konstanta diperoleh melalui Tabel 2.4 Tabel 2.4 Nilai Konstanta C dan n pada Benda dengan Bentuk Penampang Bukan Lingkaran J.P.Holman, 1995, hal 271 21

2.5 Perpindahan panas radiasi

Radiasi merupakan proses perpindahan panas tanpa melalui molekul perantara. Proses perpindahan panas ini terjadi melalui perambatan gelombang elektromagnetik. Semua benda memancarkan radiasi secara terus menerus tergantung pada suhu dan sifat permukaannya. Energi radiasi bergerak dengan kecepatan 3x10 8 ms. Radiasi ini biasanya dalam bentuk Gelombang Elektromagnetik GEM yang berasal dari matahari. Sinar Gelombang Elektromagnetik tersebut dibedakan berdasarkan panjang gelombang dan frekuensinya. Semakin besar panjang gelombang semakin kecil frekuensinya. Energi radiasinya tergantung dari besarnya frekuensi dalam arti semakin besar frekuensi semakin besar energi radiasinya. Sinar Gamma adalah gelombang elektromagnetik dan sinar radioaktif dengan energi radiasi terbesar. Dalam kasus ini, terdapat hal yang disebut radiasi benda hitam, yang memaparkan bahwa semakin hitam benda tersebut maka energi radiasi yang dikenainya juga makin besar. Oleh karena itu, warna hitam dikatakan sempurna menyerap panas, sedangkan warna putih mampu memantulkan panas atau cahaya dengan sempurna sehingga emisivitas bahan kemampuan menyerap panas untuk warna hitam e = 1 . Persamaan perpindahan panas secara radiasi dapat dilihat pada Persamaan 2.10   4 4 2 1 T T A q     ..............................................................................2.10 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI