ANALISIS PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Oleh:

ALDINA DEWI ENDARWATI

0913010172/FE/AK

Kepada

FAKULTAS EKONOMI


(2)

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Diajukan Oleh:

ALDINA DEWI ENDARWATI

0913010172/FE/AK

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”


(3)

Disusun Oleh :

Aldina Dewi Endarwati 0913010172/FE/AK

Telah dipertahankan di hadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada tanggal 22 Februari 2013

Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

Dra. Ec. Sari Andayani, M. Aks Drs. Ec. Saiful Anwar, M. Si

Sekertaris

Rina Mustika, SE, MM

Anggota

Dra. Ec. Sari Andayani, M. Aks

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasinal “Veteran” Jawa Timur


(4)

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi program studi Akuntansi dalam jenjang Strata satu Fakultas Ekonomi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan motivasi, saran, bimbingan serta dorongan moril baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini, perkenankanlah Penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. Dhani Ichsanuddin, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Dr. Hero Priono, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Dra. Ec. Sari Andayani, M.Aks selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada Penulis.

4. Dosen beserta staf Program Studi Akuntansi Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah membagikan ilmu pengetahuannya dan segala jasa-jasanya selama perkuliahan.


(5)

6. Keluarga besarku tersayang, terima kasih atas segala dukungan dan do’a yang dipanjatkan.

7. Sapta Pitulungan (Saddam, Hussein, Zayyin, Bustomi, Irma Q.F, Winda), terima kasih buat support, moments, pembelajaran hidup “Bertumbuh & Berbagi” yang telah kita ukir bersama selama ini.

8. Sahabat seperjuangan (Astrid, Astritika, Fitria, Zulfiah, Rizka, Febrianto), terima kasih kalian mau menyayangi, saling mengingatkan, selalu memberikan semangat dan saling membantu saat suka maupun duka. 9. Himpunan Mahasiswa Akuntansi (HMAK) “Kotak Onye” beserta seluruh

jajarannya, terima kasih sudah memberikan kesempatan untuk belajar dan menyalurkan kemampuan berorganisasi, punya dolor-dolor “Never Ending Story”.

10.Mas Ichank, terima kasih buat bantuan, saran serta ide tentang topik skripsi ini.

11.Mas Kharis, Mas Eko, Mbak Wury, Mbak Deby, Mbak Eva, terima kasih sudah memberikan masukan, arahan tentang proses penyusunan skripsi ini. 12.Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang juga


(6)

kekurangan. Untuk itu, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak, sehingga di masa mendatang Penulis bisa membuat yang lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Surabaya, Pebruari 2013


(7)

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

ABSTRACT xii

ABSTRAKSI xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 4

1.3 Tujuan Penelitian 4

1.4 Manfaat Penelitian 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu 6

2.1.1 Penelitian Rizky Dyah Pratiwi Tahun 2012 6 2.1.2 Penelitian Aldilla Noor Rakhiemah dan Dian Agustia

Tahun 2009 7

2.1.3 Penelitian Rimba Kusumadilaga Tahun 2010 9 2.1.4 Penelitian Isnaeni Ken Zuraedah Tahun 2010 11 2.1.5 Penelitian Yuztitya Asmaranti Tahun 2011 12


(8)

2.2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan 14 2.2.1.3 Karakteristik Laporan Keuangan 15

2.2.1.4 Jenis-Jenis Laporan Keuangan 17

2.2.2 Corporate Social Responsibility (CSR) 19 2.2.2.1 Pengertian Corporate Social Responsibility

(CSR) 19

2.2.2.2 Manfaat Corporate Social Responsibility

(CSR) 21

2.2.2.3 Konsep Triple Bottom Line 24

2.2.2.4 Prinsip-Prinsip Dasar Corporate

Social Responsibility (CSR) 26

2.2.2.5 Bentuk Penerapan Corporate Social

Responsibility (CSR) 28

2.2.2.6 Pengungkapan Corporate Social

Responsibility (CSR) 29

2.2.2.7 Penerapan Corporate Social

Responsibility (CSR) di Indonesia 30

2.3 Kinerja Keuangan 34


(9)

2.4.3 Keunggulan Rasio Keuangan 38

2.5 Rasio Profitabilitas 39

2.6 Hubungan Pengungkapan Corporate Social Responsibility

Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan 41

2.7 Kerangka Pikir 43

2.8 Hipotesis 45

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 46

3.1.1 Variabel Independen 46

3.1.2 Variabel Dependen 47

3.2 Teknik Penentuan Populasi dan Sampel 48

3.2.1 Populasi 48

3.2.2 Sampel 48

3.3 Teknik Pengumpulan Data 50

3.3.1 Jenis dan Sumber Data 50

3.3.2 Pengumpulan Data 51

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 51

3.4.1 Teknik Analisis 51


(10)

4.1 Deskriptif Objek Penelitian 54

4.1.1 Aktiva Perusahaan 54

4.1.2 Ekuitas Perusahaan 55

4.1.3 Laba Setelah Pajak Perusahaan 56

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian 57

4.2.1 Deskripsi Variabel CSR (X1) 57

4.2.2 Deskripsi Variabel ROA (Y1) 59

4.2.3 Deskripsi Variabel ROE (Y2) 60

4.3 Uji Kualitas Data 62

4.3.1 Uji Normalitas 62

4.4 Analisis Regresi Linear Sederhana 63

4.4.1 Model Persamaan Regresi Y1=α+βCSR+ε 63

4.4.2 Model Persamaan Regresi Y2=α+βCSR+ε 63

4.5 Pengujian Hipotesis 64

4.5.1 Hipotesis Ke-1 64

4.5.2 Hipotesis Ke-2 65

4.6 Pembahasan Hasil Penelitian 66


(11)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 75

5.2 Saran 76

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

ABSTRACT

The aims of this research was to investigate how the influence of corporate social responsibility towards the company’s financial performance. Corporate Social Responsibility is company’s activities in achieving a balance or integrations between the economic, social, and environment development without compromising the expectations of shareholder (obtain profit). In this research, company’s financial performance measured by Return on Assets (ROA) and Return on Equity (ROE).

The samples used in this research are automotive companies listing in 2008 until 2011 and published the annual report on the website www.idx.co.id. Data collected by purposive sampling method. There are 11 companies which fulfilling criterion as this research sample. The analysis method of this research is simple linear regression analysis.

This research result couldn’t prove that both research hypothesis were CSR disclosure have positive influence to ROA company and CSR disclosure have positive influence to ROE. It showed that CSR disclosure have no influence concerning value of ROA and CSR disclosure have no influence concerning value of ROE.

Keywords: csr disclosure, financial performance, return on assets, return on equity


(13)

Aldina Dewi Endarwati

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur ABSTRAKSI

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh

Corporate Social Responsibility terhadap kinerja keuangan perusahaan. Corporate Social Responsibility merupakan aktivitas perusahaan dalam mencapai

keseimbangan atau integrasi antara aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial tanpa mengesampingkan ekspektasi para pemegang saham (menghasilkan profit). Dalam penelitian ini, kinerja keuangan perusahaan diukur dengan menggunakan

Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE).

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2011 dan mempublikasikan laporan tahunannya melalui website www.idx.co.id. Data dikumpulkan dengan metode purposive sampling. Terdapat 11 perusahaan yang memenuhi kriteria sampel dalam penelitian ini. Metode analisis dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear sederhana.

Hasil penelitian ini tidak berhasil membuktikan kedua hipotesis penelitian yaitu pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap Return on Assets (ROA) dan pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap Return on Equity (ROE). Hal tersebut menunjukkan bahwa pengungkapan CSR tidak berpengaruh positif terhadap Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE).

Kata Kunci: pengungkapan corporate social responsibility, kinerja keuangan, return on assets, return on equity


(14)

1.1 Latar Belakang

Tanggung jawab sosial semakin menjadi perhatian bagi dunia bisnis. Hal ini berkaitan dengan adanya kesadaran suatu perusahaan atau institusi untuk tidak hanya menghasilkan laba setinggi-tingginya, tetapi juga bagaimana laba tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat. CSR merupakan tuntutan bagi perusahaan agar tidak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham (shareholders) saja, melainkan juga untuk kepentingan pihak stakeholders dalam suatu bisnis, meliputi: para pekerja, komunitas lokal, pemerintah, LSM, konsumen dan lingkungan. Konsep Corporate

Social Responsibility mengarah pada transparansi yang diungkapkan tidak

hanya informasi keuangan perusahaan saja, tetapi juga diharapkan mengungkapkan informasi mengenai dampak sosial serta lingkungan hidup yang diakibatkan oleh aktivitas perusahaan (Rakhiemah dan Agustia, 2009). Sebagai bagian dari tatanan sosial, perusahaan seharusnya melaporkan pengelolaan lingkungan perusahaannya dalam annual report. Hal ini dikarenakan terkait dengan tiga aspek persoalan kepentingan, yaitu keberlanjutan aspek ekonomi, lingkungan, dan kinerja sosial. Kegiatan yang dilakukan berupa Community Development yang kemudian dikembangkan untuk mencapai citra yang baik di mata para stakeholders perusahaan.


(15)

Dunia usaha tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya saja namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungan (triple buttom lines).

Pelaksanaan unsur tanggung jawab sosial di Indonesia belum menunjukkan hasil yang baik dan wajar dalam proses penilaian dampak sosial maupun dalam pelaporannya. Kajian mengenai corporate social responsibility semakin berkembang seiring terjadinya kasus yang terjadi,

dimana perusahaan tidak memberikan kontribusi positif secara langsung kepada masyarakat bahkan memberikan dampak negatif atas beroperasinya perusahaan, misalnya para produsen otomotif tidak berpikir bahwa produk-produk mereka terus membanjiri pasar namun sarana atau jalan raya tidak berbanding lurus dengan pertumbuhan produk-produk hebat mereka tersebut. Kemudian di sisi lain terkait lingkungan, mesin high-tech yang efisien bahan bakar dan menjadi andalan para produsen otomotif itu pada akhirnya justru malah menjadi alat hebat mutakhir untuk membakar lapisan ozon dan justru terbuang sia-sia (ekonomgila).

Hubungan CSR dengan kinerja telah diteliti sebelumnya oleh Goukasian dan Withnwy (2007), dalam Lindrawati (2008) yang menganalisis kinerja keuangan dan operasional perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial dan etis.


(16)

Hasil dari penelitian tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan yang mengeluarkan biaya untuk bertanggung jawab secara sosial dan etis tidak menyebabkan trade-offnya (pertukarannya) negatif dan tetap dapat menampilkan kinerja sebaik perusahaan lain yang tidak mengimplementasikan CSR. Selain itu, menurut Tsoutsoura (2004) dalam Lindrawati (2008) mengemukakan bahwa CSR berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Kinerja perusahaan dapat diukur menggunakan

Return on Equity (ROE) yang merupakan salah satu indikator penting bagi

investor untuk menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang dengan melihat pertumbuhan profitabilitas perusahaan (Tandelilin, 2001:240 dalam Lindrawati, 2008). Dengan ROE, investor atau pemilik dapat melihat tingkat pengembalian atas investasi yang diukur dengan membandingkan laba bersih terhadap ekuitas saham biasa (Weston dan Brigham, 1993:305 dalam Lindrawati, 2008).

Banyak literatur yang mengungkapkan bahwa aktivitas CSR yang tertuang dalam pengungkapan sosial perusahaan berpengaruh dan memiliki hubungan positif dengan kinerja perusahaan dalam berbagai perspektif yang berbeda. Namun, para peneliti terdahulu belum menunjukkan adanya hubungan yang tetap antara tanggung jawab sosial dan kinerja finansial perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mencoba menguji kembali mengenai “Analisis Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2008-2011.”


(17)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diukur melalui Return on Assets (ROA)?

2. Apakah Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diukur melalui Return on Equity (ROE)?

1.3 Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana analisis Corporate Social Responsibility terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diukur melalui Return on

Assets (ROA)

2. Untuk mengetahui bagaimana analisis Corporate Social Responsibility terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diukur melalui Return on


(18)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat memacu minat dan keinginan untuk memahami tentang Corporate Social Responsibility dan mengetahui manfaat dari pelaksanaan Corporate Social Responsibility.

2. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan dalam pembuatan kebijaksanaan perusahaan agar lebih meningkatkan tanggung jawab dan kepeduliannya pada lingkungan sosial dan sebagai informasi kepada pihak manajemen perusahaan tentang pentingnya pertanggungjawaban sosial perusahaan yang dipercaya dapat meningkatkan kinerja perusahaan.

3. Bagi Universitas

Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah kepustakaan sebagai bahan informasi dan pembanding bagi peneliti lain yang ingin membahas permasalahan ini.


(19)

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

2.1.1 Penelitian Rizky Dyah Pratiwi Tahun 2012

Pratiwi (2012) melakukan penelitian mengenai Pengaruh

Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Perusahaan Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2010. Dalam penelitian ini, untuk mengukur kinerja perusahaan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan, antara lain: Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE). Sedangkan, perhitungan CSR dalam penelitian ini mengacu pada 78 item pengungkapan. Indikator yang digunakan meliputi 13 item lingkungan, 7 item energi, 8 item kesehatan dan keselamatan kerja, 29 item lain-lain tenaga kerja, 10 item produk, 9 item keterlibatan masyarakat, dan 2 item umum. Pendekatan untuk menghitung CSRI pada dasarnya menggunakan pendekatan dikotomi yaitu setiap item CSR dalam instrumen penelitian diberi nilai 1 jika diungkapkan, dan nilai 0 jika tidak diungkapkan. Selanjutnya skor dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan. Kinerja finansial perusahaan dapat diukur melalui kinerja pasar dan kinerja fundamental. Dalam kinerja finansial yang diukur melalui kinerja pasar ini dapat dilihat dari return tahunan yang diperoleh perusahaan.


(20)

Untuk mendapatkkan indeks CSR, total skor untuk setiap perusahaan dibagi dengan jumlah item pengungkapan.

Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar berturut-turut di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2010, mempublikasikan laporan keuangan lengkap dan selalu laba selama tahun pengamatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap kinerja ROE. Selain itu, pengungkapan CSR juga berpengaruh positif terhadap kinerja ROA.

2.1.2 Penelitian Aldilla Noor Rakhiemah dan Dian Agustia Tahun 2009

Rakhiemah dan Agustia (2009) melakukan penelitian mengenai pengaruh kinerja lingkungan terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure dan kinerja finansial perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Untuk mengukur CSR Disclosure ini digunakan CSR index yang merupakan luas pengungkapan relatif setiap perusahaan sampel atas pengungkapan sosial yang dilakukannya. Informasi CSR dikelompokkan ke dalam 7 kategori yakni: lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat, dan umum serta terdapat 78 item pengungkapan. Tujuh puluh delapan item tersebut kemudian disesuaikan kembali dengan masing-masing sektor industri sehingga item pengungkapan yang diharapkan dari setiap sektor berbeda-beda.


(21)

Total item CSR berkisar antara 63 sampai 78, tergantung dari jenis industri perusahaan. Pendekatan untuk menghitung CSRI pada dasarnya menggunakan pendekatan dikotomi yaitu setiap item CSR dalam instrumen penelitian diberi nilai 1 jika diungkapkan, dan nilai 0 jika tidak diungkapkan. Selanjutnya, skor dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan. Kinerja finansial perusahaan diukur dengan menghitung return tahunan perusahaan untuk kemudian dibandingkan dengan return tahunan industri manufaktur. Return tahunan perusahaan diukur dengan membagi median harga saham perusahaan pada tahun tersebut setelah dikurangi dengan dividen dengan harga saham di awal tahun kemudian dikurangkan dengan median return industri manufaktur pada tahun tersebut. Kinerja lingkungan ini diukur dari prestasi perusahaan mengikuti program PROPER yang merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) yang mencakup pemeringkatan perusahaan dalam lima warna yang akan diberikan skor secara berturut-turut dengan nilai tertinggi 5 untuk warna emas dan terendah 1 untuk warna hitam.

Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar (go-public) di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2004 hingga 2006 yang telah mengikuti Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) sejak tahun 2004 yang berjumlah 23 perusahaan.


(22)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja lingkungan yakni usaha perusahaan dalam menciptakan lingkungan yang baik (green) yang diukur melalui program PROPER memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap CSR disclosure yang dilakukan oleh perusahaan, kinerja lingkungan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja finansial perusahaan, CSR disclosure tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja finansial perusahaan, CSR disclosure dapat berfungsi sebagai variabel intervening dalam pengaruh tidak langsung kinerja lingkungan terhadap kinerja finansial.

2.1.3 Penelitian Rimba Kusumadilaga Tahun 2010

Kusumadilaga (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh

corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan dengan

profitabilitas sebagai variabel moderating (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia). Salah satu alternatif yang digunakan dalam menilai nilai perusahaan adalah dengan

menggunakan Tobin’s Q. Rasio ini merupakan konsep yang berharga

karena menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari setiap dolar investasi inkremental. Jika rasio Q di atas satu, ini menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi, hal ini akan merangsang investasi baru. Jika rasio Q di bawah satu, investasi dalam aktiva tidaklah menarik.


(23)

Profitabilitas diukur menggunakan rasio keuangan, yaitu Return On

Assets (ROA) yang didapatkan dari laporan keuangan tahunan

perusahaan manufaktur, selama periode penelitian. ROA menunjukkan perbandingan net income dan total assets perusahaan. Penghitungan CSR dilakukan dengan menggunakan variabel dummy yaitu: skor 0, jika perusahaan tidak mengungkapkan item pada daftar pertanyaan, skor 1, jika perusahaan mengungkapkan item pada daftar pertanyaan. Untuk penelitian ini indikator yang digunakan hanyalah tiga kategori, yaitu indikator kinerja ekonomi, lingkungan dan sosial. Indikator kinerja sosial mencakup empat indikator yang terdiri dari: indikator kinerja tenaga kerja, hak asasi manusia, sosial/kemasyarakatan, dan produk.

Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI untuk tahun 2006 dan 2008, menyediakan laporan tahunan lengkap selama tahun 2006 dan 2008, dan memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa CSR berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, profitabilitas sebagai variabel moderating tidak dapat mempengaruhi hubungan CSR dan nilai perusahaan, terdapat perbedaan luas pengungkapan CSR periode sebelum dan sesudah berlakunya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.


(24)

2.1.4 Penelitian Isnaeni Ken Zuraedah Tahun 2010

Zuraedah (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan corporate

social responsibility sebagai variabel pemoderasi. Nilai perusahaan

dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar. Karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi kemakmuran pemegang saham. Nilai

perusahaan diukur melalui rasio Tobin’s Q, yaitu dengan cara

membandingkan rasio nilai pasar saham perusahaan dengan nilai buku ekuitas perusahaan. Alokasi biaya tanggung jawab sosial yaitu dengan menghitung seberapa besar persentase Alokasi Biaya Tanggung Jawab Sosial pada tahun t dengan laba bersih pada tahun t-1. Kinerja keuangan

dihitung menggunakan tingkat perputaran atas aktiva (ROA).

Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2008 dalam kelompok Badan Usaha Milik Negara non keuangan yang menerbitkan laporan tahunan (annual

report) secara berturut-turut, melakukan pengungkapan CSR dalam

laporan tahunan selama tahun 2007-2008, mengungkapkan alokasi besarnya biaya Tanggung Jawab Sosial dan tidak mengalami kerugian selama tahun 2007-2008.


(25)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel dependen (Return

On Assets, alokasi biaya Corporate Social Responsibility, interaksi antara Return On Assets dan alokasi biaya Corporate Social Responsibility)

secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen (nilai perusahaan). Masing-masing variabel independen (Return On Assets, alokasi biaya Corporate Social

Responsibilit, interaksi antara Return On Assets dan alokasi biaya Corporate Social Responsibility) berpengaruh signifikan terhadap

variabel independen (nilai perusahaan).

2.1.5 Penelitian Yuztitya Asmaranti Tahun 2011

Asmaranti (2011) melakukan penelitian mengenai pengaruh pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap kinerja pasar perusahaan. Kinerja pasar perusahaan atau Cumulative Abnormal Return

(CAR) dihitung dengan menggunakan market-adjusted model. Abnormal return dalam penelitian ini dihitung dengan cara mengurangi return

saham perusahaan dengan return pasar pada periode yang sama. Data indeks pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSDI) yang digunakan adalah total skor pengungkapan yang dilakukan dibagi dengan nilai maksimum. Nilai maksimum adalah skor tertinggi dikali dengan jumlah seluruh item pengungkapan. Skor 0, jika tidak ada informasi yang relevan; skor 1, jika ada sedikit informasi; skor 2, jika informasi yang diberikan lengkap.


(26)

Penelitian ini menggunakan 79 item pengungkapan berdasarkan indikator yang dikeluarkan oleh Global Reporting Initiative (GRI) yang terdiri dari 9 item indikator ekonomi, 30 item indikator lingkungan, 14 item indikator tenaga kerja, 9 item indikator hak asasi manusia, 8 item indikator sosial, dan 9 item indikator produk.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang menerbitkan laporan tahunan 2007.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSDI) tidak berpengaruh positif terhadap

Cumulative Abnormal Return (CAR).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Laporan Keuangan

2.2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan

Pengertian Laporan Keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009:1-2) yaitu “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.

Laporan yang lengkap biasanya meliputi: neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, seperti laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.


(27)

Di samping itu, juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan

pengaruh perubahan harga.”

Menurut Kasmir (2010:7), “Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada

saat ini atau dalam periode tertentu.”

2.2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan

Terdapat beberapa pendapat mengenai tujuan pelaporan keuangan, meliputi:

Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (2009:3):

“Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang

menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.”

Menurut Kasmir (2010:10), “Secara umum laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan, baik pada saat tertentu maupun pada periode tertentu. Laporan keuangan juga dapat disusun secara berkala. Jelasnya laporan keuangan mampu memberikan informasi keuangan kepada pihak dalam dan luar perusahaan yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan.”


(28)

Sedangkan menurut Baridwan (2000:17), “Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Di samping itu, laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar

perusahaan.”

2.2.1.3 Karakteristik Laporan Keuangan

Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (2009:5-8), terdapat empat karakteristik kualitatif pokok, antara lain:

1) Dapat dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahan untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomis dan bisnis.

2) Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi, hail evaluasi mereka masa lalu.


(29)

Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya. Informasi dipandang material kalau kelainan untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi yang diambil atas dasar keuangan.

3) Keandalan

Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan. Kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan atau secara wajar diharapkan dapat disajikan.

4) Dapat dibandingkan

Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.


(30)

2.2.1.4 Jenis-Jenis Laporan Keuangan

Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (2009:13), jenis-jenis laporan keuangan, terdiri atas:

1. Neraca

Adalah laporan keuangan secara langsung menggambarkan tentang posisi keuangan sebuah perusahaan dan dalam neraca terdiri dari tiga unsur laporan keuangan, yaitu aktiva, kewajiban, dan ekuitas.

2. Laporan Laba/Rugi

Adalah laporan yang berkaitan dengan pengukuran kinerja yang menggambarkan pendapatan dan beban perusahaan, selama periode waktu tertentu. Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos pendapatan, laba rugi usaha, beban pinjaman, beban pajak, laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan, pos luar biasa, hak minoritas, dan laba atau rugi bersih untuk periode berjalan.

3. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan yang menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan diungkapkan dalam laporan keuangan.


(31)

4. Laporan Arus Kas

Laporan yang berisi mengenai informasi tentang arus kas sebuah perusahaan, dimana berguna bagi para pengguna laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas serta setara kas dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. Laporan ini juga memberikan informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas yang diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.

5. Laporan Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan yang mengungkapkan :

a.Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting.

b. Informasi yang diwajibkan dalam PSAK tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas.

c.Informasi yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.


(32)

2.2.2 Corporate Social Responsibility (CSR)

2.2.2.1. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)

Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) telah dikemukakan oleh banyak pakar. Diantaranya adalah yang dikemukakan oleh Oliver van Heel (2004), dalam Rahmatullah & Trianita Kurniati (2011) yang mendefinisikan Corporate

Social Responsibility (CSR) sebagai suatu pendekatan bisnis

yang menciptakan nilai pemangku kepentingan dengan merangkum semua peluang dan mengelola semua risiko yang dihasilkan dari kegiatan pembangunan, ekonomi, lingkungan dan sosial.

Berdasarkan versi WBCSD atau World Business Council

for Sustainable Development (2002), dalam Rahmatullah &

Trianita Kurniati, 2011: mendefinisikan Corporate Social

Responsibility (CSR) sebagai suatu pendekatan bisnis yang

menciptakan nilai pemangku kepentingan dengan merangkum semua peluang dan mengelola semua risiko yang dihasilkan dari kegiatan pembangunan, ekonomi, lingkungan dan sosial.


(33)

Versi lain Corporate Social Responsibility (CSR) menurut Bank Dunia (World Bank):

"CSR is the commitment of business to contribute to sustainable economic development working with employees and their representatives, the local community and society at large to improve quality of life, in ways that are both good for business and good for development", yang berarti bahwa definisi CSR

adalah komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi perkembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan karyawan dan perwakilannya, komunitas lokal dan masyarakat yang luas untuk meningkatkan kualitas hidup, melalui jalan bisnis dan perkembangan yang baik.

Di Indonesia, Corporate Social Responsibility merupakan serangkaian kegiatan pameran, seminar, diskusi, social event yang berkaitan dengan berbagai upaya tanggung jawab sosial korporat kepada masyarakat dan lingkungan yang bertujuan sebagai ajang penyebarluasan informasi mengenai prestasi dan kinerja korporasi dalam program tanggung jawab sosial perusahaan dan pemberdayaan masyarakat.


(34)

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, elemen CSR dapat dirangkum sebagai aktivitas perusahaan dalam mencapai keseimbangan antara aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial tanpa mengesampingkan ekspektasi para pemegang saham dalam menghasilkan profit.

2.2.2.2 Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR)

Apapun alasan atau motif perusahaan melakukan CSR, yang pasti CSR penting dilakukan. CSR merupakan tabungan masa depan bagi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan. Keuntungan yang diperoleh bukan sekedar keuntungan ekonomi, tetapi juga keuntungan secara sosial dan lingkungan alam bagi keberlanjutan perusahaan.

Perusahaan-perusahaan yang belum melakukan program

CSR mungkin dapat mencontoh perusahaan lain yang telah lebih

dahulu melakukan program CSR dan dapat menikmati manfaat yang diperoleh. Misalnya, PT Unilever Indonesia telah melakukan program CSR melalui pendampingan petani kedelai. PT Unilever telah berhasil membina petani yang mengerjakan lebih dari 600 hektar kedelai hitam hingga mengkontribusikan sekitar 30 persen kebutuhan produksi Kecap Bango. Program semacam ini tentu saja bermanfaat bagi petani dan perusahaan.


(35)

Bagi petani misalnya program ini bermanfaat untuk meningkatkan kualitas produksi dan juga menjamin kelancaran distribusi, sedangkan bagi perusahaan dapat menjamin kelancaran pasokan bahan baku untuk produk-produk yang menggunakan bahan dasar kedelai.

Contoh lain perusahaan yang telah melakukan kegiatan

CSR adalah Sinar Mas Group melalui Eka Tjipta Fondation.

Organisasi ini merupakan organissi nirlaba yang didirikan untuk meningkatkan kualitas kehidupan, kesejahteraan dan kemandirian masyarakat dalam aspek sosial, ekonomi dan lingkungan hidup. Kegiatan yang dilakukan meliputi Bidang Sosial Kemasyarakatan dan Budaya (melalui kegiatan pendidikan, seni budaya, olah raga, kesejahteraan sosial, keagamaan dan kesehatan), bidang Pemberdayaan dan Pembinaan Ekonomi Masyarakat (melalui kegiatan sosial kemitraan usaha kecil menengah serta pertanian terpadu), dan Bidang Pelestarian Lingkungan Hidup (melalui kegiatan sosial pemberdayaan lingkungan hidup dan konservasi).


(36)

Kegiatan-kegiatan CSR yang dilakukan oleh Eka Tjipta Foundation telah memberikan manfaat bagi perusahaan Sinar Mas, yaitu sebagai berikut:

1. Meningkatkan citra perusahaan dimata stakeholder,Membina hubungan/interaksi yang positif dengan komunitas lokal, pemerintah, dan kelompok-kelompok lainnya

2. Mendorong peningkatan reputasi dalam pengoperasian perusahaan dengan etika yang baik Menunjukkan komitmen perusahaan, sehingga tercipta kepercayaan dan respek dari pihak terkait

3. Membangun pengertian bersama dan kesetiakawanan antara dunia usaha dengan masyarakat

4. Mempermudah akses masuk ke pasar atau pelanggan

5. Meningkatkan motivasi karyawan dalam bekerja, sehingga semangat loyalitas terhadap perusahaan akan berkembang 6. Mengurangi resiko perusahaan yang mungkin dapat terjadi 7. Meningkatkan keberlanjutan usaha secara konsisten

Manfaat-manfaat tersebut hendaknya juga dapat dirasakan oleh perusahaan lain yang telah melakukan program CSR. Melihat contoh di atas, dapat memberikan gambaran bahwa implementasi program CSR bukan hanya untuk mengejar keuntungan ekonomi tetapi juga dapat menghindari terjadinya konflik dan menjaga keberlanjutan usaha secara konsisten.


(37)

Apa yang telah dilakukan oleh PT Unilever dan Sinar Mas juga membuktikan bahwa sudah saatnya bagi setiap perusahaan maupun instansi untuk memperhatikan CSR karena banyak manfaat positif yang dapat diperoleh dalam pengaplikasiannya.

2.2.2.3 Konsep Triple Bottom Line

Gambar 2.1

Sumber : SWA. Edisi 26/XXI/19 Desember 2005 – 11 Januari 2006

Menurut konsep Triple Bottom Line, dapat dipaparkan sebagai berikut:

1. Profit (Untung)

Profit atau keuntungan merupakan bagian terpenting dan menjadi capaian utama dari setiap kegiatan usaha.

Tidak mengherankan bila fokus utama dari setiap kegiatan dalam perusahaan adalah menginginkan profit

sebesar-People (Sosial)


(38)

Inilah bentuk tanggung jawab sosial ekonomi yang paling esensial terhadap pemegang saham.

2. People (Masyarakat Pemangku Kepentingan)

Masyarakat merupakan stakeholder penting bagi perusahaan, karena dengan adanya dukungan mereka, terutama masyarakat sekitar, sangat dibutuhkan bagi keberadaan, kelangsungan hidup dan perkembangan suatu perusahaan. Maka dari itu, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan masyarakat, lingkungan, perusahaan perlu berkomitmen dan berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada mereka. Di samping itu, perlu disadari juga bahwa operasional perusahaan tentu akan berdampak kepada masyarakat.

Dengan begitu, perusahaan juga perlu untuk melakukan berbagai kegiatan yang melibatkan kepentingan masyarakat. Maksudnya, apabila perusahaan ingin eksis dan dipandang positif, perusahaan harus menyertakan pula tanggung jawab sosialnya.

3. Planet (Lingkungan)

Unsur ketiga yang harus diperhatikan juga yaitu planet atau lingkungan. Lingkungan adalah sesuatu yang berhubungan dengan seluruh bidang kehidupan kita.


(39)

Semua kegiatan yang kita lakukan tentu ada kaitannya dengan lingkungan. Lingkungan dapat menjadi teman atau musuh kita, tergantung bagaimana cara kita memperlakukannya.

2.2.2.4 Prinsip-Prinsip Dasar Corporate Social Responsibility (CSR)

Prinsip-prinsip dasar Corporate Social Responsibility yang menjadi acuan bagi pelaksanaan yang menjadi informasi dalam pembuatan keputusan dan kegiatan tanggung jawab sosial menurut ISO 26000 dalam Rahmatullah & Trianita Kurniati (2011) , meliputi:

1. Kepatuhan kepada hukum

2. Menghormati instrumen/badan-badan internasional 3. Menghormati stakeholders dan kepentingannya 4. Akuntabilitas

5. Transparansi

6. Perilaku yang beretika

7. Melakukan tindakan pencegahan

8. Menghormati dasar-dasar hak asasi manusia

Penerapan CSR di berbagai negara berbeda satu sama lain. Dengan adanya ketidakseragaman tersebut menimbulkan kecenderungan perbedaaan dalam proses pelaksanaan CSR terhadap masyarakat di lingkungan perusahaan.


(40)

Maka, diperlukan suatu pedoman umum dalam penerapan CSR di mancanegara. Pedoman yang dibutuhkan yaitu ISO 26000 sebagai panduan (guideline) dalam pembuatan pedoman CSR yang berlaku umum.

ISO 26000 mencakup beberapa aspek, sebagai berikut:

1. ISO 26000 menyediakan panduan mengenai tanggung jawab sosial kepada semua bentuk organisasi tanpa memperhatikan ukuran dan lokasi untuk :

a. Mengindentifikasi prinsip dan isu

b. Menyatukan, melaksanakan dan memajukan praktek tanggung jawab sosial

c. Mengindetifikasi dan pendekatan/pelibatan dengan para pemangku kepentingan

d. Mengkomunikasikan komitmen dan performa serta kontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan.

2. ISO 26000 mendorong organisasi untuk melaksanakan aktivitas lebih dari sekedar apa yang diwajibkan.

3. ISO 26000 menyempurnakan/melengkapi instrumen dan inisiatif lain yang berhubungan dengan tanggung jawab sosial.

4. Mempromosikan terminologi umum dalam lingkungan tanggung jawab sosial dan semakin memperluas pengetahuan mengenai tanggung jawab sosial.


(41)

5. Konsisten dan tidak berkonflik dengan traktat internasional dan standarisasi ISO lainnya serta tidak bermaksud mengurangi otoritas pemerintah dalam menjalankan tanggung jawab sosial oleh suatu organisasi.

2.2.2.5 Bentuk Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR)

Bradshaw dalam (Harahap 2007:360), mengemukakan terdapat tiga bentuk tanggung jawab sosial perusahaan, antara lain:

1. Corporate Philanthropy.

Tanggung jawab perusahaan berada sebatas kedermawanan atau kerelaan belum sampai pada tanggung jawabnya. Bentuk tanggung jawab ini bisa merupakan kegiatan amal, sumbangan, atau kegiatan lain yang mungkin saja tidak langsung berhubungan dengan kegiatan perusahaan.

2. Corporate Responsibility.

Kegiatan pertanggungjawaban itu sudah merupakan bagian dari tanggung jawab perusahaan bisa karena ketentuan UU atau bagian dari kemauan atau kesediaan perusahaan.

3. Corporate Policy.

Tanggung jawab sosial perusahaan itu sudah merupakan bagian dari kebijakannya.


(42)

2.2.2.6 Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)

Saat ini telah terdapat beberapa peraturan yang mengatur tentang CSR, yang bersifat mengikat supaya perusahaan tertentu wajib melaksanakan tanggung jawab sosialnya.

Hal tersebut diatur di dalam Undang-Undang Nomor 40 Pasal 74 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang telah disahkan pada tanggal 20 Juli 2007. Undang-Undang Perseroan Terbatas tersebut meliputi:

a. Ayat 1

“Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan”

b. Ayat 2

“Tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan kewajiban perseroan yang harus dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaanya dilakukan dengan memperhatikan kepatuhan dan kewajaran”

c. Ayat 3

“Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan”.


(43)

Sanksi pidana mengenai pelanggaran CSR pun terdapat di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH) Pasal 41 ayat (1) yang

menyatakan: “Barangsiapa yang melawan hukum dengan

sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan denda paling banyak lima

ratus juta rupiah”.

Selanjutnya, Pasal 42 ayat (1) menyatakan: “Barangsiapa yang

karena kealpaannya melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama tiga tahun dan denda paling

banyak seratus juta rupiah”.

2.2.2.7 Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia Konsep mengenai CSR mulai hangat dibicarakan di Indonesia sejak tahun 2001 dimana banyak perusahaan maupun instansi-instansi sudah mulai melirik CSR sebagai suatu konsep pemberdayaan masyarakat.

Sampai saat ini, perkembangan tentang konsep dan implementasi CSR pun semakin meningkat, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Hal ini terbukti dari banyaknya perusahaan yang berlomba-lomba untuk melakukan CSR.


(44)

Pelaksanaannya pun semakin bermacam-macam, mulai dari bentuk program yang dilaksanakan maupun dari sisi dana yang digulirkan untuk program tersebut.

Contoh kegiatan untuk program CSR yang dilakukan oleh perusahaan, antara lain pemberian beasiswa, bantuan langsung bagi korban bencana, pemberian modal usaha, sampai pada pembangunan infrastruktur seperti pembangunan sarana olah raga, sarana ibadah maupun sarana umum lainnya yang dapat dimafaatkan oleh masyarakat.

Di Indonesia, istilah CSR semakin populer digunakan sejak tahun 1990-an. Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama melakukan Corporate Social Activity (CSA) atau “aktivitas sosial perusahaan”. Walaupun tidak menamakannya sebagai CSR, nyatanya aksi tersebut memang mendekati konsep CSR yang merepresentasikan bentuk peran serta dan kepedulian perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan.

Melalui konsep investasi sosial perusahaan, sejak tahun 2003 Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang aktif dalam mengembangkan konsep CSR dan melakukan advokasi kepada berbagai perusahaan nasional.

Pada awal perkembangannya, bentuk CSR yang paling umum adalah pemberian bantuan terhadap organisasi-organisasi lokal dan masyarakat miskin di sekitar perusahaan.


(45)

Pendekatan CSR yang berdasarkan kemanusiaan ini pada umumnya dilakukan hanya sekedar do good dan to look good, berbuat baik agar terlihat baik. Perusahaan yang melakukannya

termasuk dalam kategori ”perusahaan impresif”, yang lebih mementingkan ”tebar pesona” (promosi) daripada ”tebar karya” (pemberdayaan) (Suharto, 2008a). Perusahaan-perusahaan seperti PT Unilever, Freeport, Rio Tinto, Inco, Riau Pulp, Kaltim Prima Coal, Pertamina serta perusahaan BUMN lainnya telah cukup lama terlibat dalam menjalankan CSR.

Pendekatan community development kemudian semakin banyak diterapkan karena lebih mendekati konsep empowerment dan sustainable development. Kegiatan CSR yang dilakukan saat ini juga sudah mulai beragam, disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat berdasarkan need assesment.

Mulai dari pembangunan fasilitas pendidikan dan kesehatan, pemberian pinjaman modal bagi UKM, pemberian beasiswa, penyuluhan HIV/AIDS. CSR pada tataran ini tidak sekedar do good dan to look good, melainkan juga to make good, menciptakan kebaikan atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Model pelaksanaan CSR juga bemacam-macam. Setidaknya terdapat empat model pelaksanaan CSR yang umum digunakan di


(46)

Keempat model tersebut antara lain: 1. Terlibat langsung.

Dalam melaksanakan program CSR, perusahaan melakukannya sendiri tanpa melalui perantara atau pihak lain. Pada model ini perusahaan memiliki satu bagian tersendiri atau bisa juga digabung dengan yang lain, yang sama-sama bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan sosial perusahaan termasuk

CSR.

2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan.

Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau grupnya. Pada model ini biasanya perusahaan sudah menyediakan dana khusus untuk digunakan secara teratur dalam kegiatan yayasan.

Contoh yayasan yang didirikan oleh perusahaan sebagai perantara dalam melakukan CSR antara lain: Danamon Peduli, Sampoerna Foundation, kemudian PT. Astra International yang mendirikan Politeknik Manufaktur Astra dan Unilever Peduli Foundation (UPF).

3. Bermitra dengan pihak lain.

Dalam menjalankan CSR perusahaan menjalin kerja sama dengan pihak lain seperti lembaga sosial non pemerintah, lembaga pemerintah, media massa dan organisasi lainnya.


(47)

Seperti Bank Rakyat Indonesia yang memiliki program CSR yang terintegrasi dengan strategi perusahaan dan bekerja sama dengan pemerintah mengeluarkan produk pemberian kredit untuk rakyat atau yang dikenal dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Contoh lain adalah kerjasama perusahan dengan lembaga-lembaga sosial seperti Dompet Dhuafa, Palang Merah Indonesia dan lain sebagainya.

4. Mendukung atau bergabung dengan suatu konsorsium.

Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu.

2.3 Kinerja Keuangan

2.3.1 Pengertian Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan perusahaan merupakan suatu ukuran tertentu yang digunakan oleh entitas untuk mengukur keberhasilan dalam menghasilkan laba. Atau dapat dikatakan sebagai sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Kinerja keuangan perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam periode tertentu.


(48)

Menurut Tampubolon (2005:35), kinerja keuangan digunakan untuk menganalisis keuangan korporasi, analisis keuangan menghasilkan informasi tentang penilaian dan keadaan keuangan korporasi, baik yang telah lampau atau saat sekarang, serta ekspektasinya di masa depan.

Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi setiap kelemahan dari keadaan keuangan yang dapat menimbulkan masalah di masa yang akan datang serta menentukan setiap keuangan yang dapat menimbulkan masalah di masa yang akan datang serta menentukan tingkat kredibilitas atau potensi untuk investasi.

Dalam penelitian ini kinerja keuangan diukur menggunakan

Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). ROA

merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki perusahaan.

Kinerja perusahaan dinilai baik apabila nilai ROA meningkat, yang berarti perusahaan semakin efisien dalam memanfaatkan aktiva yang dimiliki untuk memperoleh laba. Sehingga kinerja keuangan perusahaan semakin baik. Sedangkan,

ROE merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghitung laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.


(49)

2.4 Analisis Rasio Keuangan

2.4.1 Pengertian Rasio Keuangan

Jumingan (2006:118) berpendapat, rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur lainnya dalam laporan keuangan.

Harahap (2009:297) juga berpendapat rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan relevan dan signifikan (berarti).

2.4.2 Bentuk-Bentuk Rasio Keuangan

Berikut ini macam-macam rasio keuangan menurut Kasmir (2010:110-115), antara lain:

1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek (Fred Weston). Rasio likuiditas juga sering disebut rasio modal kerja yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan dengan cara membandingkan seluruh komponen yang ada di aktiva lancar dengan komponen passiva lancar (utang jangka pendek).


(50)

2. Rasio Leverage

Dalam mendanai usahanya, perusahaan memiliki beberapa sumber dana. Sumber-sumber dana yang dapat diperoleh adalah pinjaman atau modal sendiri. Keputusan untuk memilih menggunakan modal sendiri atau modal pinjaman haruslah digunakan beberapa perhitungan yang matang. Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.

3. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan atau rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dari hasil pengukuran dengan rasio ini dapat terlihat apakah perusahaan lebih efisien atau sebaliknya dalam mengelola aset yang dimilikinya.

4. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari penjualan atau pendapatan investasi.


(51)

Dikatakan perusahaan profitabilitasnya baik apabila mampu memenuhi target laba yang telah ditetapkan dengan menggunakan aktiva atau modal yang dimilikinya.

5. Rasio Pertumbuhan

Rasio pertumbuhan merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya.

6. Rasio Penilaian

Rasio penilaian yaitu rasio yang memberikan ukuran kemampuan manajemen menciptakan nilai pasar usahanya di atas biaya investasi.

2.4.3 Keunggulan Rasio Keuangan

Analisis rasio ini memiliki keunggulan dibandingkan teknik analisis lainnya. Keunggulan tersebut menurut Harahap (2009:298) adalah:

1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.


(52)

5. Menstandarisasi size perusahaan.

6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau “time series”.

7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.

2.5 Rasio Profitabilitas

Menurut Harahap (2009:304), rasio profitabilitas ini menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada dalam perusahaan. Rasio profitabilitas digunakan untuk mengevaluasi keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Pemilik, kreditor, dan manajemen menaruh perhatian lebih banyak pada pencapaian keuntungan karena berhubungan dengan

earnings yang akan mereka peroleh di pasar.

Kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba tergantung pada efisiensi dan efektvitas pelaksanaan operasi serta sumber daya yang tersedia untuk melakukannya. Karena itu, analisis rasio profitabilitas secara umum memfokuskan pada hubungan antara hasil operasi, seperti yang dilaporkan dalam laporan laba rugi, dan sumber daya yang tersedia, seerti yang dilaporkan dalam neraca.


(53)

Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas menurut Kasmir (2010:200-204), antara lain:

1. Net Profit Margin

Angka ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio, semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.

2. Return on Investment

Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan.

3. Return on Equity

Rasio ini merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri.


(54)

2.6 Hubungan Pengungkapan Corporate Social Responsibilty Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan

Menurut Waddock & Graves (1997), dan Dean (1999), dalam

Yustiana (2011), good management theory kinerja tanggung jawab sosial perusahaan yang baik dari suatu perusahaan akan menimbulkan reputasi yang bagus dan akan lebih mudah mendapatkan posisi kinerja keuangan yang baik di masyarakat.

Dari perspektif ekonomi, menurut Verecchia (1983), dalam Rakhiemah & Agustia (2009), perusahaan akan mengungkapkan suatu informasi jika informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan. Menurut Kiroyan (2006), dalam Rakhiemah & Agustia (2009), dengan menerapkan CSR diharapkan perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan memaksimalkan kekuatan keuangannya dalam jangka panjang. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang menerapkan CSR mengharapkan akan direspon positif oleh para pelaku pasar. Diharapkan bahwa investor mempertimbangkan informasi CSR yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan, sehingga dalam pengambilan keputusan investor tidak semata-mata mendasarkan pada informasi laba saja. Laporan tahunan adalah salah satu media yang digunakan oleh perusahaan untuk berkomunikasi langsung dengan para investor. Pengungkapan informasi CSR diharapkan memberikan informasi tambahan kepada para investor selain dari yang sudah tercakup dalam laba akuntansi.


(55)

Hasil penelitian Dahlia dan Siregar (2008), dalam Kusumadilaga (2010) juga mengindikasikan bahwa perilaku etis perusahaan berupa tanggung jawab sosial terhadap lingkungan sekitarnya memberikan dampak positif, yang dalam jangka panjang akan tercermin pada keuntungan perusahaan (profit) dan peningkatan kinerja keuangan.

Menurut Wardhani (2007), dalam Kurnianto (2011), Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap ROE dan ROA perusahaan. Hal ini

menunjukkan bahwa perusahaan yang melaksanakan CSR akan mendapat banyak keuntungan seperti kesetiaan pelanggan dan kepercayaan dari kreditor dan investor. Hal ini akan memicu keuangan perusahaan menjadi lebih baik sehingga laba perusahaan meningkat dan akan diikuti oleh kenaikan ROE dan ROA perusahaan di tahun berikutnya.

Penelitian ini difokuskan untuk menguji pengaruh tingkat pengungkapan CSR terhadap kinerja perusahaan dengan landasan berpikir bahwa semakin tinggi pengungkapan CSR perusahaan maka semakin baik kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan dan mengelola sumber daya, memperoleh karyawan yang berkompeten, memasarkan produk, dan menciptakan kesempatan yang belum terduga, yang pada akhirnya akan menjadi sumber keunggulan dalam bersaing. Kinerja keuangan yang baik akan dihasilkan oleh perusahaan yang menghindari claim dari primary


(56)

Hubungan yang baik dengan karyawan, suppliers, dan customers sangat penting bagi keberlangsungan perusahaan. Aktivitas yang mendukung komunitas dapat memperbaiki reputasi perusahaan dan berdampak positif terhadap penjualan dan pada akhirnya berpengaruh terhadap ROA dan ROE.

Maka dapat disimpulkan, bahwa perusahaan yang melakukan pengungkapan

Corporate Social Responsibility akan cenderung mempunyai kinerja keuangan yang

lebih baik, dalam hal memperoleh labanya bila dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan pengungkapan Corporate Social Responsibility sehingga hal tersebut dapat membangun citra yang positif bagi perkembangan serta kelangsungan hidup perusahaan dan diharapkan dapat direspon positif oleh para investor.

2.7 Kerangka Pikir

Perusahaan yang menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR) cenderung mempunyai kemampuan memperoleh laba yang lebih baik bila dibandingkan dengan perusahaan yang tidak menerapkan CSR. Hal tersebut menunjukkan bahwa bentuk kepedulian perusahaan terhadap masyarakat dapat membangun citra yang positif demi perkembangan serta kelangsungan hidup perusahaan di masa mendatang. Sehingga perusahaan atau pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan dapat berkomitmen untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara baik. Dengan adanya kerja sama dari seluruh komponen perusahan dan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan, dapat membuat operasional perusahaan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.


(57)

Perusahaan yang menerapkan CSR mampu mewujudkan tindakan-tindakan yang sesuai dengan kondisi sosial atau komunitas sekitarnya.

Pada dasarnya program CSR yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan melibatkan partisipasi semua komponen masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan kontribusi terhadap kelangsungan hidup perusahaan.

Dalam hal ini, semua jalannya kegiatan operasional perusahaan dalam rangka mewujudkan peningkatan laba dapat tercapai, demi untuk mempertahankan kelangsungan perusahaan.

Dari kerangka berpikir tersebut, dapat ditunjukkan suatu paradigma penelitian berikut ini:

Gambar 2.2

Kerangka Pikir

Kinerja Keuangan

Corporate Social Responsibility (CSR)

X

Uji Regresi Sederhana

Return on Assets (ROA)

Y1

Return on Equity (ROE)


(58)

2.7 Hipotesis

H0: tidak ada pengaruh positif antara pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap kinerja keuangan perusahaan, yang diukur

melalui Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE). H1: ada pengaruh positif antara pengungkapan Corporate Social

Responsibility terhadap kinerja keuangan perusahaan, yang diukur

melalui Return on Assets (ROA).

H2: ada pengaruh positif antara pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap kinerja keuangan perusahaan, yang diukur

melalui Return on Equity (ROE).


(59)

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Menurut Nazir (2005:126), definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut.

Variabel penelitian dikelompokkan menjadi 2, yaitu variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent). Variabel bebas adalah suatu variabel yang fungsinya menerangkan (mempengaruhi) terhadap variabel lainnya. Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dikenai pengaruh atau diterangkan oleh variabel lain (Ghozali, 2009). Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengungkapan Corporate Social Responsibility (X), sedangkan variabel dependennya adalah kinerja keuangan perusahaan, dengan indikator ROA (Y1) dan ROE (Y2).

3.1.1. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengungkapan Corporate Social Responsibility (X). Pengungkapan informasi sosial dikelompokkan menjadi enam kelompok sesuai dengan kategori informasi sosial menurut GRI (2000-2006), meliputi: lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain tentang tenaga kerja, produk,


(60)

Pada setiap kategori terdiri atas beberapa item sehingga totalnya menjadi 79 item. Masing-masing item pada setiap kategori pengungkapan diberi skor 1 sehingga jika perusahaan mengungkapkan 1 item saja, maka skor yang diperoleh adalah 1, dengan menggunakan skala numerik. Jadi, jumlah skor maksimal jika perusahaan mengungkapkan semua item ketegori pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah 79. Skala data yang digunakan adalah rasio, dengan satuan persen (%).

n(CSR) = Jumlah total pengungkapan

x 100% Skor maksimal

Keterangan:

n(CSR) = Skor pengungkapan Corporate Social Responsibility

3.1.2 Variabel Dependen

Kinerja keuangan perusahaan dalam penelitian ini dihitung melalui rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. (Y1) : Return on Assets, merupakan perbandingan antara laba

bersih setelah pajak dan bunga dengan total aktiva perusahaan. Skala data yang digunakan adalah skala rasio dengan satuan persen (%).

ROA dihitung menggunakan rumus:

Earning After Interest and Tax

x 100% Total Assets


(61)

b. (Y2) : Return on Equity, merupakan perbandingan antara laba

bersih setelah pajak dan bunga dengan total modal sendiri perusahaan. Skala data yang digunakan adalah skala rasio dengan satuan persen (%).

ROE dihitung menggunakan rumus:

Earning After Interest and Tax

x 100% Equity

(Kasmir:2010:204)

3.2 Teknik Penentuan Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua data

annual report perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia hingga tahun 2011. Jumlah populasi yaitu 19 perusahaan x 4 tahun, sehingga populasi sebanyak 76 data annual report perusahaan otomotif.

3.2.2 Sampel

Subjek yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah semua perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2011. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan.


(62)

Adapun kriteria-kriteria sampel yang digunakan, meliputi: 1. Perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI hingga tahun 2011. 2. Perusahaan tersebut menerbitkan annual report.

3. Melakukan pengungkapan CSR.

4. Perusahaan tersebut selalu laba berturut-turut selama periode tahun 2008-2011 dan disajikan dalam satuan rupiah.

Berdasarkan kriteria tersebut terdapat 11 perusahaan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini. Perusahaan-perusahaan tersebut, antara lain:

1. PT. ASTRA INTERNATIONAL, Tbk 2. PT. ASTRA OTOPARTS, Tbk 3. PT. INDOKORDSA, Tbk

4. PT. INDOMOBIL SUKSES INTERNASIONAL, Tbk

5. PT. INDOSPRING, Tbk 6. PT. INTRACO PENTA, Tbk

7. PT. MULTISTRADA ARAH SARANA, Tbk

8. PT. NIPRESS, Tbk

9. PT. SELAMAT SEMPURNA, Tbk

10. PT. TUNAS RIDEAN, Tbk 11. PT. UNITED TRACTORS, Tbk

Jumlah sampel dalam penelitian ini menjadi 11 perusahaan x 4 tahun, sehingga sampel menjadi sebanyak 44 data annual report perusahaan otomotif.


(63)

3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data kuantitatif yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia.

Sedangkan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa

annual report perusahaan otomotif periode tahun 2008-2011. 3.3.2 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi, yaitu dengan cara meng-copy, mencatat, mempelajari, dan menganalisis annual report, dari perusahaan yang dijadikan sampel dan tersedia di Bursa Efek Indonesia.

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1 Teknik Analisis

Analisis Regresi

Analisis regresi adalah metode statistika yang menjelaskan pola hubungan dua atau lebih variabel melalui sebuah persamaan. Tujuan permodelan regresi adalah untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih variabel serta untuk memprediksi suatu ramalan masa yang akan datang.

Model regresi terdiri atas dua model, meliputi: regresi linear sederhana dan regresi linear berganda. Dalam penelitian ini


(64)

keuangan perusahaan yang diukur dengan ROA dan ROE dilakukan dengan menggunakan pengujian regresi linear sederhana.

Pengujian dilakukan dalam dua tahap, yaitu melakukan regresi pengungkapan CSR terhadap ROA dan regresi pengungkapan CSR terhadap ROE.

Tujuan pengujian regresi ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel independen (pengungkapan CSR) terhadap variabel dependen (kinerja keuangan perusahaan).

Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial diuji dengan uji t.

Dalam menentukan model regresi linear sederhana, melalui:

Y1 = α + βCSR + e Y2 = α + βCSR + e

Dimana: Y1 adalah Return on Assets (ROA)

Y2 adalah Return on Equity (ROE)

CSR adalah indeks pengungkapan CSR α adalah konstanta

β adalah koefisien regresi

e adalah faktor kesalahan yang disebabkan oleh variabel lain di luar model.


(65)

3.4.2 Uji Kualitas Data 3.4.2.1 Uji Normalitas

Menurut Sumarsono (2004:40), uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan melalui beberapa metode, yaitu

Kolmogorov Smirnov dan metode Shapiro Wilk.

Uji normalitas ini menggunakan Kolmogorov Smirnov, yaitu: - Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) < 5% maka distribusi

adalah tidak normal.

- Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) > 5% maka distribusi adalah normal.

3.4.3 Pengujian Hipotesis

Pengujian terhadap model regresi linear sederhana pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji t.

3.4.3.1 Pengujian individual atau parsial (Uji t)

Uji t dimaksudkan untuk menguji pengaruh setiap variabel bebas (X) terhadap variabel tidak bebas (Y). Uji t dipakai untuk melihat signifikansi dari pengaruh independen secara individu terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lain bersifat konstan (Sulaiman, 2004:87).


(66)

Formulasi hipotesis:

a. Ho : βi = 0 menunjukkan bahwa variabel independen tidak ada pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.

b. Ho : βi ≠ 0 menunjukkan bahwa variabel independen ada pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Berdasarkan nilai probabilitas (signifikansi), dasar pengambilan keputusannya adalah:

a. Jika probabilitas ≥ 0,05 maka Ho diterima. b. Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak.


(67)

4.1. Deskripsi Objek Penelitian

Deskripsi obyek penelitian meneliti mengenai profil perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan menpublikasikan annual report perusahaan secara terus menerus dari tahun 2008 sampai tahun 2011, berdasarkan kriteria yang telah ditentukan maka diperoleh 44 data annual report perusahaan yang akan diuraikan dalam penelitian ini berdasarkan aktiva perusahaan, ekuitas perusahaan, dan laba perusahaan otomotif di Bursa Efek Indonesia.

4.1.1. Aktiva Perusahaan

Besarnya aktiva perusahaan yang menjadi obyek penelitian periode 2008, 2009, 2010, 2011 dapat dilihat pada tabel 4.1. Secara keseluruhan terlihat perusahaan yang memiliki total aktiva tertinggi adalah PT Astra International, Tbk dengan total aktiva Rp 80.740.000.000.000 pada tahun 2008, Rp 88.938.000.000.000 pada tahun 2009, Rp 112.857.000.000.000

pada tahun 2010, dan Rp 153.521.000.000.000 pada tahun 2011.

Pada tabel 4.1 juga dapat diketahui perusahaan yang memiliki aktiva terendah, yang ditunjukkan pada PT Nipress, Tbk dengan total aktiva Rp


(68)

Tabel 4.1: Aktiva Perusahaan

Nama Aktiva Perusahaan

Perusahaan 2008 2009 2010 2011

ASII 80.740.000.000.000 88.938.000.000.000 112.857.000.000.000 153.521.000.000.000

AUTO 3.981.316.000.000 4.644.939.000.000 5.585.852.000.000 6.964.227.000.000

BRAM 1.672.766.471.000 1.349.630.935.000 1.492.727.607.000 1.660.119.065.000

IMAS 5.578.514.465.713 5.093.148.275.101 7.985.019.561.240 12.913.941.646.042

INDS 918.227.729.873 621.140.423.109 769.815.652.287 1.139.715.256.754

INTA 1.137.218.196.524 1.172.129.502.335 1.634.903.848.219 3.737.918.000.000

MASA 2.379.024.000.000 2.536.045.000.000 3.038.412.000.000 4.736.349.000.000

NIPS 325.008.127.626 314.477.779.213 337.605.715.524 446.688.000.000

SMSM 929.753.183.773 941.651.276.002 1.067.103.249.531 1.136.857.942.381

TURI 3.583.328.000.000 1.770.692.000.000 2.100.154.000.000 2.545.309.000.000

UNTR 22.847.721.000.000 24.404.828.000.000 29.700.914.000.000 46.440.062.000.000

Sumber: Laporan keuangan yang telah diolah

4.1.2 Ekuitas Perusahaan

Besarnya ekuitas perusahaan yang menjadi obyek penelitian periode 2008, 2009, 2010, 2011 dapat dilihat pada tabel 4.2. Secara keseluruhan terlihat perusahaan yang memiliki total ekuitas tertinggi adalah PT Astra International, Tbk dengan total ekuitas Rp 40.577.000.000.000 pada tahun 2008, Rp 48.932.000.000.000 pada tahun 2009, Rp 58.689.000.000.000 pada tahun 2010, dan Rp 75.838.000.000.000 pada tahun 2011.

Pada tabel 4.2 juga dapat diketahui perusahaan yang memiliki ekuitas terendah, yang ditunjukkan pada PT Indospring, Tbk dengan total ekuitas Rp 108.675.000.000 pada tahun 2008, PT Nipress, Tbk dengan total ekuitas Rp 127.003.000.000 pada tahun 2009, PT Nipress, Tbk dengan total ekuitas Rp 148.167.000.000 pada tahun 2010, dan PT Nipress, Tbk dengan total ekuitas Rp 165.996.000.000 pada tahun 2011.


(69)

Tabel 4.2: Ekuitas Perusahaan

Nama Perusahaan

Ekuitas Perusahaan

2008 2009 2010 2011

ASII 40.577.000.000.000 48.932.000.000.000 58.689.000.000.000 75.838.000.000.000

AUTO 2.652.969.000.000 3.208.778.000.000 3.860.827.000.000 4.423.554.000.000

BRAM 998.025.000.000 981.988.000.000 1.072.556.312.000 1.073.634.676.000

IMAS 286.812.501.309 437.331.682.843 1.277.322.403.505 4.677.713.058.683

INDS 108.675.000.000 165.686.000.000 226.351.552.268 632.249.053.230

INTA 328.623.475.813 363.443.166.609 436.820.000.000 536.767.000.000

MASA 1.284.796.000.000 1.459.657.000.000 1.629.135.000.000 1.767.027.000.000

NIPS 123.318.000.000 127.003.000.000 148.167.000.000 165.996.000.000

SMSM 546.221.696.384 497.821.548.960 519.374.643.869 670.612.341.979

TURI 1.024.630.000.000 1.000.217.000.000 1.213.453.000.000 1.467.775.000.000

UNTR 11.131.607.000.000 13.843.710.000.000 16.136.338.000.000 26.320.449.000.000

Sumber: Laporan keuangan yang telah diolah

4.1.3 Laba Setelah Pajak Perusahaan

Besarnya laba setelah pajak perusahaan yang menjadi obyek penelitian periode 2008, 2009, 2010, 2011 dapat dilihat pada tabel 4.3. Secara keseluruhan terlihat perusahaan yang memiliki laba setelah pajak tertinggi

ditunjukkan oleh PT Astra International, Tbk sebesar Rp

11.298.000.000.000 pada tahun 2008, sebesar Rp 12.444.000.000.000 pada tahun 2009, sebesar Rp 17.004.000.000.000 pada tahun 2010, dan sebesar Rp 21.077.000.000.000 pada tahun 2011.

Pada tabel 4.3 juga dapat diketahui perusahaan yang memiliki laba setelah pajak terendah yaitu PT Nipress, Tbk sebesar Rp 1.550.888.421

pada tahun 2008, sebesar Rp 3.685.250.963 pada tahun 2009, sebesar Rp


(70)

Tabel 4.3: Laba Setelah Pajak Perusahaan Nama

Perusahaan

Laba Setelah Pajak Perusahaan

2008 2009 2010 2011

ASII 11.298.000.000.000 12.444.000.000.000 17.004.000.000.000 21.077.000.000.000

AUTO 566.025.000.000 768.265.000.000 1.141.179.000.000 1.006.716.000.000

BRAM 94.775.520.000 72.105.574.000 134.160.199.000 67.489.275.000

IMAS 23.046.929.947 117.593.451.463 448.671.163.584 812.967.575.161

INDS 31.827.215.353 58.765.937.255 70.040.143.312 120.218.000.000

INTA 22.943.741.774 37.473.252.355 84.529.000.000 120.214.000.000

MASA 2.974.000.000 174.860.000.000 176.082.000.000 142.739.000.000

NIPS 1.550.888.421 3.685.250.963 12.662.580.885 17.831.000.000

SMSM 91.471.918.506 132.850.275.038 150.420.111.988 200.865.266.626

TURI 245.079.000.000 310.387.000.000 269.004.000.000 322.289.000.000

UNTR 2.660.742.000.000 3.817.541.000.000 3.872.931.000.000 5.900.908.000.000

Sumber: Laporan keuangan yang telah diolah

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian 4.2.1 Deskripsi Variabel CSR (X1)

Pengungkapan informasi sosial dikelompokkan menjadi enam kelompok sesuai dengan kategori informasi sosial menurut GRI (2000-2006), meliputi: ekonomi, lingkungan, tenaga kerja, Hak Asasi Manusia, sosial, dan produk. Pada setiap kategori terdiri atas beberapa item sehingga totalnya menjadi 79 item.

Tabel 4.4: Data CSR

No. Kode Indeks Pengungkapan CSR Rata-rata

2008 2009 2010 2011

1 ASII 22.785 24.051 37.975 75.949 40.190

2 AUTO 35.443 39.241 35.443 41.772 37.975

3 BRAM 32.911 34.177 36.709 37.975 35.443


(1)

74

4.6.3. Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan-keterbatasan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Indikator kinerja keuangan dalam penelitian ini hanya menggunakan ROA dan ROE.

2. Penelitian ini hanya menggunakan sampel perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2011 yang berjumlah 11 perusahaan, sehingga peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengakses data sampel yang lebih luas lagi.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis regresi linear sederhana dapat disimpulkan bahwa:

1. Peningkatan pengungkapan Corporate Social Responsibility tidak berpengaruh positif terhadap peningkatan kinerja keuangan melalui indikator Return on Assets (ROA), sehingga hipotesis ke-1 penelitian ini yang menyatakan bahwa ada pengaruh positif antara pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap kinerja keuangan perusahaan, yang diukur melalui Return on Assets (ROA), tidak teruji kebenarannya. 2. Peningkatan pengungkapan Corporate Social Responsibility tidak

berpengaruh positif terhadap peningkatan kinerja keuangan melalui indikator Return on Equity (ROE), sehingga hipotesis ke-2 penelitian ini yang menyatakan bahwa ada pengaruh positif antara pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap kinerja keuangan perusahaan, yang diukur melalui Return on Equity (ROE), tidak teruji kebenarannya.


(3)

76

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan pembahasan pada penelitian ini, maka saran yang dapat diajukan adalah :

1. Bagi perusahaan hendaknya meningkatkan kesadaran untuk melakukan aktivitas CSR dan pengungkapannya.

2. Untuk penelitian selanjutnya disarankan :

a. Untuk memperbanyak jumlah sampel dan menggunakan data laporan tahunan yang paling mutakhir untuk dapat menggambarkan kondisi yang paling terbaru.

b. Untuk memperpanjang menjadi beberapa periode agar dapat memprediksi hasil penelitian dalam jangka panjang.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU LITERATUR

Baridwan, Zaki. 2000. Intermediate Accounting. Edisi 7. Cetakan Ketujuh. BPFE-Yogyakarta.

Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS Cetakan IV. Badan Penerbitan Universitas Diponegoro. Semarang

Harahap, Sofyan Syafri. 2009. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Rajawali Pers. Jakarta

Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta

Jumingan. 2006. Analisis Laporan Keuangan. Bumi Aksara. Jakarta Kasmir. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 1. Rajawali Pers. Jakarta Nazir, Moh. 2005. Metodologi Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor Selatan

Rahmatullah dan Kurniati, Trianita. 2011. Panduan Praktis Pengelolaan CSR. Cetakan 1. Samudra Biru. Yogyakarta

Sumarsono. 2004. Metode Penelitian Akuntansi. Edisi Revisi.

Tampubolon. 2005. Manajemen Keuangan (Finance Management). Ghalia Indonesia. Bogor

Santoso, Singgih. 2003. Buku Latihan SPSS Statistik Multivariat. PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Jakarta.


(5)

JURNAL, NASKAH PUBLIKASI

Asmaranti, Yuztitya. 2011. Pengaruh Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan terhadap Kinerja Pasar Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 16 No. 2, Juli-Desember 2011

Dyah Pratiwi, Rizki. 2012. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2010. Naskah Publikasi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Rakhiemah, A. N. dan Agustia, D. 2009. Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure dan Kinerja Finansial Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XII. Palembang.

The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) dalam corporate social responbility, jurnal WBCSD, 2002.

SWA. Edisi 26/XXI/19 Desember 2005 – 11 Januari 2006

SKRIPSI

Adhy Kurnianto, Eko. 2011. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2008). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro

Ken Zuraedah, Isnaeni. 2010. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Sebagai Variabel Pemoderasi. Skripsi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta

Kusumadilaga, Rimba. 2010. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Yustiana, Hana. 2011. Analisis Pengaruh Variabel Moderating (Company Size dan Financial Leverage) terhadap Hubungan CSR Disclosure dan Financial Performance (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di BEI


(6)

2008-WEBSITE

http://www.csrindonesia.com http://www.idx.co.id

http://www.ekonomgila.org/2011/05/tanggung-jawab-sosial-industri-otomotif.html http://www.google.com

http://scholar.google.co.id

http://www.wbcsd.org/home.aspx

www.globalreporting.org www.hukumonline.com

http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2011/05/15/tanggung-jawab-sosial-csr-memperkuat-brand-image-perusahaan-364169.html

http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Laporan+Tahunan/Laporan+Perekonomian+ Indonesia/lpi_2011.html

http://junaidichaniago.wordpress.com http://www.standford.edu


Dokumen yang terkait

Pengaruh Corporate Social Responsibility dan Kinerja Keuangan Pada Nilai Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 73 108

Pengaruh Kinerja Keuangan, Good Corporate Governance, dan pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

12 179 88

Pengaruh Manajemen Laba Pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 64 85

Pengaruh Karakteristik Spesifik Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Real Estate Dan Properti Di Bursa Efek Indonesia

0 30 88

Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan, Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Govarnance terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 5 106

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

1 2 15

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 3 12

ANALISIS PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 101

ANALISIS PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

1 1 92

ANALISIS PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 24