7. Tidak mempunyai hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua dengan Direksi, Komisaris dan Penegang saham Utama
Emiten maupun Perusahaan Publik. 8. Tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung mapun tidak langsung
dengan kegiatan usaha Emiten maupun Perusahaan Publik. 9. Tidak memiliki saham Emiten atau Perusahaan Publik baik langsung maupun
tidak langsung. 10. Bukan merupakan orang yang berwenang dan bertanggungjawab
merencanakan, memimpin dan mengendalikan kegiatan Emiten maupun Perusahaan Publik dalam waktu enam bulan terakhir sebelum diangkat.
2.1.3 Manajemen Laba
Manajemen laba mencakup usaha manajemen untuk memaksimumkan atau meminimumkan laba, termasuk perataan laba sesuai dengan keinginan
manajer. Scott, 2000 membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua:
1. Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer untuk
memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang, dan political costs opportunistic earnings management.
2. Kedua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif efficient
contracting efficient earnings management, dimana manajemen laba
memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga
untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan
Universita Sumatera Utara
demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba income
smoothing dan pertumbuhan laba sepanjang waktu.
Pengertian manajemen laba menurut Fischer dan Rozenzwig, 1995
manajemen laba adalah tindakan manajer yang menaikkan menurunkan laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya yang tidak
mempunyai hubungan dengan kenaikan atau penurunan profitabilitas perusahaan dalam jangka panjang.
Pengertian manajemen laba menurut Healy dan Wallen, 1999
manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan judgement dalam laporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan, sehingga
menyesatkan stakeholders tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil yang berhubungan dengan kontrak yang tergantung pada
angka akuntansi. Menurut Scott, 2000 menyatakan bahwa Manajemen laba adalah
pilihan direksi yang mempengaruhi laba yang tujuannya adalah mencapai tujuan –
tujuan tertentu. Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan
eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Tipe-tipe manajemen laba menurut Scott, 2000 yaitu:
a. Taking a bath
Salah satu pola manajemen laba ketika perusahaan akan dilakukan reorganisasi penciutan pegawai apa bila perusahaan harus melakukan rugi,
direksi dapat merasakan bahwa kebijakan sedikit kita rugi itu tidak masalah.
Universita Sumatera Utara
Tindakan ini melakukan tindakan dan akan menghapuskan laba, biaya tahun ini dimasukkan tahun ini karena adanya tindakan dalam meningkatkan laba
tahun depan. Pada tahun depan akan mengambil keputusan dalam merampingkan perusahaan melakukan PHK.
b. Income minimization meminimalkan pendapatan
Pola ini dipilih mungkin karena sudut pandang politik selama periode atau motif meminimalkan pajak. Cara ini dilakukan pada saat perusahaan
memperoleh profitabilitas yang tinggi dengan tujuan agar tidak mendapat perhatian secara politik. Kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan
write off atas barang-barang modal dan aktiva tak berwujud. Pembebann
pengeluaran iklan, riset, biaya penelitian yang dikeluarkan dan pembangunan yang cepat.
c. Income Maximization memaksimalkan pendapatan
Dari direksi bertujuan untuk mencapai bonus, perusahaan yang berkaitan dengan perjanjian utang makanya dilakukan memaksimalkan laba.
d. Income Smoothing Meratakan laba
Tindakan ini pola dilakukan atau dipakai direksi yang mempunyai sifat yang tidak mau menghadapi resiko maka direksi berkeinginan perubahan laba,
maka dilakukan meratakan laba.
2.1.4 Transaksi Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa