5. Konsisten dan tidak berkonflik dengan traktat internasional
dan standarisasi ISO lainnya serta tidak bermaksud mengurangi otoritas pemerintah dalam menjalankan tanggung
jawab sosial oleh suatu organisasi.
2.2.2.5 Bentuk Penerapan Corporate Social Responsibility CSR
Bradshaw dalam Harahap 2007:360, mengemukakan terdapat tiga bentuk tanggung jawab sosial perusahaan, antara
lain: 1.
Corporate Philanthropy. Tanggung jawab perusahaan berada sebatas kedermawanan
atau kerelaan belum sampai pada tanggung jawabnya. Bentuk tanggung jawab ini bisa merupakan kegiatan amal,
sumbangan, atau kegiatan lain yang mungkin saja tidak langsung berhubungan dengan kegiatan perusahaan.
2. Corporate Responsibility.
Kegiatan pertanggungjawaban itu sudah merupakan bagian dari tanggung jawab perusahaan bisa karena ketentuan UU
atau bagian dari kemauan atau kesediaan perusahaan. 3. Corporate Policy.
Tanggung jawab sosial perusahaan itu sudah merupakan bagian dari kebijakannya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.2.6 Pengungkapan Corporate Social Responsibility CSR
Saat ini telah terdapat beberapa peraturan yang mengatur tentang CSR, yang bersifat mengikat supaya perusahaan tertentu
wajib melaksanakan tanggung jawab sosialnya. Hal tersebut diatur di dalam Undang-Undang Nomor 40 Pasal 74
tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang telah disahkan pada tanggal 20 Juli 2007. Undang-Undang Perseroan Terbatas tersebut
meliputi: a. Ayat 1
“Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan
tanggung jawab sosial dan lingkungan” b. Ayat 2
“Tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan kewajiban perseroan yang harus dianggarkan dan diperhitungkan sebagai
biaya perseroan yang pelaksanaanya dilakukan dengan memperhatikan kepatuhan dan kewajaran”
c. Ayat 3 “Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban dikenai sanksi
sesuai dengan ketentuan perundang- undangan”.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Sanksi pidana mengenai pelanggaran CSR pun terdapat di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup UUPLH Pasal 41 ayat 1 yang menyatakan: “Barangsiapa yang melawan hukum dengan
sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana
penjara paling lama sepuluh tahun dan denda paling banyak lima ratus juta rupiah”.
Selanjutnya, Pasal 42 ayat 1 menyatakan: “Barangsiapa yang karena kealpaannya melakukan perbuatan yang mengakibatkan
pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama tiga tahun dan denda paling
banyak seratus juta rupiah”.
2.2.2.7 Penerapan Corporate Social Responsibility CSR di Indonesia