Pengaruh Karakteristik Spesifik Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Real Estate Dan Properti Di Bursa Efek Indonesia

(1)

TESIS

Oleh

MUHAMMAD IKHSAN PANJAITAN

037017026/Akt

S

E K O L A H

P A

S C

A S A R JA

NA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

Muhammad Ikhsan Panjaitan : Pengaruh Karakteristik Spesifik Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Real Estate Dan Properti Di Bursa Efek Indonesia, 2009


(2)

PENGARUH KARAKTERISTIK SPESIFIK PERUSAHAAN

TERHADAP TINGKAT PENGUNGKAPAN LAPORAN

KEUANGAN PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN

PROPERTI DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

MUHAMMAD IKHSAN PANJAITAN

037017026/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(3)

Judul Tesis : PENGARUH KARAKTERISTIK SPESIFIK PERUSAHAAN TERHADAP TINGKAT PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTI DI BURSA EFEK INDONESIA

Nama Mahasiswa : Muhammad Ikhsan Panjaitan Nomor Pokok : 037017026

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Dra. Erlina, M.Si., Ph.D., Ak) (Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si., Ak)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur,


(4)

Tanggal lulus : 12 Pebruari 2009 Telah diuji pada

Tanggal: 12 Pebruari 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dra. Erlina, M.Si., Ph.D., Ak

Anggota : 1. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si., Ak

2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA,Ak 3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, MSi., Ak


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :

“Pengaruh Karakteristik Spesifik Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Real Estate dan Properti di Bursa Efek Indonesia”

adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya.

Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Pebruari 2009 Yang membuat pernyataan,


(6)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan real estate dan properti publik di Bursa Efek Indonesia serta untuk menguji sejauhmana pengaruh karakteristik spesifik perusahaan terhadap tingkat pengungkapan sukarela.

Penelitian ini menguji 20 item pengungkapan sukarela untuk mengukur tingkat pengungkapan dalam laporan keuangan 18 perusahaan real estate dan properti publik tahun 2005 dan 2006. Pengumpulan data menggunakan metode sampel purposif dengan model data pooling. Jumlah sampel sebanyak 36 tahun perusahaan dianalisis menggunakan model regresi linier berganda. Variabel independen yang diuji dalam hubungannya dengan tingkat pengungkapan sukarela dalam laporan keuangan antara lain: ukuran perusahaan, rasio hutang, penyebaran kepemilikan, umur perusahaan, marjin laba, return on equity, likuiditas dan ukuran kantor akuntan publik.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ukuran perusahaan dan ROE secara signifikan dan positif berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan. Sementara itu variabel lainnya memperlihatkan hasil yang tidak signifikan dalam menjelaskan variasi dari pengungkapan sukarela.

Kata kunci: Laporan Keuangan, Pengungkapan perusahaan, Pengungkapan sukarela, Real estate dan properti.


(7)

ABSTRACT

The objective of the study was to assess the level of disclosure in the annual reports of real estate and property public companies in Indonesian Stock Exchange and to investigate the impact of several firm characteristics on the level of voluntary disclosure.

This study evaluated 20 voluntary items to assess level of disclosure of 18 real estate and property public companies in 2005 and 2006 annual report. The Data was collected using purposive sampling method by data pooling model. The amount of the sample was 36 firm years were analyzed using multiple linear regression model. There are 8 independent variables were tested in connection with level of voluntary disclosure in annual report, i.e.: firm size, debt ratio, ownership dispersion, age of firm, profit margin, return on equity, liquidity ratio and public accountant firm size.

The results of this study showed that firm size and ROE significantly positively associated with level of disclosure. The remaining variables, however, showed insignificant results in explaining the variation of voluntary disclosure.

Keyword: Annual report, Corporate disclosure, Voluntary disclosure, Real estate and property.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karuniaNya tesis dengan judul “Pengaruh Karakteristik Spesifik Perusahaan

Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Real Estate Dan Properti Di Bursa Efek Indonesia” ini dapat diselesaikan. Tak lupa pula

shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Muhammad Rasulullah SAW yang telah membawa risalah pencerahan kepada segenap ummat manusia sehingga manusia memiliki akal dan akhlak serta budi pekerja yang mulia.

Dalam penulisan tesis ini, banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan sumbangan waktu, pikiran maupun tenaganya yang menurut Penulis sangat berharga. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya antara lain kepada :

1. Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K)., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak., selaku Ketua Program Magister Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si., selaku Sekretaris Program Magister Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.


(9)

5. Dra. Erlina, M.Si., Ph.D., Ak dan Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si., Ak selaku dosen pembimbing utama dan pembimbing yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyusun tesis ini.

6. Seluruh dosen dan staf pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 7. Rekan-rekan mahasiswa Magister Ilmu Akuntansi angkatan kelima pada Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

8. Rekan-rekan kerja di Direktorat Keuangan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I serta Pengurus Serikat Pekerja Pelabuhan I.

9. Terakhir, tak lupa kepada Sri Ratna Dewi, isteri penulis atas dorongan dan kesabaran kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini, dan kepada kedua anak penulis; Farhan Naufal dan Zaki Fanani, atas waktu yang tidak selalu bisa bersama-sama menemani mereka bermain.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu masih diharapkan masukan dan perhatian bagi pembaca untuk memberikan saran yang konstruktif untuk perbaikan, Namun demikian, kiranya tesis ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu akuntansi serta penelitian dalam bidang akuntansi.

Medan, Pebruari 2009 Penulis


(10)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Muhammad Ikhsan Panjaitan

2. Tempat, Tanggal Lahir : Tanjung Balai, 5 Mei 1970

3. Pekerjaan : Pegawai BUMN

4. Agama : Islam

5. Alamat : Jl Eka Suka Gg. Eka Suka IV/19

Kel. Gedung Johor Kec. Medan Johor, Medan 6. Pendidikan

a. SD Inpres No. 013857 : Kisaran, lulus tahun 1984 b. Madr. Tsanawiyah MPI : T. Balai, lulus tahun 1987

c. SMA Kesatria : Medan, lulus tahun 1990

d. D3 Amik Kesatria : Medan, lulus tahun 1994

d. S1 Universitas Sumatera Utara : Medan, lulus tahun 1998 7. Pengalaman Kerja

a. tahun 1997-1998 : Staf Auditor pada Kantor Akuntan Rasin,

Ichwan & Co., Medan

b. 1998 – sekarang : Karyawan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I, Medan


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……… i

ABSTRACT ………. ii

KATA PENGANTAR ………. iii

RIWAYAT HIDUP ………. v

DAFTAR ISI ……… vi

DAFTAR TABEL ……… viii

DAFTAR GAMBAR ……….. ix

DAFTAR LAMPIRAN ………... x

BAB I. PENDAHULUAN ……… 1

1.1. Latar Belakang Masalah ……….. 1

1.2. Rumusan Masalah ……… 7

1.3. Tujuan Penelitian ………. 7

1.4. Manfaat Penelitian ……….. 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMGEMBANGAN HIPOTESIS... 9

2.1. Tinjauan Teori ……….. 9

2.1.1. Perspektif Keagenan dan Pengungkapan Akuntansi ….. 9

2.1.2. Pengungkapan Akuntansi dan Karakteristik Perusahaan ... 11

2.1.3. Pengukuran Indeks Pengungkapan Akuntansi ………... 16

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu ………. 20

BAB III. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ………... 25

3.1. Kerangka Konseptual ………... 25

3.2. Hipotesis Penelitian ……….. 27

BAB IV. METODE PENELITIAN ……… 28

4.1. Rancangan Penelitian ………... 28

4.2. Populasi dan Sampel ………... 28

4.3. Variabel Penelitian ………... 29

4.3.1. Klasifikasi Variabel ……… 29

4.3.2. Definisi Operasional Variabel ……… 29

4.4. Lokasi Penelitian ……….. 35


(12)

4.6. Model dan Teknik Analisis Data ... 35

4.6.1. Model Penelitian ... 35

4.6.2. Teknik Analisis Data ……….. 36

4.6.2.1. Uji asumsi klasik ………... 36

4.6.2.2. Uji Hipotesis ………. 39

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………... 42

5.1. Hasil Penelitian ……… 42

5.1.1. Karakteristik responden ... 42

5.1.2. Statistik deskriptif ... 43

5.1.3. Uji Asumsi Klasik ... 47

5.1.4. Pengujian Hipotesis ... 51

5.2. Pembahasan ... 55

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ………. 60

6.1. Kesimpulan ……….. 60

6.2. Keterbatasan ………. 61

6.3. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ……….. 63


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Ikhtisar Beberapa Penelitian Mengenai Pengungkapan ………….. 21

4.1. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional ... 33

5.1. Daftar Sampel Perusahaan Dan Jumlah Observasi …………... 42

5.2. Item Informasi Yang Paling Banyak Diungkapkan Berdasarkan Sampel ... 44

5.3. Perusahaan Dengan Pengungkapan Sukarela Terbanyak ... 45

5.4. Perusahaan Dengan Pengungkapan Sukarela Terendah ... 45

5.5. Statistik Deskriptif Variabel Dependen Dan Independen ... 47

5.6. Hasil Uji Normalitas Menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov ... 48

5.7. Matrik Korelasi Variabel Penelitian dan VIF ... 49

5.8. Hasil Regresi Uji Heteroskedastisitas ... 50

5.9. Hasil regresi model dengan Ordinary Least Square (OLS) ... 51


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Daftar 20 Item Pengungkapan Sukarela ……….. 66

2 Statistik Deskriptif Variabel Dependen ………... 67

3a Tabulasi item pengungkapan perusahaan ……… 68

3b Tabulasi Karakteristik Perusahaan ……….. 69

4 Hasil Perhitungan Regresi dengan Ordinary Least Square (OLS) ………... 70


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam masyarakat yang semakin maju dan berkembang, tuntutan transparansi dan demokratisasi dalam berbagai aspek kehidupan semakin kuat, tidak terkecuali aspek bisnis dan ekonomi yang menjadi gantungan harapan sebagian besar masyarakat. Keterbukaan informasi dalam dunia bisnis terutama bisnis korporasi tercermin dari pengungkapan informasi melalui laporan keuangan yang dipublikasikan kepada masyarakat. Tujuan utama pengungkapan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi kepada para analis dan investor mengenai jumlah, saat dan ketidakpastian laba masa depan (arus kas). Pengungkapan laporan keuangan akan membantu para analis dalam membuat prediksi mengenai laba masa depan. Disamping itu, pengungkapan laporan keuangan (disclosure of financial

statement) merupakan sarana pertanggungjawaban kepada publik.

Ada dua jenis pengungkapan dalam hubungannya dengan persyaratan yang ditetapkan oleh standar. Yang pertama adalah pengungkapan wajib (mandatory

disclosure), yaitu ukuran pengungkapan minimum yang diharuskan oleh standar

akuntansi yang berlaku. Kedua adalah pengungkapan sukarela (voluntary disclosure), yaitu pengungkapan butir-butir yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku.


(17)

Kenyataannya, praktik pengungkapan laporan keuangan antara satu perusahaan dengan perusahaan lain selalu berbeda, baik di negara maju maupun negara berkembang seperti Indonesia. Perbedaan praktik pengungkapan tersebut diantaranya disebabkan oleh adanya perbedaan filosofi serta luasnya kekuasaan yang dimiliki para manajer untuk membuat kebijakan sehubungan pengungkapan informasi kepada publik. Penyebab lain adalah adanya ukuran pengungkapan minimum yang diharuskan (mandatory disclosure) oleh standar akuntansi yang berlaku serta aturan yang dikeluarkan oleh regulator pasar modal sehingga pengungkapan yang bersifat sukarela hanya bersifat opsional. Khusus Indonesia, usia pasar modal Indonesia yang masih muda masih perlu penyempurnaan dari sisi aturan agar dapat sejajar dengan pasar modal di negara-negara maju seperti Amerika, Jepang, Eropa dan Australia.

Para investor maupun analis pasar modal menilai bahwa salah satu ukuran kredibilitas perusahaan ditandai dengan kecukupan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan perusahaan. Kekeliruan dalam membuat keputusan investasi dan rendahnya akurasi ekspektasi pasar menandakan adanya kesenjangan informasi antara penyusun laporan dengan pengguna laporan. Oleh sebab itu, para manajer beranggapan bahwa pengungkapan informasi sukarela secara lebih luas adalah salah satu cara untuk menjaga dan meningkatkan kredibilitas perusahaan. Pengungkapan sukarela dinilai dapat membantu investor dalam memahami strategi bisnis manajemen. Disamping itu, dengan mengungkapkan informasi sukarela secara lebih luas perusahaan dapat menarik perhatian lebih banyak analis, meningkatkan akurasi ekspektasi pasar dan menurunkan ketidaksimetrisan informasi pasar. Beberapa


(18)

penelitian seperti yang dilakukan oleh Lang dan Lundholm (1996) mencatat bahwa praktek pengungkapan yang lebih baik akan membantu memperbaiki ketepatan ramalan para analis mengenai laba pada tahun berikutnya. Disamping itu, teori ekonomi berpandangan bahwa perusahaan kemungkinan juga akan memperoleh manfaat dari penyediaan informasi tambahan (pengungkapan sukarela) kepada para investor dan analis (Verrecchia, 1983).

Dalam konteks pengungkapan akuntansi, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan perusahaan tidak terbatas hanya yang bersifat keuangan, akan tetapi juga meliputi informasi non keuangan. Penelitian tentang pengungkapan laporan keuangan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya merupakan hal yang penting untuk dilakukan karena akan memberikan gambaran tentang sifat perbedaan tingkat pengungkapan antar perusahaan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pengetahuan tentang hubungan antara karakteristik spesifik perusahaan dan tingkat pengungkapan laporan keuangan akan berguna dalam analisis laporan keuangan, yaitu memberikan gambaran tentang tipe dan jumlah informasi yang disediakan perusahaan dengan karakteristik tertentu. (Marwata, 2001).

Kualitas pengungkapan laporan keuangan sangat berpengaruh terhadap kualitas keputusan investasi yang dibuat oleh investor (Singhvi dan Desai, 1971). Tingkat pengungkapan laporan keuangan adalah salah satu bentuk kualitas pengungkapan. Banyak penelitian yang menggunakan disclosure index methodology mengemukakan bahwa kualitas pengungkapan dapat diukur dan digunakan untuk menilai manfaat potensial dari isi suatu laporan keuangan.


(19)

Karakteristik perusahaan merujuk kepada faktor-faktor spesifik yang melekat pada perusahaan ataupun lingkungan di mana kegiatan perusahaan berlangsung. Dalam beberapa penelitian mengenai pengungkapan yang pernah dilakukan, tingkat pengungkapan laporan keuangan sering kali dihubungkan dengan karakteristik perusahaan seperti harga saham (Copeland dan Fredericks, 1968), umur perusahaan (Alsaeed, 2006), ukuran perusahaan (Copeland dan Fredericks, 1968; Singhvi dan Desai, 1971; dan Buzby, 1974), status listing (Singhvi dan Desai, 1971); Profitabilitas dan ukuran kantor akuntan publik (Sighvi dan Desai, 1971), jenis industri (Stanga, 1976; Cooke, 1989), likuiditas (Wallace dan Naser; 1995), tingkat leverage (Chow dan Wong-Boren, 1987), dan jumlah penyebaran kepemilikan saham (Raffournier, 1995; Wallace dan Naser; 1995). Studi yang dilakukan Barret (1976) mencoba meneliti praktik pengungkapan akuntansi dalam annual report perusahaan-perusahaan besar yang terdapat di tujuh negara maju, diantaranya Amerika, Jepang, Inggris, Francis, Jerman, Belanda dan Swedia. Barret melaporkan adanya pengaruh antara tingkat pengungkapan laporan keuangan dengan efisiensi pasar modal negara yang diteliti. Studi Malone et.al.(1993) menguji tingkat pengungkapan laporan keuangan dalam annual report pada industri tertentu, yaitu industri minyak dan gas. Hasil studi Malone memperlihatkan pengaruh signifikan status listing, rasio hutang (leverage) dan jumlah pemegang saham terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan.

Bisnis real estate dan properti adalah bisnis yang dikenal memiliki karakteristik cepat berubah (volatile), persaingan yang ketat, persisten, dan kompleks.


(20)

Ada beberapa fenomena yang muncul akhir-akhir ini pada bisnis real estate dan properti di lingkungan global maupun regional yang menarik untuk diamati, antara lain: (1) Terjadinya krisis kredit perumahan di Amerika Serikat yang bermula pada pertengahan tahun 2006 tercatat menyumbang krisis global paling besar. Dana Moneter Internasional (IMF) melansir kerugian global akibat krisis kredit perumahan berisiko tinggi AS (subprime mortgage) mencapai sekitar 945 miliar dolar AS. (2) Tingginya tingkat pertumbuhan industri real estate dan properti di Indonesia pasca krisis moneter. Pada tahun 2003, industri real estate dan properti mengalami pertumbuhan mencapai angka 78%, lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan ini terutama digerakkan oleh banyaknya pembangunan pusat-pusat perdagangan (trade center), hunian mewah (residensial dan apartemen) serta gedung-gedung perkantoran. (3) Industri real estate dan properti dikenal sebagai bisnis yang memiliki siklus yang cepat berubah (volatile), persisten dan kompleks. (4) Masih rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga saat ini (3,5%-4%), sementara penggerak perekonomian masih terletak pada sektor konsumsi yang bersifat unsustainable sehingga menimbulkan suatu kegamangan dan kekawatiran pelaku pasar dan pengusaha bisnis real estate dan properti. Kekhawatiran yang muncul adalah kemungkinan terjadinya property bubble yang berlanjut pada pecahnya property bubble yang ditandai dengan boomingnya harga di sektor real estate dan properti (Partisimon, 2008). Gambaran fenomena di atas tentunya dapat mempengaruhi perusahaan dalam mengungkapkan informasi sukarela dalam annual


(21)

Berkaitan dengan beberapa fenomena maupun temuan empiris di atas, peneliti tertarik untuk melakukan investigasi pengaruh karakteristik spesifik perusahaan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan (pengungkapan sukarela) pada perusahaan real estate dan properti publik di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal yang mendasari pentingnya penelitian ini adalah bahwa pengungkapan sukarela — disamping pengungkapan yang diwajibkan— telah memperoleh perhatian yang cukup besar dalam studi akuntansi dewasa ini. Kurang memadainya informasi yang diwajibkan menyebabkan perlunya tambahan informasi tertentu melalui pengungkapan sukarela yang diperlukan investor untuk dapat mengambil keputusan yang tepat. Oleh sebab itu penelitian ini berusaha menguji sejauh mana kualitas pengungkapan sukarela yang dilaporkan oleh perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, khususnya melalui laporan tahunan yang menjadi media utama perusahaan untuk menyampaikan informasi kepada investor.

Penelitian ini merupakan replikasi penelitian yang dilakukan Alsaeed (2006) dengan judul The association between firm-specific characteristics and disclosure :

The case of Saudi Arabia. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya

adalah :

1. Periode penelitian sebelumnya adalah tahun 2003, sedangkan periode penelitian yang dilakukan adalah tahun 2005 dan 2006.

2. Perusahaan yang diteliti sebelumnya adalah perusahaan yang terdaftar di bursa efek Saudi Arabia (Saudi Stock Market/SSM), sedangkan perusahaan yang diteliti


(22)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Apakah karakteristik spesifik perusahaan yang diproksikan dengan ukuran perusahaan, rasio hutang, penyebaran kepemilikan, umur perusahaan, marjin laba,

return on equity, likuiditas dan ukuran kantor akuntan publik berpengaruh terhadap

tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan real estate dan properti publik di Bursa Efek Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh karakteristik spesifik perusahaan yang diproksikan dengan ukuran perusahaan, rasio hutang, penyebaran kepemilikan, umur perusahaan, marjin laba, return on equity, likuiditas dan ukuran kantor akuntan publik terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan real estate dan properti publik di Bursa Efek Indonesia (BEI).


(23)

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang sejauhmana

karakteristik spesifik perusahaan yang diproksikan melalui variabel-variabel ukuran perusahaan, rasio hutang, penyebaran kepemilikan, umur perusahaan, marjin laba, return on equity, likuiditas dan ukuran kantor akuntan publik berpengaruh terhadap pelaporan keuangan perusahaan, dalam hal ini studi empiris terhadap perusahaan real estate dan properti publik di Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Dapat memberikan sumbangan dalam perkembangan literatur berkaitan dengan faktor-faktor yang menentukan tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan.

3. Dapat menjadi masukan bagi manajemen dalam rangka penyusunan annual

report.

4. Dapat menjadi masukan kepada regulator pasar modal (BAPEPAM)

tentang pengaturan mengenai hal-hal yang perlu penyajian dalam annual

report.

5. Dapat menjadi masukan kepada profesi akuntan publik mengenai aspek yang perlu diperhatikan dalam jasa audit maupun jasa di luar audit.

6. Dapat menjadi masukan kepada pelaku pasar modal dalam rangka


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1. Tinjauan Teori

2.1.1. Perspektif Keagenan dan Pengungkapan Akuntansi

Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak antara satu atau lebih individu (principal) yang memberi tugas kepada individu yang lain (agent) untuk melaksanakan pekerjaan yang menjadi kepentingan pihak pemberi tugas (principal) dengan disertai pemberian wewenang kekuasaan kepada penerima tugas untuk mengambil keputusan. Adanya pemisahan antara fungsi kepemilikan (ownership) dan fungsi pengendalian (control) dalam hubungan keagenan sering menimbulkan masalah-masalah keagenan (agency problems). Masalah-masalah keagenan tersebut timbul karena adanya konflik atau perbedaan kepentingan antara principal (pemilik perusahaan atau pihak yang memberikan mandat) dan agent (manajer perusahaan atau pihak yang menerima mandat).

Isu penting sehubungan dengan masalah keagenan adalah adanya ketidaksimetrisan informasi (information-asymmetry) antara manajer dan pemegang saham. Dalam hubungan keagenan tersebut, para manajer menjadi pihak yang diuntungkan karena menguasai informasi, sementara para pemegang saham berhadapan dengan persoalan dilematis disebabkan kurangnya informasi untuk menilai dan menentukan secara akurat apakah suatu keputusan yang telah diambil oleh para manajer adalah tepat. Dengan demikian para manajer mengambil


(25)

keuntungan dari kurangnya pengamatan atas tindakan yang mereka lakukan di dalam perusahaan yang dimanfaatkan untuk mengejar tujuan pribadi. Untuk mengurangi permasalahan keagenan ini, maka pembuatan kontrak resmi menjadi perlu dilakukan. Teori keagenan (agency theory) berusaha menjelaskan tentang penentuan kontrak yang paling efisien yang bisa membatasi konflik atau masalah keagenan (Jensen dan Meckling, 1976 dan Eisenhardt, 1989).

Dalam penelitian ini, pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) diharapkan bisa menjadi peluang yang sangat baik untuk menerapkan teori keagenan, para manajer yang memiliki akses yang lebih baik terhadap informasi penting perusahaan dapat melakukan komunikasi yang andal dan terpercaya kepada pasar untuk memperbaiki dan meningkatkan nilai perusahaan. Pengungkapan informasi tersebut mencakup peluang investasi dan kebijakan keuangan yang ditempuh oleh perusahaan. Sebaliknya, manajer yang mengejar keuntungan pribadi semata gagal membuat pengungkapan yang lazim ataupun sama sekali tidak bersedia mengungkapkan informasi yang penting kepada pasar. Praktek-praktek seperti itu akan merugikan kepentingan pemegang saham dan berakibat pula pada tingginya biaya modal (cost of capital) serta menurunnya nilai investasi pemegang saham. Penelitian Lundholm dan Myers (2002) membuktikan bahwa tingkat pengungkapan yang semakin baik akan dapat mengurangi ketidaksimetrisan informasi dan memberikan kesempatan kepada investor untuk membuat prediksi laba masa depan dengan lebih baik. Sejalan dengan hal tersebut, Botosan (1997) beranggapan bahwa semakin tinggi tingkat pengungkapan akan dapat mengurangi ketidaksimetrisan


(26)

informasi dan pada akhirnya akan mengurangi biaya modal perusahaan (cost of

capital).

Ada beberapa cara berbeda yang digunakan oleh perusahaan untuk mengungkapkan informasi, diantaranya melalui laporan keuangan tahunan (annual

report) yang menjadi sumber informasi resmi perusahaan yang terpenting.

Pengungkapan informasi dalam annual report dapat dibagi dalam dua kategori yaitu pengungkapan yang bersifat wajib dan pengungkapan yang bersifat sukarela. Pengungkapan wajib adalah pengungkapan informasi dalam rangka memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan, standar profesional dan regulasi yang telah diatur bagi perusahaan yang telah mencatatkan diri di pasar modal. Pengungkapan sukarela adalah informasi tambahan disamping informasi yang dipersyaratkan oleh pengungkapan yang bersifat wajib. Persoalan yang muncul selanjutnya adalah bagaimana mengukur kualitas pengungkapan informasi yang disajikan sementara pengungkapan adalah konsep teoretis yang sulit untuk diukur secara langsung (Marston dan Shrives, 1991).

2.1.2. Pengungkapan Akuntansi dan Karakteristik Perusahaan

Beberapa penelitian telah menguji secara empiris hubungan antara pengungkapan akuntansi dengan faktor-faktor lain yang secara efektif dipercaya dapat menjelaskan kualitas pengungkapan dengan menggunakan pendekatan metode, variabel dan asumsi yang berbeda-beda. Penelitian yang dilakukan Cerf (Susanto, 1993) menguji apakah sejumlah karakteristik perusahaan berhubungan dengan


(27)

luasnya pengungkapan. Setelah mengukur nilai indeks pengungkapan, Cerf kemudian menghubungkan hasil nilai indeks terhadap 3 karakteristik perusahaan yaitu :

ukuran asset, jumlah pemegang saham dan status listing. Dengan menggunakan

analisis rata-rata kelas, Cerf menemukan bahwa ketiga karakteristik perusahaan tersebut secara positif berhubungan dengan nilai indeks. Satu kelemahan utama studi tersebut adalah bahwa tingkat signifikansi hubungan tidak diuji secara statistik (Buzby, 1975). Analisis dengan menggunakan rata-rata kelas diterapkan dalam studi tersebut dengan menghindari pengujian statistik disebabkan masing-masing kelas tidak memiliki jumlah pengamatan yang sama dan rata-rata kelas dipengaruhi nilai-nilai ekstrim (Singhvi dan Desai, 1971).

Copeland dan Fredericks (1968) mengembangkan suatu model pengukuran mengenai luasnya pengungkapan dan mengaitkannya dengan tingkat materialitas. Sampel sejumlah 200 perusahaan pada NYSE dipilih dalam penelitian tersebut. Sejumlah kriteria untuk mengukur kecukupan pengungkapan dikembangkan berdasarkan pada annual report perusahaan yang dimasukkan sebagai sampel. Setiap

annual report dipelajari secara detail untuk menentukan apakah kriteria

pengungkapan telah terpenuhi. Pengujian dengan Korelasi Spearman digunakan untuk melihat hubungan antara tingkat materialitas dan pengungkapan. Hasil koefisien korelasi antara rangking pengungkapan dengan tingkat materialitas cenderung mendukung hipotesis bahwa terdapat hubungan positif antara materialitas dan pengungkapan meskipun angka yang diperoleh tidak signifikan.


(28)

Singhvi dan Desai (1971) menerapkan uji Chi_Square dan analisis regressi berganda stepwise untuk menguji karakteristik perusahaan yang berhubungan dengan kualitas pengungkapan. Sejumlah sampel yang terdiri dari 100 perusahaan yang listing dan 55 perusahaan yang tidak listing untuk tahun fiskal yang berakhir 1 April 1965 dan 31 Maret 1966 digunakan dalam penelitian tersebut. Annual report perusahaan yang listing dipilih secara acak dari 500 perusahaan industri terbesar di Amerika tahun 1965 versi majalah Fortune. Annual report perusahaan yang tidak listing dipilih dengan prosedur sampling sistematis terhadap 800 perusahaan yang laporannya diterbitkan di harian New York Times. Indeks pengungkapan dikembangkan berdasarkan 34 item informasi yang dianggap relevan dengan proses pengambilan keputusan.

Hasil analisis Chi-Square memperlihatkan hubungan yang signifikan antara 4

variabel independen dengan kualitas pengungkapan. Keempat variabel tersebut adalah ukuran asset, jumlah pemegang saham, tingkat pengembalian (rate of return) dan margin laba (earnings margin). Dengan menerapkan analisis regressi berganda dan memasukkan status listing dan ukuran kantor akuntan publik sebagai variabel independen diperoleh koefisien determinasi sebesar 0.43442 yang menunjukkan keenam variabel adalah signifikan dimana status listing adalah karakteristik paling penting untuk menjelaskan variabilitas dalam kualitas pengungkapan.

Studi yang dilakukan oleh Chow dan Wong-Boren (1987) menguji praktik pengungkapan sukarela perusahaan di Mexico dengan menghubungkan antara luasnya pengungkapan dengan ukuran perusahaan, rasio utang, dan proporsi


(29)

asset. Dengan menggunakan model pengujian regressi cross-sectional diperoleh

bukti bahwa luasnya pengungkapan secara signifikan berhubungan dengan ukuran perusahaan namun tidak berhubungan secara signifikan dengan rasio utang maupun proporsi asset.

Studi Raffournier (1995) menguji hubungan antara luasnya pengungkapan terhadap faktor-faktor yang memperlihatkan adanya biaya keagenan dan biaya politik. Dalam studi ini, indeks pengungkapan diukur menggunakan pedoman pasar modal Uni Eropa (EU: European Union) nomor 4 dan 7 dengan sampel sebanyak 161 annual report perusahaan tahun 1991 yang tercatat di Swiss Stock Exchange. Adapun variabel independen yang digunakan antara lain: ukuran perusahaan,

profitabilitas, ukuran kantor akuntan publik, penyebaran kepemilikan, rasio hutang, proporsi asset, jenis industri dan afiliasi internasional. Pengujian dengan

menggunakan analisis univariate dan analisis regressi diperoleh kesimpulan bahwa ukuran dan afiliasi internasional kantor akuntan memiliki peran penting dalam kebijakan pengungkapan perusahaan sementara itu perusahaan yang besar dan berafiliasi kepemilikan internasional cenderung mengungkapkan informasi lebih banyak dari perusahaan kecil domestik.

Cooke (1992) dalam penelitiannya mencoba menguji 3 karakteristik perusahaan yaitu : ukuran perusahaan, status listing dan jenis industri yang diduga dapat menjelaskan variasi dalam pengungkapan-pengungkapan perusahaan. Dengan menggunakan prosedur penarikan sampel acak sederhana dan Japan


(30)

sampel. Model regressi linier berganda digunakan dalam analisis data. Hasil analisis tersebut memperlihatkan adanya hubungan positif antara ukuran perusahaan dan status listing dengan kecukupan pengungkapan yang diukur dengan skor pengungkapan relatif.

Meek et al. (1995) menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan sukarela perusahaan multinasional di Amerika, Inggris dan wilayah Kontinental Eropa. Studi ini menghasilkan satu kesimpulan bahwa ukuran perusahaan,

wilayah/negara, status listing dan jenis industri adalah faktor-faktor yang

terpenting yang dapat menjelaskan pengungkapan sukarela.

Penelitian Bradbury (1992) memfokuskan pada pengungkapan sukarela data segmen yang mencari hubungan antara luasnya pengungkapan data segmen usaha yang dikuantifisir dengan karakteristik perusahaan. Studi Bradbury menemukan bahwa perluasan pengungkapan segmen secara signifikan berhubungan dengan

ukuran perusahaan dan rasio hutang (leverage) tetapi tidak berhubungan dengan

proporsi asset maupun informasi laba yang berubah-ubah.

Studi Alsaeed (2006) menguji hubungan antara sejumlah karakteristik perusahaan dengan 20 item pengungkapan sukarela dalam annual report 40 perusahaan go publik di Saudi Arabia tahun 2003. Karakteristik perusahaan yang diuji adalah ukuran perusahaan, rasio hutang, penyebaran kepemilikan, umur perusahaan, marjin laba, ROE, likuiditas, jenis industri dan ukuran kantor akuntan publik. Dengan menggunakan analisis regresi linier berganda ditemukan bahwa


(31)

variabel ukuran perusahaan secara signifikan berhubungan dengan luasnya pengungkapan sementara variabel lainnya tidak berhubungan secara signifikan.

Berdasarkan uraian di atas, karakteristik perusahaan yang mempengaruhi pengungkapan informasi sukarela dapat bervariasi diantara perusahaan. Ukuran sejauh mana pentingnya masing-masing item informasi yang diungkapkan umumnya diperoleh melalui interview ataupun questionnaire. Beberapa peneliti menerapkan metode pembobotan (weighted) kepada setiap item informasi sesuai dengan survey yang dilakukan terhadap para analis keuangan. Akan tetapi sebagian yang lain tidak menerapkan pembobotan terhadap masing-masing item informasi.

2.1.3. Pengukuran Indeks Pengungkapan Akuntansi

Sejak kurun 1960, studi mengenai pengungkapan akuntansi mulai mengalami peningkatan yang signifikan. Secara umum, terdapat 2 (dua) pendekatan berbeda yang digunakan dalam penelitian-penelitian yang berkaitan dengan pengungkapan akuntansi. Pendekatan pertama didasarkan pada pengiriman formulir questionnaire kepada sejumlah pengguna laporan keuangan untuk membuat peringkat terhadap item-item akuntansi tertentu dalam hubungannya dengan kebutuhan mereka terhadap proses pengambilan keputusan (buzby, 1974; Firth, 1978; Chandra, 1974).

Pendekatan kedua didasarkan pada hubungan antara indeks pengungkapan yang

diwajibkan, sukarela ataupun pengungkapan akuntansi secara total dengan karakteristik tertentu perusahaan.


(32)

Ada 2 (dua) metode yang digunakan untuk mengukur indeks pengungkapan,

metode yang pertama menggunakan indeks yang tidak diboboti (unweighted index)

atau menggunakan dichotomous score. Dalam metode ini perhitungan indeks pengungkapan dilakukan dengan memberikan nilai 1 untuk item yang diungkapkan sedangkan nilai 0 diberikan untuk item yang tidak diungkapkan sesuai dengan daftar item pengungkapan yang dibuat oleh peneliti. Metode yang kedua menggunakan skema atau indeks yang diboboti (weighted scheme/index). Penerapan metode indeks yang diboboti didasarkan pada penilaian subjektif para analis dan pengguna laporan keuangan yang disurvey atas item-item tertentu annual report yang diurutkan menurut urutan prioritasnya. Penelitian yang dilakukan Chow dan Wong–Boren (1987) menghasilkan suatu kesimpulan yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara penggunaan metode indeks yang diboboti (weighted index) maupun metode yang) tidak diboboti (unweighted index).

Sebahagian besar studi mengenai pengungkapan menggunakan pendekatan yang dirancang oleh Alan Cerf (Susanto, 1993). Studi yang dilakukan Cerf adalah penelitian yang pertama sekali dilakukan dalam mengukur tingkat pengungkapan dalam annual report. studi yang dilakukan Cerf telah mendorong para peneliti yang lain untuk lebih menyempurnakan pendekatan yang sudah dibuat pada waktu, situasi dan tempat/negara yang berbeda. Cerf telah mengembangkan model indeks pengungkapan dengan memanfaatkan informasi yang disajikan dalam annual report perusahaan, telaahan literatur mengenai bagaimana keputusan seharusnya dibuat, interview dengan analis pasar modal dan pengujian terhadap laporan para analis pasar


(33)

modal. Dalam studi Cerf tersebut pembobotan (weight) terhadap item-item pengungkapan dibuat berdasarkan urutan prioritas sesuai hasil interview dengan para analis pasar modal. Dari hasil pembobotan tersebut diperoleh 31 item indeks pengungkapan yang selanjutnya diterapkan pada sampel annual report. .

Singhvi dan Desai (1971) menguji kualitas informasi yang diungkapkan dalam annual report menggunakan 34 item indeks pengungkapan. Diantara 31 item indeks pengungkapan yang digunakan oleh Cerf, 28 diantaranya sama dengan yang digunakan dalam penelitian Singhvi dan Desai (Susanto, 1993). Interview dengan beberapa pakar dilakukan untuk mendiskusikan kelayakan item-item yang digunakan sebagai indeks pengungkapan. Selanjutnya indeks pengungkapan tersebut dijadikan sebagai model yang kira-kira mendekati ukuran kecukupan pengungkapan perusahaan. Dengan menggunakan indeks pengungkapan tersebut, tingkat pengungkapan dalam annual report selanjutnya dikuantifisir.

Buzby (1974, 1975) mengembangkan model Cerf yang diteliti oleh Singhvi dan Desai. 39 item informasi keuangan dan non keuangan yang muncul dalam annual

report dijadikan sebagai konstruk penelitian. Survey melalui questionnnaire dikirim

kepada para analis keuangan untuk menentukan urutan prioritas masing-masing item informasi yang menjadi konstruk tersebut. Buzby menerapkan pendekatan dichotomy yang telah dimodifikasi berdasarkan item yang sesuai dengan perusahaan. Jawaban dari survey digunakan untuk mengembangkan secara detail kriteria pengungkapan yang didasarkan pada setiap item yang telah diboboti. Kriteria pengungkapan tersebut


(34)

selanjutnya diterapkan terhadap 88 sampel annual report perusahaan kecil dan menengah.

Survey melalui questionnaire untuk menilai tingkat informasi dalam annual report juga dilakukan oleh Stanga (1976). Sejumlah questionnaire yang mengandung

79 item informasi dikrimkan secara acak kepada 800 analis keuangan terdaftar. 275 jawaban questionnaire (34,4 %) diterima. Dengan menggunakan skala numerik 5 langkah, responden diminta untuk menentukan tingkatan pentingnya masing-masing item dari mulai saat membuat keputusan untuk membeli, menjual atau menahan sejumlah kecil saham suatu perusahaan industri yang besar. Stanga menggunakan lembar penilaian 79 item pengungkapan untuk menilai 80 sampel annual report perusahaan besar di Amerika.

Studi yang dilakukan Chandra (1974) meneliti kecukupan pengungkapan perusahaan dalam annual report yang dipublikasikan dengan menguji apakah para pengguna laporan keuangan dapat menerima dengan baik nilai informasi yang terkandung dalam annual report. Instrumen pengujian dalam studi tersebut menggunakan 58 item questionnaire yang dikirim melalui surat kepada akuntan publik dan analis pasar modal. Chandra menemukan secara umum akuntan publik tidak menilai informasi keputusan investasi setinggi yang dilakukan para analis pasar modal, meskipun keduanya cenderung memiliki preferensi nilai yang sama dalam peran ganda mereka selaku yang menyiapkan maupun pengguna informasi. Hasil kesimpulan yang diperoleh memperlihatkan bahwa para analis pasar modal tidak


(35)

setuju dengan para akuntan dalam hal manfaat informasi yang dikembangkan berdasarkan prinsip akuntansi yang berterima umum.

Barrett (1977) meneliti apakah luasnya pengungkapan laporan keuangan dalam annual report perusahaan asing secara signifikan berbeda dari temuan penelitian terhadap annual report di Amerika. Studi Barrett memfokuskan pada

annual report perusahaan besar yang terdapat di 7 negara yaitu : Inggris, Jepang,

Swedia, Belanda, Jerman Barat, Francis dan Amerika Serikat. Sejumlah 15 Perusahaan di masing-masing negara dipilih sebagai sampel kecuali di Belanda hanya 13 perusahaan. Prosedur pemilihan perusahaan didasarkan pada tingkat kapitalisasi terbesar di masing-masing negara. Luas dan kualitas pengungkapan keuangan secara keseluruhan diukur berdasarkan referensi dari 17 kategori informasi yang disertakan dalam annual report perusahaan. Item-item yang dipilih dengan mengacu kepada studi yang dilakukan oleh Cerf, Singhvi dan Desai, dan Buzby. Barrett melaporkan tingginya variabilitas dalam jumlah dan kualitas pengungkapan diantara 17 item informasi individual dan juga diantara 7 negara yang diteliti.

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa studi empiris yang berkaitan dengan tingkat pengungkapan laporan keuangan disajikan dalam bentuk Tabel sebagai berikut:


(36)

Tabel 2.1 Ikhtisar Beberapa Penelitian Mengenai Pengungkapan

Peneliti

(Tahun) Judul Variabel Hasil

Singhvi dan Desai (1971)

An empirical Analysis of the Quality of Corporate Financial Disclusure Ukuran perusahaan, jumlah pemegang saham,status listing, ukuran KAP, ROR, marjin laba.

Pengungkapan perusahaan yang umumnya kurang terjadi pada perusahaan kecil, jumlah pemegang saham terbatas, bebas dari kewajiban pengungkapan, diaudit oleh KAP kecil dan membukukan laba yang kecil

Buzby, SL (1975)

Selected items of information and their disclosure in annual report's

Ukuran perusahaan Kecukupan pengungkapan secara positif berhubungan erat dengan ukuran perusahaan.

Barret (1977)

The extent of disclosure in annual report s of large companies in seven countries

Negara dan efisiensi pasar modal

Pengungkapan yang komprehensif bervariasi diantara sejumlah negara berkembang. Variasi tersebut disebabkan oleh tingkat efisiensi pasar modal di masing-masing negara berkembang tersebut.

Firth, M.A. (1979)

The impact of size, stock market listing, and auditors on voluntary disclosure in corporate annual reports

Ukuran perusahaan Perusahaan yang lebih besar cenderung mengungkapkan informasi lebih banyak karena mereka lebih mendapat pengawasan publik.


(37)

Lanjutan Tabel 2.1 Watts dan Zimmerman (1983) Agency problems, auditing and theory of the firm: some evidence

Penyebaran pemilik Penyebaran kepemilikan diantara para pemegang saham sejalan dengan meningkatnya biaya keagenan. Hasilnya, manajemen berasumsi pengungkapan informasi yang lebih banyak dapat menekan tinggi biaya keagenan. Chow dan Wong-Boren (1987) Voluntary Financial Disclosure by Mexican Corporations Ukuran perusahaan, proporsi asset dan rasio hutang

(leverage)

Studi menyimpulkan bahwa pengungkapan sukarela sangat bervariasi diantara 52 sampel perusahaan di Mexico dan perluasan pengungkapan secara positif hanya berhubungan dengan ukuran perusahaan.

Cooke, T.E. (1992)

The impact of size, stock market listing, and industry type on disclosure in the annual report's of Japanese listed corporations

Ukuran perusahaan, registrasi pasar modal asing, jenis industri

Studi memperlihatkan bahwa ukuran, sektor manufaktur dan yang listing di bursa saham asing menyebabkan perusahaan jepang mengungkapkan lebih banyak informasi.

Wallace et. al (1992) Firm specific determinants of the comprehensiveness of mandatory disclosure in the corporate annual report s of firms listed on the stock exchange of Hong Kong

Ukuran perusahaan, rasio hutang, laba, laba ditahan, likuiditas, ukuran KAP, jenis industri dan status listing.

Temuan menyimpulkan bahwa perusahaan besar cenderung menyediakan informasi yang lebih lengkap. Juga perusahaan yang terdaftar di bursa saham Madrid dan Valencia cenderung memberikan informasi yang lebih banyak.


(38)

Lanjutan Tabel 2.1 Susanto (1992) An Empirical investigation of corporate disclosure in annual reports of companies listed on the Jakarta Stock Exchange Basis perusahaan (asing, domestik), regulasi, tingkat restriksi, ROR, kepemilikan saham publik, ukuran KAP, Leverage.

Studi menyimpulkan bahwa basis perusahaan, ukuran perusahaan dan regulasi secara positif berkorelasi

terhadap tingkat pengungkapan sukarela. Wallace dan Naser (1995) Firm specific determinants of the comprehensiveness of mandatory disclosure in the corporate annual reports of firms listed on the stock exchange of Hong Kong

Ukuran perusahaan, rasio likuiditas hutang, marjin laba, laba ditahan,

likuiditas, ukuran KAP, penyebaran pemilik dan jenis industri.

Studi menyimpulkan bahwa indeks pengungkapan secara positif berkorelasi dengan ukuran perusahaan akan tetapi secara negatif dengan laba dan ukuran KAP.

Raffournier (1995) The Determinants of voluntary financial disclosure by Swiss listed companies Ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran KAP, penyebaran kepemilikan, rasio hutang, proporsi aktiva tetap, jenis industri dan ukuran KAP

Pengungkapan informasi secara positif berhubungan dengan ukuran perusahaan dan afiliasi internasional.

Mahmood, A (1999)

The impact of market

characteristics on the

comprehensiveness of disclosure in financial reports: an empirical study

Jenis industri, ukuran KAP, jenis hukum komersil, status listing

Pengungkapan berbeda dalam hubungan dengan jenis industri, ukuran KAP, status listing dan aturan hukum yang berlaku.


(39)

Lanjutan Tabel 2.1 Naser et.al.

(2002)

Empirical evidence on the depth of corporate information disclosure in developing

countries: the case of Jordan

Jumlah pemegang saham, ukuran KAP, ROE, likuiditas, marjin laba, ukuran perusahaan, jenis industri, kepemilikan saham (arab atau asing).

Ukuran perusahaan, rasio hutang, marjin laba, ukuran KAP secara positif berhubungan dengan tingkat kedalaman pengungkapan sementara likuiditas secara negatif berhubungan. Naser dan Nuseibah (2003) Quality of financial reporting: evidence from listed Saudi nonfinancial companies Jenis informasi (wajib dan sukarela) dan pengaruh pembentukan institusi akuntan publik Saudi Hasil analisis mengindikasikan bahwa

hampir seluruh perusahaan di Saudi telah mengikuti

aturan minimum pengungkapan akan tetapi

kurang memberi perhatian

terhadap penyajian informasi sukarela. Alsaeed (2006) The Association between firm-specific characteristics and disclosure: the case of Saudi Arabia Ukuran perusahaan, rasio hutang, penyebaran kepemilikan, umur perusahaan, marjin laba, ROE, tingkat likuiditas, jenis industri dan ukuran KAP

Hasil analisis mengindikasikan bahwa

perusahaan besar cenderung menyajikan informasi sukarela lebih banyak dari perusahaan kecil. Variabel selain ukuran perusahaan

pengaruhnya tidak signifikan.


(40)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konseptual

Perusahaan, terutama yang sahamnya telah diperjualbelikan kepada publik semakin dituntut untuk dapat menyajikan informasi baik yang bersifat keuangan maupun non keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan atas informasi yang dimiliki perusahaan tersebut. Manfaat informasi bagi penggunanya adalah dalam rangka pengambilan keputusan yang tepat dan akurat. Semakin baik kualitas maupun kuantitas informasi yang disampaikan oleh perusahaan maka semakin akurat ekspektasi para analisis maupun investor terhadap pasar sehingga keputusan investasi yang diambil tidak keliru.

Faktor penting yang diduga mempengaruhi kualitas pengungkapan informasi adalah karakteristik suatu perusahaan. Karakteristik perusahaan adalah ciri spesifik perusahaan yang dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Dari sudut pandang struktur perusahaan maka karakteristik perusahaan dapat dilihat dari ukuran perusahaan, rasio hutang, penyebaran kepemilikan dan usia perusahaan. Dari sisi kinerja perusahaan dapat dilihat pada kemampulabaan serta likuiditas perusahaan sedangkan dari sisi market perusahaan dapat dilihat dari bidang industri ataupun ukuran kantor akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan suatu perusahaan.


(41)

Apabila kondisi suatu perusahaan semakin baik (struktur, kinerja maupun pasar) maka dipercaya akan semakin baik pula kualitas dan kuantitas informasi yang disajikan kepada pengguna laporan keuangan.

Berdasarkan uraian di atas, maka gambar kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1.

Ukuran Kantor Akuntan Publik (X8)

Return On Equity (ROE) (X6)

Marjin laba (X5)

Umur Perusahaan (X4)

Penyebaran kepemilikan (X3)

Rasio Hutang (Leverage) (X2)

Ukuran Perusahaan (X1)

Likuiditas (X7)

Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan atau Pengungkapan

Sukarela (Y)

Karakteristik spesifik perusahaan (Xi):


(42)

Penjelasan dari gambar kerangka konseptual di atas adalah bahwa karakteristik spesifik perusahaan yang diproksikan lewat ukuran perusahaan, rasio hutang, penyebaran kepemilikan, umur perusahaan, marjin laba, return on equity dan ukuran kantor akuntan publik berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan atau pengungkapan sukarela.

3.2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian. Berdasarkan teori dan kerangka konseptual yang dibuat di atas, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut:

Karakteristik spesifik perusahaan yang diproksikan dengan ukuran perusahaan, rasio hutang, penyebaran kepemilikan, umur perusahaan, marjin laba,

return on equity, likuiditas dan ukuran kantor akuntan publik berpengaruh secara

simultan dan parsial terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan real estate dan properti publik di Bursa Efek Indonesia.


(43)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, maka penelitian ini adalah penelitian kausalitas yang bertujuan untuk menguji hipotesis mengenai pengaruh karakteristik spesifik perusahaan yang diproksikan dengan variabel-variabel ukuran perusahaan, rasio hutang, penyebaran kepemilikan, umur perusahaan, marjin laba, return on equity, likuiditas dan ukuran kantor akuntan publik sebagai variabel independen terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan sebagai variabel dependen.

4.2. Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini sebanyak 38 perusahaan real estate dan properti yang terdaftar (listing) dan telah go publik di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel dalam penelitian ini adalah 18 perusahaan selama dua tahun yaitu tahun 2005 dan 2006, sehingga jumlah amatan sebanyak 36 perusahaan. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan menggunakan panel data. Kriteria pengambilan sampel adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan tahunan yang diaudit dan annual

report dan dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk tahun 2005 dan

2006.


(44)

2. Memiliki laba dan saldo ekuitas positif tiga tahun berturut-turut: tahun 2004, 2005 dan 2006, karena jika mempunyai saldo ekuitas negatif maka ada variabel penelitian yang tidak dapat dihitung dan menjadi missing data.

4.3.Variabel Penelitian 4.3.1. Klasifikasi Variabel

Sesuai dengan kerangka konseptual dalam penelitian ini, klasifikasi variabel penelitiannya adalah sebagai berikut :

1. Variabel dependen adalah Indeks Pengungkapan (Y). Indeks Pengungkapan

adalah variabel yang menjadi ukuran dari Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan yang nilainya diperoleh dari annual report.

2. Variabel independen adalah karakteristik spesifik perusahaan yang diproksikan

dalam variabel-variabel ukuran perusahaan, rasio hutang, penyebaran kepemilikan, umur perusahaan, marjin laba, return on equity, likuiditas dan ukuran kantor akuntan publik.

4.3.2. Definisi Operasional Variabel 4.3.2.1.Variabel dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah indeks pengungkapan. Tingkat pengungkapan laporan keuangan atau pengungkapan sukarela adalah suatu konsep

abstrak yang tidak dapat diukur secara langsung sehingga penggunaan indeks pengungkapan dalam penelitian ini adalah salah satu cara yang dapat digunakan


(45)

untuk mengukur tingkat pengungkapan informasi yang disajikan oleh perusahaan (Alsaeed, 2006).

Untuk mengukur indeks pengungkapan digunakan metode yang tidak diboboti (unweighted index/score). Dalam mengukur indeks pengungkapan, isi annual report masing-masing perusahaan akan dibandingkan dengan 20 item pengungkapan sukarela yang terdapat dalam lampiran 1. Untuk item yang diungkapkan sesuai daftar item pengungkapan sukarela akan diberi nilai 1, sedangkan untuk item yang tidak diungkapkan diberi nilai 0. Indeks pengungkapan tiap perusahaan adalah jumlah keseluruhan item yang diungkapkan masing-masing perusahaan dibagi dengan jumlah maksimum (20 item) pengungkapan (Alsaeed, 2006).

Indeks pengungkapan = n/20, dimana n adalah jumlah item yang diungkapkan.

4.3.2.2.Variabel independen

Variabel independen dalam penelitian ini yakni karakteristik perusahaan yang diproksikan dalam variabel-variabel sebagai berikut :

1. Ukuran perusahaan

Ukuran (size) perusahaan adalah ukuran besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat dilihat dari total asset (Alsaeed, 2006). Untuk menghitung ukuran perusahaan adalah dengan cara sebagai berikut:


(46)

2. Tingkat Rasio Hutang

Rasio hutang adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar proporsi kewajiban terhadap ekuitas atau total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Untuk menghitung rasio hutang adalah dengan cara sebagai berikut:

Rasio Hutang =

Aktiva Total

kewajiban Total

3. Penyebaran kepemilikan

Penyebaran kepemilikan adalah jumlah saham perusahaan yang dimiliki oleh pemegang saham individu. Untuk menghitung tingkat penyebaran kepemilikan adalah sebagai berikut :

Tingkat penyebaran kepemilikan = jumlah saham yang dimiliki individu. 4. Umur perusahaan

Umur perusahaan adalah jumlah usia perusahaan sejak dari mulai berdiri sampai dengan tahun pengamatan (2005 dan 2006). Untuk menghitung umur perusahaan adalah sebagai berikut :

Umur perusahaan = umur perusahaan dari awal berdiri 5. Marjin Laba (Profit Margin)

Marjin laba (profit margin) adalah ukuran efisiensi perusahaan dalam

menggunakan sumberdaya perusahaan. Untuk menghitung marjin laba adalah sebagai berikut :

marjin laba =

bersih penjualan

bersih laba


(47)

6. Return On Equity (ROE)

Return on Equity (ROE) adalah ukuran kemampuan perusahaan menghasilkan

laba yang tinggi. Untuk menghitung marjin laba dan tingkat pengembalian modal adalah sebagai berikut :

Return on equity =

tahun akhir saham buku

nilai

bersih laba

7. Likuiditas

Tingkat likuiditas mengacu kepada kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dalam penelitian ini, untuk menghitung tingkat likuiditas perusahaan adalah sebagai berikut :

Tingkat likuiditas =

lancar kewajiban

lancar Aktiva

8. Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP)

Ukuran kantor akuntan publik (KAP) secara umum dapat dipilah menjadi 2 kelompok yaitu yang masuk dalam kategori kantor akuntan publik besar atau lebih dikenal sebagai “The Big 4” dan kantor akuntan publik kecil. Kantor akuntan publik

yang masuk kategori besar dalam penelitian ini termasuk kantor akuntan lokal yang berafiliasi dengan kantor akuntan yang masuk kategori “The Big 4”. Untuk ukuran

kantor akuntan publik diukur sebagai berikut :

Ukuran KAP = 1; jika KAP merupakan afiliasi KAP ”The Big4” Ukuran KAP = 0; jika KAP bukan merupakan afiliasi KAP ”The Big4”


(48)

Ringkasan variabel dan definisi operasionalnya dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 4.1. Variabel penelitian dan definisi operasional No Variable Definisi Indikator

1 Indeks pengungkapan (Y)

Indeks pengungkapan adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat pengungkapan informasi yang disajikan oleh perusahaan (Alsaeed, 2006). Pengukuran indeks pengungkapan menggunakan metode yang tidak diboboti

(unweighted).

n =

20 =

indeks pengungkapan = n/20;

dimana :

jumlah informasi yang diungkapkan sesuai daftar item pengungkapan;

konstanta; jumlah total item pengungkapan.

2 Ukuran perusahaan (X1) Ukuran (size) perusahaan adalah ukuran besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat dilihat dari total asset (Alsaeed, 2006)

Ukuran perusahaan = log (total aktiva)

3 Rasio hutang (X2)

Rasio hutang adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar proporsi kewajiban terhadap ekuitas atau total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan

Rasio hutang =

4 Penyebaran kepemilikan (X3) Penyebaran kepemilikan adalah jumlah saham perusahaan yang dimiliki oleh pemegang saham individu.

Penyebaran jumlah saham

kepemilikan yang dimiliki individu

total kewajiban --- total aktiva


(49)

Lanjutan Tabel 4.1 5 Umur perusahaan (X4) Umur perusahaan adalah jumlah usia perusahaan sejak dari mulai berdiri sampai dengan tahun pengamatan (2005).

Umur perusahaan = log ( umur perusahaan)

6 Marjin laba (X5)

Marjin laba (profit margin) adalah ukuran efisiensi perusahaan dalam menggunakan sumberdaya perusahaan.

marjin laba =

7 Return on equity (X6)

Return on Equity (ROE) adalah ukuran

kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi. ROE = 8 Likuiditas (X7) Tingkat likuiditas mengacu kepada kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Tingkat likuiditas =

9 Ukuran KAP (X8)

Ukuran kantor akuntan publik (KAP) secara umum dapat dipilah menjadi 2 kelompok; afiliasi kantor akuntan publik besar atau “The Big 4” dan kantor akuntan publik kecil.

Ukuran KAP :

= 1 ; jika afiliasi KAP "The Big4" = 0; jika bukan afiliasi KAP "The Big4"

Laba bersih

--- penjualan bersih

Laba bersih

--- nilai buku saham akhir tahun

aktiva lancar --- kewajiban lancar

Sumber : Hasil penelitian (data diolah)

4.4.Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pemilihan Bursa Efek Indonesia sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan bahwa Bursa


(50)

Efek Indonesia merupakan bursa efek yang terbesar di Indonesia dan setiap perusahaan yang telah terdaftar di BEI tersebut diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit dan annual report .

4.5.Prosedur Pengambilan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Untuk data indeks pengungkapan diambil dari annual report tahun 2005 dan 2006 perusahaan

real estate dan properti yang terdapat di Bursa Efek Indonesia sedangkan data karakteristik spesifik (ukuran perusahaan, rasio hutang, penyebaran kepemilikan, umur perusahaan, marjin laba, return on equity, likuiditas dan ukuran kantor akuntan

publik) diambil dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2005 dan

2006.

4.6.Model dan Teknik Analisis Data 4.6.1. Model Penelitian

Alat analisis yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah regresi berganda. Dalam persamaan regresi, model penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

e X b X b X b X b X b X b X b X b b

Y = 0 + 1 1+ 2 2 + 3 3+ 4 4 + 5 5 + 6 6 + 7 7 + 8 8 +

dimana :

Y = Indeks Pengungkapan,

b0 = konstanta,

X1 = ukuran perusahaan (dalam jutaan rupiah),

X2 = tingkat rasio utang,


(51)

X4 = umur perusahaan,

X5 = marjin laba,

X6 = ROE

X7 = tingkat likuiditas

X8 = ukuran kantor akuntan publik

e = Error.

4.6.2. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian yang menggunakan model regresi linear, sebelum dilakukan pengujian hipotesis beberapa asumsi yang mendasari model tersebut perlu diuji untuk menentukan apakah model tersebut sesuai untuk diterapkan. Dalam penelitian ini, teknik analisis data menggunakan uji asumsi klasik dan uji hipotesis. Sebelum pengujian hipotesis, uji asumsi klasik harus dilakukan agar model regresi dapat memberikan hasil yang robust (tidak bias). Untuk membantu mengolah data

digunakan perangkat pengolah data statistik seperti SPSS. Adapun langkah-langkah pengujian statistik dapat dijabarkan sebagai berikut :

4.6.2.1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah variabel dependen maupun variabel independen memiliki distribusi yang normal atau tidak. Suatu model regresi yang baik apabila datanya memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Untuk menguji normalitas data digunakan uji Kolmogorov-Smirnov (Susanto, 1992). Aturan


(52)

nilai asymptotic significance (kolom Asymp. Sig.) lebih besar dari 5% (tingkat

signifikansi) maka distribusi adalah normal. b. Uji Multikolinearitas

Pengujian multikolinearitas dipergunakan untuk menguji hubungan antar sesama variabel independen. Model regresi yang baik apabila tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Adanya multikolinieritas menyebabkan penafsiran koefisien regresi menjadi tidak robust. Menurut Ghozali (2007), untuk mendeteksi

adanya multikolinearitas dapat dilakukan dengan menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas. Jika diantara variabel-variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 90%) maka hal itu mengindikasikan adanya mulikolinearitas. Selain itu cara lain untuk mendeteksi multikolinearitas dapat dilihat dari 2 hal yaitu: (1) nilai tolerance dan lawannya, serta (2) besaran Variance Inflation Factor (VIF).

Pedoman suatu model regresi bebas multikolinearitas adalah mempunyai nilai VIF disekitar angka 1 dan mempunyai nilai Tolerance mendekati 1.

Untuk menguji multikolinearitas dengan SPSS, model penelitian diregresikan dengan mengaktifkan pilihan covariance matrix dan collinearity diagnostic.

Berdasarkan output SPSS, aturan keputusan uji multikolinearitas berdasarkan matrik

korelasi adalah apabila nilai korelasi antar variabel independen kurang dari 90%

maka tidak ada multikolinearitas. Cara lain adalah: (1) dengan melihat nilai tolerance

masing-masing variabel independen, apabila nilai tolerance lebih besar dari 10%

maka tidak ada multikolinearitas, (2) dengan melihat nilai VIF masing-masing variabel independen, jika kurang dari 10 maka tidak ada multikolinearitas.


(53)

c. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan situasi dimana dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Model regresi yang baik apabila tidak terjadi heteroskedastisitas. Menurut Ghozali (2007) salah satu cara untuk mendeteksi heteroskedastisitas dapat dilihat dari grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Analisisnya, jika tidak ada pola yang jelas serta titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara lain untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dilakukan dengan uji Glejser. Menurut Gujarati (Ghozali, 2007)

Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel bebas. Aturan keputusan uji Glejser adalah apabila variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen (nilai absolut residual = AbsUt) maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Dengan bantuan output SPSS, aturan keputusan uji Glejser adalah apabila nilai signifikansi masing-masing variabel dependen di atas tingkat kepercayaan 5% maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Tujuan uji autokorelasi adalah untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Untuk mengetahui adanya autokorelasi dapat dideteksi dengan menggunakan Durbin-Watson d statistic (DW). Sebagai pedoman, regresi


(54)

Ghozali (2007) aturan keputusan Durbin-Watson (DW) adalah apabila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du) maka koefisien

autokorelasi = 0, atau tidak terdapat autokorelasi pada model regresi.

Apabila hasil pengujian asumsi klasik model penelitian tidak memenuhi syarat maka perlu dilakukan transformasi data untuk mengeliminasi penyebab timbulnya masalah.

4.6.2.2. Uji Hipotesis

Setelah pengujian asumsi klasik memberikan hasil yang memenuhi syarat untuk dilakukan langkah pengujian selanjutnya, maka pada tahapan berikutnya dilakukan uji hipotesis. Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda yang akan dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Uji statistik F atau Analysis of Variance (ANOVA)

Uji statistik F atau uji F adalah pengujian statistik yang digunakan untuk

menguji pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen.

Hipotesis 1:

H0: β = 0 ; (ukuran perusahaan, rasio hutang, penyebaran kepemilikan, umur

perusahaan, marjin laba, return on equity, likuiditas dan ukuran

kantor akuntan publik tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan).

H1: β > 0 ; (ukuran perusahaan, rasio hutang, penyebaran kepemilikan, umur


(55)

kantor akuntan publik berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan).

Dengan menggunakan SPSS dan tingkat signifikansi 5%, aturan keputusan dalam uji F adalah :

Keputusan :

1. Jika probabilitas atau signifikansi (kolom Sig.) > 5% maka H0 diterima

dan,

2. Jika probabilitas atau signifikansi (kolom Sig.) < 5% maka H0 ditolak.

Kesimpulan dari pengujian hipotesis 1 adalah jika signifikansi hasil perhitungan uji F lebih besar dari 5% maka: ukuran perusahaan, rasio hutang, penyebaran kepemilikan, umur perusahaan, marjin laba, return on equity,

likuiditas dan ukuran kantor akuntan publik secara simultan tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan, sebaliknya jika lebih kecil dari 5% maka: ukuran perusahaan, rasio hutang, penyebaran kepemilikan, umur perusahaan, marjin laba, return on equity, likuiditas dan ukuran kantor akuntan

publik secara simultan berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan.

Koefisien determinasi (R2) digunakan sebagai salah satu kriteria untuk memilih

model yang tepat. Penggunaan koefisien determinasi adalah untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Koefisien determinasi (R2) mengandung kelemahan mendasar yaitu


(56)

Untuk mengatasi masalah pemilihan model regresi terbaik penggunaan nilai

Adjusted R2 digunakan untuk mengatasi kelemahan R2. Dengan demikian nilai

Adjusted R2 dijadikan sebagai ukuran sejauhmana kemampuan model

menjelaskan variasi variabel dependen. b. Uji statistik t

Uji statistik t atau uji t adalah pengujian statistik yang digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen (uji parsial).


(57)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Karakteristik responden

Pengujian statistik dilakukan terhadap perusahaan real estate dan properti publik selama periode 2005 dan 2006. Sampel yang dipilih adalah perusahaan yang memiliki laba dan saldo ekuitas positif untuk tahun 2004, 2005 dan 2006. Sampel dalam penelitian ini adalah 18 perusahaan selama dua tahun yaitu tahun 2005 dan 2006, sehingga jumlah amatan sebanyak 36 perusahaan.

Tabel 5.1 Daftar Sampel Perusahaan Dan Jumlah Observasi

Kode Company Tahun

Observasi

Jumlah Observasi

CTRS Ciputra Surya Tbk 2005/2006 2 DUTI Duta Pertiwi Tbk 2005/2006 2 ELTY Bakrieland Development Tbk 2005/2006 2 GMTD Gowa Makasar Tourism Dev. Tbk 2005/2006 2 JAKA Jaka Inti Realtindo Tbk 2005/2006 2 JRPT Jaya Real Property Tbk 2005/2006 2 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk 2005/2006 2 LAMI Lamicitra Nusantara Tbk 2005/2006 2 LPCK Lippo Cikarang Tbk 2005/2006 2 LPKR Lippo Karawaci Tbk 2005/2006 2 MAMI Mas Murni Indonesia Tbk 2005/2006 2 MTSM Metro Supermarket Realty Tbk 2005/2006 2 PJAA Pembangunan Jaya Ancol Tbk 2005/2006 2 PNSE Pudjiadi & Son Estate Tbk 2005/2006 2 PUDP Pudjiadi Prestige Limited Tbk 2005/2006 2 SIIP Suryainti Permata Tbk 2005/2006 2 SMRA Summarecon Agung Tbk 2005/2006 2 SSIA Surya Semesta Internusa Tbk 2005/2006 2

Total Sampel 36

Sumber : Hasil penelitian (data diolah)


(58)

Sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini sebagaimana pada Tabel 5.1. Untuk membantu pengolahan data digunakan perangkat lunak SPSS ver. 16.0.

5.1.2. Statistik deskriptif

Statistik deskriptif untuk variabel dependen disajikan pada lampiran 2 yang meliputi mean dan standar deviasi untuk 20 item pengungkapan sukarela. Total annual report yang diuji adalah sebanyak 36 laporan.

Tabel 5.2 berikut menyajikan urutan item informasi yang diungkapkan dari yang terbesar sampai dengan yang terkecil. Ada 5 item informasi yang diungkapkan oleh paling sedikit 80% perusahaan responden yaitu : Information statistics for more than two years (n=36 atau 100%), Board of directors’ names (n=36 atau 100%), Top management’s names (n=36 atau 100%), Information on events affecting current year’s results (n=32 atau 88,89%), dan Majority shareholders (n=32 atau 88,89%).

Berdasarkan data di atas, manajemen menaruh perhatian yang sangat besar terhadap pengungkapan informasi mengenai fungsi pengelolaan perusahaan kepada kepada investor. Dengan melihat data personal manajemen, pemegang saham terbesar serta perkembangan kinerja dan keuangan perusahaan akan memberikan informasi yang berharga kepada investor dalam mengambil keputusan investasi.

Memperhatikan urutan terbalik tabel 5.2 maka ada 6 item informasi yang diungkapkan kurang dari 20% yaitu Principle markets (n=3 atau 8,33%), Competitive environment (n=2 atau 5,56%), Percentage of foreign and national labor force (n=2


(59)

atau 5,56%), Average compensation per employee (n=0 atau 0,00%), Market share

(n=0 atau 0,00%), Forecasted profits (n=0 atau 0,00%). Berdasarkan data di atas,

manajemen kurang menaruh perhatian terhadap pengungkapan informasi mengenai kondisi pasar dan persaingan yang dihadapi oleh perusahaan serta tingkat kesejahteraan karyawan perusahaan kepada investor.

Tabel 5.2. Item Informasi Yang Paling Banyak Diungkapkan Berdasarkan Sampel

Item informasi Mean Std.

Deviation

Information statistics for more than two years 1,0000 0,0000 Board of directors’ names 1,0000 0,0000 Top management’s names 1,0000 0,0000 Information on events affecting current year’s

results 0,8889 0,3187

Majority shareholders 0,8889 0,3187

Corporate strategy 0,7500 0,4392

Brief history of company 0,7222 0,4543 Information on different types of products 0,6389 0,4871 Information on future expansion projects 0,5556 0,5040 Statement of corporate goals or objectives 0,5278 0,5063 Information on social and environmental activities 0,5278 0,5063 Information on events affecting future year’s results 0,4444 0,5040 Information on training and workers development 0,4444 0,5040 Information on dividends policy 0,3889 0,4944

Principle markets 0,0833 0,2803

Competitive environment 0,0556 0,2323 Percentage of foreign and national labor force 0,0000 0,0000 Average compensation per employee 0,0000 0,0000

Market share 0,0000 0,0000

Forecasted profits 0,0000 0,0000

Sumber : Hasil penelitian (data diolah)

Tabel 5.3 berikut memperlihatkan perusahaan yang menyajikan informasi sukarela tertinggi. Ada lima perusahaan menyajikan sedikitnya 13 item dari total 20 item pengungkapan sukarela (sama dengan atau lebih besar dari 65%).


(60)

Tabel 5.3 Perusahaan Dengan Pengungkapan Sukarela Terbanyak

Uraian Kode Tahun Jumlah

Pengungkapan

%tase Pengungkapan

Surya Semesta Internusa Tbk SSIA 2006 14 70,00 Jaya Real Property Tbk JRPT 2006 13 65,00 Lippo Karawaci Tbk LPKR 2006 13 65,00 Jaya Real Property Tbk JRPT 2005 13 65,00 Lippo Karawaci Tbk LPKR 2005 13 65,00 Sumber : Hasil penelitian (data diolah)

Tabel 5.4 berikut memperlihatkan perusahaan yang menyajikan informasi sukarela terendah. Ada 4 perusahaan yang menyajikan paling banyak 5 item dari total 20 item pengungkapan sukarela (sama dengan atau kurang dari 25%).

Tabel 5.4 Perusahaan Dengan Pengungkapan Sukarela Terendah

Uraian Kode Tahun Jumlah

pengungkapan

%tase pengungkapan

Jaka Inti Realtindo Tbk JAKA 2006 5 25,00 Gowa Makasar Tourism Tbk GMTD 2005 5 25,00 Jaka Inti Realtindo Tbk JAKA 2005 5 25,00 Lamicitra Nusantara Tbk LAMI 2005 5 25,00 Sumber : Hasil penelitian (data diolah)

Statistik Deskriptif untuk variabel dependen dan independen meliputi mean, maksimun, minimum dan standar deviasi. Hasil pengolahan statistik deskriptif dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Berdasarkan Tabel 5.5, tingkat pengungkapan sukarela (variabel dependen) bervariasi dari 25% (5 dari total 20 item pengungkapan) sampai dengan 70 % (13 dari 20 item pengungkapan) dengan rata-rata sebesar 49,58% dan deviasi standar 13,44%. Ukuran perusahaan (X1) yang diukur dari total aktiva (dalam jutaan rupiah)


(61)

bervariasi dari Rp 96.959 sampai dengan Rp 8,485,854 dengan rata-rata sebesar Rp 1.552.298,17 dan deviasi standar sebesar Rp 1.821.779,12. Rasio hutang (X2) yang menunjukkan perbandingan antara total kewajiban dengan total aktiva bervariasi dari 2,26% sampai dengan 71,79% dengan rata-rata 40,40% dan deviasi standar sebesar 20,63%. Penyebaran kepemilikan (X3) yang diukur dari persentase jumlah saham yang dimiliki individu bervariasi dari 7,12% sampai dengan 87,89% dengan rata-rata 40,40% dan deviasi standar sebesar 20,87%. Umur perusahaan (X4) yang diukur dari umur perusahaan sejak pertama berdiri bervariasi dari 12,92 tahun sampai dengan 36,45 tahun dengan rata-rata 22,92 tahun dan deviasi standar sebesar 8,16 tahun. Marjin Laba (X5) yang menunjukkan perbandingan antara total kewajiban dengan total aktiva bervariasi dari 0,66% sampai dengan 50,49% dengan rata-rata 15,81% dan deviasi standar sebesar 11,41%. ROE (X6) yang diukur dari perbandingan antara laba bersih dengan nilai buku saham akhir tahun bervariasi dari 0,15% sampai dengan 19,27% dengan rata-rata 7,65% dan deviasi standar sebesar 6,00%. Likuiditas (X7) yang diukur dari perbandingan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar bervariasi dari 26,18% sampai dengan 604,49% dengan rata-rata 177,58% dan deviasi standar sebesar 119,21%. Ukuran KAP (X8) sebagai variabel dummy untuk membedakan perusahaan yang diaudit oleh KAP yang berafiliasi dengan KAP the Big 4 dan yang tidak diuadit oleh KAP the Big 4 dengan rata-rata


(62)

Tabel 5.5 Statistik Deskriptif Variabel Dependen dan Independen

Variabel Notasi N Mean Minimum Maximum Std. Deviation

D_INDEX Y 36 0,4958 0,25 0,70 0,1344

SIZE X1 36 1.552.298,17 96.959 8.485.854 1.821.779,12

DEBT X2 36 0,4040 0,0226 0,7179 0,2063

OWN_DISP X3 36 0,3411 0,0712 0,8759 0,2087

AGE X4 36 22,9194 12,9200 36,4500 8,1622

P_MARGIN X5 36 0,1581 0,0066 0,5049 0,1141

ROE X6 36 0,0765 0,0015 0,1927 0,0600

LIQUID X7 36 1,7758 0,2618 6,0449 1,1921

PUB_ACC X8 36 0,17 0 1 0,378

Sumber : Hasil penelitian (data diolah)

5.1.3. Uji Asumsi Klasik Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (KS). Pada pengujian ini, nilai unstandardized residual yang diperoleh dari hasil

regresi persamaan model penelitian diuji dengan uji nonparametric

Kolmogorov-Smirnov. Hasil pengujian pada Tabel 5.6 memperlihatkan nilai Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,536 dan nilai asymptotic significance (Asymp. Sig.) uji dua sisi sebesar

0,936 atau lebih besar dari 5% sehingga dapat dikatakan bahwa asumsi normalitas terpenuhi.

Tabel 5.6 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov

Normal Parameters Most Extreme Differences N

Mean

Std.

Deviation Absolute Positive

Negativ e Kolmogorov -Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Unstandardized


(63)

Sumber : Hasil penelitian (data diolah)

Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan dengan menganalisis matrik korelasi antar variabel independen (bebas). Jika korelasi antar variabel kurang dari 0,90 maka tidak terjadi multikolinearitas. Berdasarkan tabel 5.7 matrik korelasi variabel penelitian terlihat bahwa tidak ada korelasi antar variabel yang sama atau lebih besar dari 0,90 berarti tidak terdapat multikolinearitas antar variabel independen (bebas).

Adapun cara lain untuk uji multikolinearitas adalah dengan menghitung nilai variance inflation factor (VIF) dari tiap-tiap variabel independen. Nilai VIF kurang dari 10 menunjukkan bahwa korelasi antar variabel independen masih bisa ditolerir (Ghozali, 2007). Berdasarkan hasil analisis, tidak ada variabel independen dalam penelitian ini yang memiliki nilai variance inflation factor (VIF) lebih dari 10. Nilai

VIF variabel independen berkisar antara 1,314 sampai dengan 3,775. Dengan demikian, hasil analisis menunjukkan tidak adanya masalah multikolinearitas atau asumsi tidak terjadinya multikolinearitas terpenuhi. Nilai VIF dari tiap-tiap variabel independen bisa dilihat di Tabel 5.7 berikut.

Tabel 5.7 Matrik Korelasi Variabel Penelitian Dan Vif Variabel X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 VIF

SIZE (X1) 1,00 1,314

DEBT (X2) -0,277 1,00 2,482

OWN_DISP (X3) -0,328 0,185 1,00 1,276

AGE (X4) 0,006 0,215 -0,1 1,00 1,448

P_MARGIN (X5) 0,001 0,576 -0,067 0,201 1,00 3,518


(64)

LIQUID (X7) 0,006 0,244 -0,14 0,349 -0,206 0,45 1,00 1,966

PUB_ACC (X8) 0,169 0,118 -0,063 -0,233 0,446 -0,704 -0,261 2,127

Sumber : Hasil penelitian (data diolah)

Berdasarkan Tabel 5.7 di atas, variabel Ukuran perusahaan (X1) memiliki nilai VIF sebesar 1,314, Rasio Hutang (X2) memiliki nilai VIF sebesar 2,482, Penyebaran kepemilikan (X3) memiliki nilai VIF sebesar 1,276, Umur (X4) memiliki nilai VIF sebesar 1,448, Profit margin (X5) memiliki nilai VIF sebesar 3,518, ROE (X6)

memiliki nilai VIF sebesar 3,775, Likuiditas (X7) memiliki nilai VIF sebesar 1,966 dan Ukuran Kantor Akuntan Publik (X8) memiliki nilai VIF 2,127.

Uji Heteroskedastisitas

Uji heroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Glejser. Dalam uji Glejser, nilai absolut residual diregresikan pada tiap-tiap variabel independen. Masalah heteroskedastisitas terjadi jika ada variabel yang secara statistik signifikan. Hasil uji heteroskedastisitas menunjukkan bahwa semua variabel independen memiliki probabilitas signifikansi lebih besar dari 0,05 dengan demikian tidak ada satupun variabel independen yang mengalami masalah heteroskedastisitas atau asumsi tidak terjadinya heteroskedastisitas terpenuhi. Hasil dari uji heteroskedastisitas bisa dilihat pada Table 5.8.

Variabel Ukuran perusahaan (X1) memiliki nilai probabilitas signifikansi

sebesar 0,807, Rasio hutang (X2) memiliki nilai probabilitas signifikansi sebesar

0,354, Penyebaran kepemilikan (X3) memiliki nilai probabilitas signifikansi sebesar

0,665, Umur (X4) memiliki nilai probabilitas signifikansi sebesar 0,597, Profit


(1)

83

C Ciputra Sury 5 2 0

2 DUTI Duta Pertiwi Tbk 1 0.4500 4518811 0.5403 0.1435 34.03 0.0662 0.0442 0.9779 0 3 ELTY Bakrieland Development Tbk 1 0.6000 2395677 0.4326 0.2054 16.56 0.1719 0.0513 1.7913 0 4 GMTD Gowa Makasar Tourism Dev. Tbk 1 0.3500 268622 0.6999 0.3500 15.64 0.1261 0.0915 0.7138 0 5 JAKA Jaka Inti Realtindo Tbk 1 0.2500 165402 0.1327 0.3076 13.92 0.2707 0.0101 4.2728 0 6 JRPT Jaya Real Property Tbk 1 0.6500 1682386 0.3758 0.2405 27.62 0.2061 0.0801 1.1917 0 7 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk 1 0.6000 1907310 0.1498 0.8759 17.51 0.0861 0.0228 2.8604 0 8 LAMI Lamicitra Nusantara Tbk 1 0.3500 492327 0.6665 0.0712 18.93 0.0222 0.0059 1.5012 0 9 LPCK Lippo Cikarang Tbk 1 0.4000 1161980 0.6148 0.4416 19.46 0.0271 0.0073 3.6492 0 10 LPKR Lippo Karawaci Tbk 1 0.6500 8485854 0.6138 0.4982 16.22 0.1705 0.1096 1.4359 0 11 MAMI Mas Murni Indonesia Tbk 1 0.3500 620624 0.0226 0.7001 36.45 0.3007 0.0203 3.4775 0 12 MTSM Metro Supermarket Realty Tbk 1 0.4500 96959 0.2417 0.3039 26.92 0.1226 0.0603 0.4745 0 13 PJAA Pembangunan Jaya Ancol Tbk 1 0.6000 954271 0.2416 0.1000 14.48 0.1821 0.1745 2.5474 1 14 PNSE Pudjiadi & Son Estate Tbk 1 0.5500 202140 0.5999 0.0823 36.06 0.0985 0.1329 1.6915 0 15 PUDP Pudjiadi Prestige Limited Tbk 1 0.6000 257412 0.2337 0.1382 26.32 0.0066 0.0015 2.1575 0 16 SIIP Suryainti Permata Tbk 1 0.6000 697032 0.0895 0.2983 16.89 0.3877 0.1495 1.3277 0 17 SMRA Summarecon Agung Tbk 1 0.6000 2191817 0.5544 0.5936 31.12 0.1742 0.1723 1.0466 1 18 SSIA Surya Semesta Internusa Tbk 1 0.7000 1349231 0.5086 0.3768 35.57 0.0196 0.0363 0.8953 1 19 CTRS Ciputra Surya Tbk 0 0.6000 1876394 0.4866 0.4025 16.85 0.2158 0.1274 1.7046 0 20 DUTI Duta Pertiwi Tbk 0 0.4000 4612140 0.5640 0.1435 33.03 0.0683 0.0386 0.6637 0 21 ELTY Bakrieland Development Tbk 0 0.5000 2542970 0.4912 0.3801 15.56 0.2894 0.0733 2.1018 0 22 GMTD Gowa Makasar Tourism Dev. Tbk 0 0.2500 266098 0.7179 0.3500 14.64 0.1292 0.0880 0.7012 0 23 JAKA Jaka Inti Realtindo Tbk 0 0.2500 159844 0.0995 0.3077 12.92 0.3215 0.0109 6.0449 0 24 JRPT Jaya Real Property Tbk 0 0.6500 1448366 0.2827 0.3641 26.62 0.1972 0.0682 1.4682 0 25 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk 0 0.6000 1976627 0.1909 0.7702 16.51 0.2362 0.0838 2.8546 0 26 LAMI Lamicitra Nusantara Tbk 0 0.2500 374844 0.5646 0.0712 17.93 0.0293 0.0104 1.8659 0 27 LPCK Lippo Cikarang Tbk 0 0.4000 1110566 0.5999 0.3936 18.46 0.0265 0.0084 1.0716 0 28 LPKR Lippo Karawaci Tbk 0 0.6500 6232234 0.5213 0.4980 15.22 0.1790 0.1333 1.2527 0 29 MAMI Mas Murni Indonesia Tbk 0 0.3500 622197 0.0449 0.7001 35.45 0.1199 0.0081 2.9191 0 30 MTSM Metro Supermarket Realty Tbk 0 0.4500 101784 0.3213 0.3082 25.92 0.1383 0.0708 0.2618 0 31 PJAA Pembangunan Jaya Ancol Tbk 0 0.5500 903722 0.2862 0.1000 13.48 0.2015 0.1927 1.6281 1 32 PNSE Pudjiadi & Son Estate Tbk 0 0.4000 187138 0.6072 0.0823 35.06 0.0246 0.0425 1.3579 0 33 PUDP Pudjiadi Prestige Limited Tbk 0 0.5000 324244 0.4001 0.1382 25.32 0.0582 0.0171 0.9159 0 34 SIIP Suryainti Permata Tbk 0 0.5000 621236 0.1304 0.3039 15.89 0.5049 0.1455 1.0042 0 35 SMRA Summarecon Agung Tbk 0 0.6000 1864759 0.5503 0.6007 30.12 0.1895 0.1806 0.9407 1 36 SSIA Surya Semesta Internusa Tbk 0 0.6000 1397422 0.5810 0.2816 34.57 0.0674 0.1264 0.8718 1


(2)

84

Lampiran 4. Hasil Perhitungan Regresi dengan Ordinary Least Square (OLS)

REGRESSION

/MISSING LISTWISE

/STATISTICS COEFF OUTS BCOV R ANOVA COLLIN TOL

/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)

/NOORIGIN

/DEPENDENT DSCORE

/METHOD=ENTER SIZE DEBT OWN_DISP AGE P_MARGIN ROE LIQUID ACC_PUB

/SCATTERPLOT=(*SDRESID ,*ZPRED)

/RESIDUALS DURBIN HIST(ZRESID) NORM(ZRESID).


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Real Estate Dan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 102 103

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia(2009-2011)

0 49 87

Pengaruh Manajemen Laba (Earnings Management) Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Properti dan Real Estate Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 115 76

Analisis Pengaruh Kinerja Perusahaan Dan Kinerja Pasar Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Real Estate Dan Property Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 35 89

Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate Dan Property Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 50 111

Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan

0 25 149

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Real Estate Dan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2008-2011

0 43 88

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 95

Pengaruh Manajemen Laba (Earnings Management) Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Properti dan Real Estate Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 22