Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Vital Paru

atau olahraga dapat meningkatkan kapasitas vital paru. Kebiasaan olahraga akan meningkatkan kapasitas paru 30-40 Guyton Hall, 2008.

2.2.9 Penurunan Sistem Pernapasan Pada Lansia

Perubahan paru baik secara anatomi dan fisiologi akan menurun akibat penambahan usia secara perlahan dan bertahap pada individu sehat setelah usia 25 tahun. Perubahan ini akan berakibat dalam perubahan struktur pernafasan termasuk paru-paru, dinding dada, otot pernafasan, serta pada pusat pernafasan sehingga akan terjadi perlambatan secara signifikan pada proses pertukaran gas pada lansia. Paru-paru yang normal memiliki kapasitas cadangan yang besar yang dapat memenuhi kebutuhan ventilasi bahkan selama latihan maksimal. Kapasitas cadangan ini mulai berkurang setelah usia 30 dan kemudian semakin cepat setelah usia 60 tahun Brooks et al, 2000. Penuaan menyebabkan mekanisme intrinsik dan ekstrinsik yang mempengaruhi sistem pernapasan. Mekanisme ekstrinsik berhubungan dengan dinding dada dan ventilasi mekanik sedangkan mekanisme intrinsik meliputi jaringan paru-paru dan sirkulasi paru. Perubahan dinding dada akibat penuaan seperti kalsifikasi pada bronchial dan cartilage costa, kekakuaan costovertebra, rigiditas dari dinding dada menyebabkan kemampuan dada untuk meningkatkan volume, memungkinkan pengembangan tekanan negatif intratoraks selama inspirasi menjadi berkurang Webster Kadah 1991. Kekuatan otot dan sendi sangat menentukan ukuran gerakan dalam pernafasan. Pada orang tua, otot-otot menjadi kurang efisien karena perubahan morfologi dan sendi menjadi kaku, sehingga otot pernafasan pada orang tua akan lebih rentan mengalami kelelahan daripada orang dewasa saat terjadi peningkatan kerja pernafasan meningkat misalnya saat melakukan latihan fisik. Atropi pada beberapa otot pernafasan terutama pada otot tipe I slow-twitch fibers seperti otot bahu yang menjadi otot bantu dalam pernafasan. Kyphosis sering meningkat karena aktivitas otot postural semakin menurun fungsinya atau patah tulang pada vertebral akibat osteoporosis sehingga potensi untuk pengembangan dada untuk meningkatkan volume dada bersama dengan elevasi rusuk berkurang. Meningkat kyphosis dan hilangnya lordosis lumbal yang terjadi pada orang tua menyebabkan penekanan pada diafragma. Hal ini menghambat pergerakan diafragma yang selanjutnya mengurangi efisiensi mekanik pernapasan Dyer Stockley 1999. Perubahan paru akibat penuaan juga dikontribusi oleh inhalasi polusi lingkungan yang memberikan efek pada paru membuatnya sulit untuk mengidentifikasi efek sebenarnya dari usia. Penuaan paru-paru harus dilihat dalam hubungannya dengan pekerjaan seseorang, diet dan di mana mereka tinggal selama periode kehidupan mereka. Patologi paru juga akan mengganggu ventilasi di setiap kelompok umur tetapi dengan penuaan kemungkinan beberapa perubahan paru secara patologis akan lebih meningkat. Perubahan fisiologis pada paru-paru dari orang tua termasuk menurunnya elastisitas jaringan paru yang mengurangi pengembangan paru saat bernafas, jadi meskipun volume paru total dianggap tidak perubahan, tetapi volume inspirasi berkurang karena elastisitas paru-paru menurun, kekakuan dinding dada dan kelemahan otot, dan ada peningkatan volume residu Dyer Stockley 1999. Ductus alveolus dan bronkiolus respirasi akan membesar sedangkan alveolus menjadi lebih dangkal dan lebih mendatar dengan hilangnya septal tissue yang membentuk dinding pemisah di antara alveolus akan menyebabkan luas permukaan dimana pertukaran gas akan berkurang pada alveolus dan meningkat pada ductus alveolus. Transportasi oksigen ke dalam darah menurun karena alveolus menjadi lebih datar dan dangkal sehingga akan terjadi ketidakseimbangan ventilasi-perfusi meningkat pada lanjut usia. Dinding arteri paru akan menebal karena fibrosis dan deposisi kolagen menyebabkan hilangnya elastisitas arteri. Surfactan yang merupakan cairan untuk menurunkan tegangan permukaan alveolus produksinya akan terganggu akibat penuaan, sehingga akan mempermudah alveolus menjadi kolaps. Hal ini menjelaskan bahwa ketidakseimbangan ventilasi-perfusi yang menyebabkan tekanan oksigen arteri berkurang dan saturasi akibat penuaan. Penuaan menyebabkan adanya pengurangan respon ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapnia. Perubahan lain yang terjadi akibat penuaan pada paru-paru termasuk penurunan kemampuan pembersihan mukosiliar yang dapat meningkatkan kerentanan orang tua terhadap infeksi Dyer Stockley 1999. Perubahan pada pusat pernafasan yaitu medulla oblongata dan pons menyebabkan perubahan intrinsik kontrol saraf seperti penurunan persepsi sensorik dari PCO 2 , pH, dan tekanan parsial oksigen PO 2 sehingga menimbulkan hilangnya sinkronisasi diantara input SSP. Perubahan faktor mekanis seperti kekakuan dinding dada mengurangi kompetensi neuromuscular dan respon terhadap masukan saraf seperti respon terhadap hiperkapnia peningkatan PCO 2 dan hipoksia penurunan PO 2 yang berkurang 50 pada beberapa orang usia lanjut dibandingkan dengan orang yang lebih muda Dyer Stockley 1999.

2.3 Deep Breathing Exercise

Deep breathing exercise merupakan latihan pernapasan dengan teknik bernapas secara perlahan dan dalam menggunakan otot diafragma, sehingga memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh Smeltzer, et al., 2008. Tujuan deep breathing exercise yaitu untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien serta mengurangi kerja pernapasan, meningkatkan inflasi alveolar maksimal, relaksasi otot dan menghilangkan ansietas, mencegah pola aktivitas otot pernapasan yang tidak berguna, melambatkan frekuensi pernapasan, mengurangi udara yang terperangkap serta mengurangi kerja bernapas Smeltzer, et al., 2008. Latihan pernapasan dengan teknik deep breathing membantu meningkatkan compliance paru untuk melatih kembali otot pernapasan berfungsi dengan baik serta mencegah distress pernapasan Ignatavicius, et al, 2006. Pemulihan kemampuan otot pernapasan akan meningkatkan compliance paru sehingga membantu ventilasi lebih adequat sehingga menunjang oksigenasi jaringan Westerdahl, et al., 2005. Latihan deep breathing dapat meningkatkan volume paru, meningkatkan dan redistribusi ventilasi, mempertahankan alveolus tetap mengembang, meningkatkan oksigenasi, membantu membersihkan sekresi, mobilisasi torak dan meningkatkan kekuatan dan daya tahan serta efisiensi dari otot-otot pernapasan Nurbasuki, 2008.

2.3.1 Mekanisme Fisiologi Deep Breathing Exercise

Selama metode inspirasi dengan deep breathing berlangsung, akan menyebabkan abdomen dan rongga dada terisi penuh mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan intratoraks di paru. Inspirasi dalam akan efektif untuk membuka pori-pori kecil antara sel epitel alveolus kohn dan menimbulkan ventilasi kolateral ke dalam alveolus di sebelahnya yang mengalami penyumbatan. Dengan demikian kolaps akibat absorpsi gas ke dalam alveolus yang tersumbat dapat dicegah. Dalam keadaan normal absorpsi gas ke dalam darah lebih mudah karena tekanan parsial total gas-gas darah sedikit lebih rendah daripada tekanan atmosfer akibat lebih banyaknya O 2 yang diabsorpsi ke dalam jaringan daripada CO 2 yang diekskresikan. Selama ekspirasi, pori-pori kecil antara sel epitel alveolus kohn menutup, akibatnya tekanan di dalam alveolus yang tersumbat meningkat sehingga membantu pengeluaran sumbatan mucus, bahkan dapat dihasilkan gaya ekspirasi yang lebih besar, yaitu sesudah bernafas dalam Smeltzer et al, 2008. Latihan deep breathing akan menyebabkan terjadinya peregangan alveolus. Peregangan alveolus ini akan merangsang pengeluaran surfaktan yang disekresikan oleh sel-sel alveolus tipe II yang mengakibatkan tegangan permukaan alveolus dapat diturunkan. Menurunkan tegangan permukaan

Dokumen yang terkait

PENGARUH DEEP BREATHING EXERCISE TERHADAP INSOMNIA PADA WANITA MENOPAUSE Pengaruh Deep Breathing Exercise Terhadap Insomnia Pada Wanita Menopause.

2 3 17

PENGARUH DEEP BREATHING EXERCISE TERHADAP INSOMNIA PADA WANITA MENOPAUSE Pengaruh Deep Breathing Exercise Terhadap Insomnia Pada Wanita Menopause.

0 7 17

PENGARUH DIAPHRAGMATIC BREATHING EXERCISE TERHADAP PENURUNAN INSOMNIA PADA LANSIA WANITA Pengaruh Diaphragmatic Breathing Exercise Terhadap Penurunan Insomnia Pada Lansia Wanita.

0 1 13

PENGARUH DIAPHRAGMATIC BREATHING EXERCISE TERHADAP PENURUNAN INSOMNIA PADA LANSIA WANITA Pengaruh Diaphragmatic Breathing Exercise Terhadap Penurunan Insomnia Pada Lansia Wanita.

0 2 10

EFEK AKUT DEEP BREATHING EXERCISE TERHADAP NILAI SATURASI OKSIGEN PADA Efek Akut Deep Breathing Exercise Terhadap Nilai Saturasi Oksigen Pada Lansia.

0 4 14

EFEK AKUT DEEP BREATHING EXERCISE TERHADAP NILAI SATURASI OKSIGEN PADA Efek Akut Deep Breathing Exercise Terhadap Nilai Saturasi Oksigen Pada Lansia.

0 3 13

PENGARUH DIAPHRAGMATIC BREATHING EXERCISE TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU PADA PASIEN ASMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS III DENPASAR UTARA.

6 42 43

PELATIHAN 12 BALANCE EXERCISE LEBIH MENINGKATKAN KESEIMBANGAN DINAMIS DARIPADA BALANCE STRATEGY EXERCISE PADA LANSIA DI BANJAR BUMI SHANTI, DESA DAUH PURI KELOD, KECAMATAN DENPASAR BARAT.

0 0 12

breathing exercise terhadap kapasitas paru

0 0 5

PENGARUH PENAMBAHAN BREATHING EXERCISE PADA SENAM HAMIL TERHADAP PENINGKATAN KAPASITAS VITAL PARU IBU HAMIL NASKAH PUBLIKASI - PENGARUH PENAMBAHAN BREATHING EXERCISE PADA SENAM HAMIL TERHADAP PENINGKATAN KAPASITAS VITAL PARU IBU HAMIL - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 14