50 melengkapi dan melindungi 4. Prinsip muasyarah bi al-ma’ruf Menurut Muhammad
Idris Ramulyo, asas perkawinan manurut hukum Islam, ada 3 tiga asas yang harus diperhatikan yaitu :
63
Perkawinan adalah persetujuan kekeluargaan, yang menghendaki adanya asas kebebasan kata sepakat antara calon suami isteri. Hal ini menunjukkan bahwa adanya
sifat tidak dipaksakan, bahwa persetujuan perkawinan harus lahir oleh karena adanya persamaan kehendak.
Ialah suatu asas dalam hukum perkawinan di mana jodoh atau pasangan suami isteri itu sebenarnya sejak dulu sudah ditentukan oleh Allah atas permintaan manusia yang
bersangkutan. Ialah suatu asas dalam suatu perkawinan di mana seseorang yang hendak menikah itu
harus menyeleksi lebih dahulu dengan siapa ia boleh menikah dan dengan siapa dia dilarangnya.
Ialah suatu asas dalam perkawinan, wajib hukumnya dicatatkan.
64
Sebagai suatu hubungan hukum, perkawinan telah menimbulkan berbagai akibat hukum berkaitan dengan hak dan kewajiban suami isteri, harta benda
dalam perkawinan, kedudukan anak, hak dan kewajiban antara orang tua dan anak serta perwalian.Hak, berarti sesuatu yang benar, kewenangan,
kekuasaan untuk melakukan sesuatu karena telah ditentukan oleh undang- Kekuatan mengikat dari persetujuan perkawinan adalah lebih
luas jika dibandingkan persetujuan umumnya sebab perkawinan harus diindahkan oleh setiap orang.Sifat perkawinan menurut 1.Asas absolut abstrak 2.Asas selektivitas
3. Asas legalitas E. Akibat Hukum Perkawinan
63
Rusli dan R. Tama, Perkawinan Antar Agama dan Masalahnya, Bandung : Santika Dharma,1984, hal. 40
64
Ibid,
Universitas Sumatera Utara
51 undang atau peraturanlain.
65
Hak ialah sesuatu yang merupakan milik atau dapat dimiliki oleh suamiisteri yang timbul karena perkawinan. Sedangkan
yang dimaksud dengan kewajiban ialah sesuatu yang harus dilakukan atau diadakan oleh suami atau isteri untuk memenuhi hak dari pihak lain.
66
1. Suami isteri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan
rumahtangga yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat; Hak
dan Kewajiban suami isteri dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun1974 diatur dalam Pasal 30 dan Pasal 34 ditentukan sebagai berikut :
2. Suami isteri wajib saling cinta menyintai, hormat menghormati,
setia dan memberi bantuan lahir bathin yang satu kepada yang lain;
3. Hak dan kedudukan isteri seimbang dengan hak dan kewajiban
suamidalam rumah tangga dan dalam pergaulan hidup bersama dalam masyarakat;
4.
Suami isteri sama-sama berhak melakukan perbuatan hukum
5. Suami adalah kepada rumah tangga dan isteri ibu rumah tangga.
Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya,
dan isteri wajib mengurus rumah tangga dengan sebaik-baiknya;
6. Suami isteri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap,
yangditentukan secara bersama.Perkawinan yang dilakukan oleh suami isteri secara sah akan membawa konsekuensi dan akibat di
bidang hukum. Akibat hukum tersebut adalah antara lain a.
Timbulnya hubungan antara suami isteri.
65
Sudarsono, Op.cit, hal.154.
66
Riduan Syaharani, Op. cit, hal.90, dikutip dari Sumarti, 1980, Hukum Perkawinan Dalam Islam, tanpa penerbit, Yogyakarta, hal. 96.
Universitas Sumatera Utara
52 Dalam hubungannya sebagai suami isteri dalam perkawinan yang sah, maka
mereka mempunyai hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan untuk menegakkan rumah tangganya.
b. Timbulnya harta benda dalam perkawinan.
Suami isteri yang terikat dalam perkawinan yang sah, akan mempunyai harta benda, baik yang diperoleh sebelum perkawinan maupun selama
perkawinan. Pengaturan terhadap harta kekayaan perkawinan tersebut selanjutnya diatur pada Pasal 35 sampai Pasal 37 Undang – Undang
Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974. c. Timbulnya hubungan antara orang tua dan anak
Akibat hukum terakhir dari perkawinan yang sah adalah adanya hubungan antara orang tua dan anak. Pengaturan selanjutnya terhadap hal ini diatur
dalam Pasal 45 sampai Pasal 49 Undang – Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974.Apabila perkawinan dilaksanakan hanya secara agama saja,
dan tidak dicatatkan pada instansi yang berwenang dalam hal ini KUA Kecamatan, maka suami dapat saja mengingkari perkawinan tersebut.
Untuk itu Pasal 2 ayat 1 dan 2Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sebagai syarat
sahnya suatu perkawinan. Selanjutnya akibat hukum dilangsungkan nya perkawinan tersebut adalah berkaitan dengan kedudukan anak. Pasal 42
Undang-Undang Nomor 1 Tahun1974 menyebutkan, anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau akibatperkawinan yang sah. Hal ini berarti,
anak yang dilahirkan diluar perkawinan yang sah bukanlah anak yang sah. Hal ini nantinya akan berakibat pada masalah pewarisan, sebab anak yang
Universitas Sumatera Utara
53 dilahirkan diluar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan
ibunya dan keluarga ibunya.
67
pejabat yang berwenang. Untuk mengetahuhi status hukum seorang anak, dapat dilihat dari asal usul
seorang anak yang dapat dibuktikan dengan akta otentik yang dikeluarkan oleh
68
Bila akta kelahiran anak tersebut tidak ada, maka pengadilan dapat mengeluarkan penetapan tentang asal usul seorang anak
setelah diadakan pemeriksaan yang teliti. Jika dalam suatu perkawinan diperoleh anak, maka hal ini menimbulkan hak dan kewajiban lain seorang
tua kepada anaknya. Kewajiban orangtua adalah memelihara dan mendidik anak-anak sebaik-baiknya, sampai anak itu kawin atau dapat berdiri
sendiri.
69
Orang tua juga berkuasa untuk mewakili anak yang belum dewasa itu dalam melakukan perbuatan hukum di dalam dan diluar
pengadilan.
70
Meskipun demikian, kekuasaan orang tua ada batasnya yaitu tidak boleh memindahkan hak atau menggadaikan barang-barang tetap
milik anaknya yangbelum berumur 18 tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan, kecualiapabila kepentingan anak itu
menghendakinya.
71
67
Pasal 43 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974.
68
Ibid, Pasal 55 ayat 1.
69
Ibid, Pasal 45
70
Ibid , Pasal 47
71
Ibid , Pasal 48
Anak berkewajiban menghormati dan menaati kehendak yang baik dari orang tuannya. Bilamana seorang anak telah
dewasa, ia wajib memelihara orangtuannya dengan sebaik-baiknya menurut kemampuannya. Bahkan anak juga wajib memelihara keluarga dalam garis
Universitas Sumatera Utara
54 lurus ke atas, bila mereka memerlukan bantuan.
72
Kekuasaan satu orang tua dapat dicabut dengan keputusan pengadilan atas permintaan orang tua yang
lain. Perwalian hanya ada jika seorang anak tidak berada dalam kekuasaan orang tuanya sama sekali.
73
72
Ibid, Pasal 46
73
Ibid , Pasal 50 ayat 1
Perwalian tidak hanya mengenai diri pribadi anak yang bersangkutan, tetapi juga mengenai harta bendanya. Wali dapat
ditunjuk oleh salah seorang dari kedua orang tua yang menjalankan kekuasaan orang tua sebelum ia meninggal, baik dengan surat wasiat,
maupun secara lisan dihadapan 2 dua orang saksi, yang sedap mungkin diambil dari keluarga anak tersebut atau orang lain yang sudah dewasa,
berpikiran sehat, adil, jujur, dan berkelakuan baik. Kekuasaan sebagai perwalian dapat dicabut dengan keputusan pengadilan. Jika hal ini terjadi,
pengadilan menunjuk orang lain sebagai penggantianya. Selain itu perwalian juga dapat berakhir bilamana anak yang berada dalam perwalian
tersebut telah dewasa berumur 18tahun
Universitas Sumatera Utara
55
BAB III PERKAWINAN ANTAR AGAMA MENURUT PERSPEKTIF UNDANG-
UNDANG NO 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM
A. Sejarah Hukum Perkawinan Di Indonesia Sejarah Hukum Perkawinan di Indonesia