Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia

Kabupaten Badung, tetap menggunakan istilah desa adat Wawancara tanggal 20 November 2014. Dalam penjabaran konsep pada penelitian ini penulis menjabarkan tentang bagaimana Desa Adat Kuta berperan sebagai suatu organisasi masyarakat, sebagai wadah bagi pemangku kepentingan untuk mewujudkan harapan-harapan kolektif dari masyarakat adat Kuta dan sebagai suatu sistem peran. Desa Adat Kuta merupakan salah satu desa adat yang ada di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Bali. Desa Adat Kuta ini memiliki keunikan karena selain menjalankan peranan dan fungsi sebagai mana desa adat pada umumnya yang berperan dalam mengorganisir pelaksanaan upacara adat dan keagamaan secara tradisi, Desa Adat Kuta juga melakukan beberapa peran lain diantaranya peningkatan terhadap kualitas sumber daya manusia, memberdayakan aset-aset desa sebagai sumber pendapatan utama desa sehingga desa adat menjadi berdikari secara ekonomi. Jadi berdasarkan konsep-konsep tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa konsep peran Desa Adat Kuta adalah aksi-aksi ataupun tindakan untuk merealisasikan harapan-harapan dan cara mendapatkan hak-hak tertentu sesuai dengan tupoksi atau fungsi dari sebuah kesatuan masyarakat adat di Kuta yang disebut Desa Adat Kuta .

2.2.2 Peningkatan Kualitas

Menurut Hornby 1995: 598, peningkatan adalah suatu tindakan atau proses dalam memperbaiki atau dierbaiki, dimana terjadi suatu proses penambahan atau perubahan nilai kearah yang lebih baik dari suatu objek yang dimaksud. Kualitas adalah standar yang dimiliki oleh suatu objek, yang mana ketika dibandingkan dengan objek yang memiliki sifat yang sama maka objek tersebut akan menunjukkan nilai lebih baik atau lebih buruk Hornby, 1995: 950. Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan kualitas merupakan suatu proses dalam menaikkan derajat, nilai atau standar dari suatu objek kearah yang lebih baik. Penambahan nilai tersebut dapat diindentifikasi dengan cara membandingkan objek tersebut dengan objek lain yang memiliki kesamaan sifat.

2.2.3 Sumber Daya Manusia

Menurut Istijanto 2005: 1, sumber daya Manusia SDM adalah aset organisasi yang hidup dan bernafas disamping aset-aset lain yang tidak bernafas seperti gedung, mesin, barang-barang, dan sebagainya. Keunikan dari aset SDM ini adalah mensyaratkan pengelolaan yang berbeda dengan aset lainnya, sebab aset ini memiliki pikiran, perasaan dan perilaku. Oleh karenanya perlu dirancang suatu mekanisme pengelolaan sumber daya manusia yang biasa disebut sebagai manajemen sumber daya manusia. Menurut Bhartos 2001: 1, manenjemen sumber daya manusia mencakup masalah-masalah yang berkaitan dengan pembinaan, penggunaan dan perlindungan sumber-sumber daya manusia. Selain itu, Sunarto 2004: 1 juga menyatakan manajemen sumber daya manusia dapat didefinisikan sebagai pendekatan strategik dan koheren untuk mengelola aset paling berharga milik organisasi masyarakat, orang-orang yang bekerja dalam organisasi baik secara individu maupun kolektif, memberikan sumbangan untuk mencapai sasaran organisasi. Untuk memahami pengertian Sumber Daya Manusia, Nawawi dalam Makmur, 2007: 58 menyatakan sebagai berikut. Pengertian SDM perlu dibedakan antara pengertiannya secara makro dan mikro. Pengertian SDM secara makro adalah semua manusia sebagai penduduk atau warga negara suatu negara atau dalam batas wilayah tertentu yang sudah memasuki usia angkatan kerja, baik yang sudah maupun yang belum memperoleh pekerjaan lapangan kerja. SDM dalam arti mikro secara sederhana adalah manusia atau orang yang bekerja atau menjadi anggota suatu organisasi yang disebut personil, pegawai, karyawan, pekerja, tenaga kerja dan lain-lain. Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat dikatakan bahwa sumber daya manusia SDM sebagaimana diuraikan diatas perlu dibedakan menurut konteks kedudukan dan wilayah keberadaan manusianya. Dengan pembedaan tersebut maka kita dapat lebih mudah mempelajari hal-hal yang terkait dengan sumber daya manusia ini. Apabila mengacu pada pembedaan yang dinyatakan Nawawi tersebut, maka yang dibahas pada penelitian ini adalah SDM Mikro yaitu manusia atau orang yang bekerja atau menjadi anggota suatu organisasi yang disebut personil, pegawai, karyawan, pekerja, tenaga kerja, dan lain-lain. Dalam perspektif penulis, sumber daya manusia yang dikelola oleh desa adat dalam hal ini tidak hanya orang-orang yang memasuki usia angkatan kerja, namun dalam realitasnya, penulis banyak menemukan bahwa anak-anak usia 15 tahun kebawahpun banyak terlibat dalam kegiatan-kegiatan adat meskipun porsi tugas dan tanggung jawabnya kecil. Pada perspektif SDM mikro, semua elemen masyarakat dipandang memiliki peluang untuk diberdayakan kemampuannya. Namun karena terdapat penggolongan- penggolongan dalam masyarakat menyangkut usia, pekerjaan, keterampilan, agama, wilayah dan lain-lain, maka untuk dapat mengelola sumber daya manusia dalam masyarakat yang demikian diperlukan manajemen SDM yang baik. Menurut Rachmawati 2008: 4, keberadaan sumber daya manusia juga mempunyai efek yang lebih besar dibandingkan dengan sumber daya yang lain bagi perkembangan dan kesuksesan organisasi dimasa mendatang. Sumber daya manusia menjadi faktor penting dan sentral dalam sebuah organisasi. Apapun bentuk dan tujuannya, organisasi dibuat dengan visi untuk kepentingan bersama dan dalam pelaksanaan misinya akan dikelola oleh manusia. Jadi manusia merupakan faktor strategis dalam semua kegiatan organisasi. Keunggulan kompetitif suatu organiasi sangat bergantung pada inovasi. Inovasi sendiri sangat dipengaruhi oleh faktor motivasi dan moral kerja setiap personil organisasinya. Sikap dan moral atau mental personil organisasi merupakan hasil dari pembentukan kebijakan dan praktik lingkungan manajemen.

2.3 Landasan Teori