Perluasan Akses Ekonomi Keterkaitan Modal Sosial dengan Penanggulangan Kemiskinan di Jawa Barat

66 Mayoritas responden menilai kondisi lingkungannya damai 67,96, aman 73,35, dan perilaku kekerasan di sekitar permukiman makin menurun 44,61. Hanya sedikit responden yang pernah mengalami penipuan, perampokan atau tindak kriminal lain. Dengan demikian, dari sisi kohesitas dan inklusivitas sosial sebenarnya relatif tinggi, dan tidak ada masalah yang signifikan meskipun komposisi masyarakat makin heterogen.

4.1.6 Pemberdayaan dan Partisipasi Politik

Mayoritas responden menilai mereka sudah mampu mengambil keputusan sendiri dalam kehidupannya 49,55, bahkan juga dalam menentukan keputusan yang akan mengubah kehidupan mereka 47,3. Sebanyak 76,35 merasa cukup bahagia dengan keadaannya. Tingkat partisipasi otonom relatif rendah, sebatas memberikan suara pada pemilu, pilpres, dan pilkada. Sebanyak 52,41 responden menyatakan tidak pernah ada upaya warga secara bersama-sama mengajukan usul program pembangunan pada pemerintah. Meskipun telah ada mekanisme Musyawarah Perencanaan Pembangunan Musrenbang yang dilaksanakan mulai dari level desakelurahan, hingga ke tingkat nasional, namun pada praktiknya dalam forum tersebut, masyarakat umum tidak pernah dilibatkan. Musrenbang hanya melibatkan sebagian kelompok masyarakat yang umumnya merupakan kelompok elit di masyarakat, seperti aparat pemerintah setempat atau lembaga-lembaga swadaya masyarakat. Hal inilah yang menyebabkan mayoritas responden menyatakan tidak pernah ada upaya warga secara bersama-sama mengajukan usulan program pembangunan pada pemerintah.

4.2 Keterkaitan Modal Sosial dengan Penanggulangan Kemiskinan di Jawa Barat

4.2.1 Perluasan Akses Ekonomi

Kelompok dapat memberi akses terhadap pelayanan ekonomi, namun pemanfaatannya belum optimal karena responden mayoritas hanya anggota pasif dan kapasitas kelompok bervariasi serta belum mampu mengembangkan jejaring kerjasama dengan pihak lain. 67 Tabel 4.7 Kontribusi Kelompok yang diikuti terhadap Perluasan Akses Ekonomi Jenis Pelayanan Jenis Kelompok Penilaian 5 1 Pinjaman dana - Kelompok keagamaan - Arisan - Koperasi - Kelompok pedagang - Kelompok olahraga - Kelompok petani - Kelompok profesi supir, ojek, PGRI - Kelompok warga Yakeswar - Karang Taruna - Posyandu Ya 75,68 Kadang- kadang 14,19 Tidak 10,14 2 Tabungan - LPM - Arisan - Pengajian - Parpol - Komite sekolah - Kelompok tani Ya 87,5 Kadang- kadang 9,79 Tidak 2,70 3 Penjualanpemasaran hasil pertanian - Kelompok dagang - Ormas Pemuda Panca Marga - PKK Ya 84,46 Kadang- kadang 9,46 Tidak 6,08 4 Bahan baku atau teknologi untuk membantu mata pencaharian sehari- hari - Kelompok dagang Ya 92,9 Kadang- kadang 4,39 Tidak 2,70 5 Irigasi Kelompok mitra cai Ya 84,79 Kadang- kadang 11,15 Tidak 4,05 6 Pekerjaan - Kelompok dagang - Kelompok profesi Ya 73,99 Kadang- kadang 20,6 Tidak 5,40 7 Lainnya, misalnya untuk keperluan mendesakmendadak; menjembatani dengan pemerintah - Arisan - Kelompok warga Forum RW - Koperasi Ya 87,62 Kadang- kadang 10,55 Tidak 1,83 Sumber: Hasil Penelitian, 2008 Kebiasaan barter dan meminjam, baik yang berupa sembako dan uang sudah mulai menurun. Hal ini dinyatakan oleh jawaban 83,04 responden yang menyatakan tidak pernah lagi melakukan barter tukar-menukar barang bila tidak punya uang. Hanya 6,55 68 yang masih melakukan kebiasaan ini dan 10,42 menyatakan kadang-kadang masih melakukan barter. Responden yang melakukan barter, biasanya melakukan tukar menukar barang ini dengan tetangga 88,65, sementara yang melakukan dengan anggota keluarga inti ayah, ibu, kakak, dan adik sebanyak 2,52, sebanyak 8,82 dengan kerabat, dan 0,42 melakukan barter dengan pedagang atau toko. Status sosial-ekonomi orang-orang yang melakukan barter sebagian besar 87 melakukannya dengan orang-orang yang memiliki status sosial-ekonomi sama dan 13 dengan yang lebih kaya. Kondisi tersebut tidak berbeda jauh dengan kebiasaan meminjam sembako. Kecenderungan perilaku ini mulai menurun, sebagaimana jawaban 53,15 responden yang menyatakan tidak pernah lagi melakukan kebiasaan ini. Sebanyak 46,86 responden yang masih melakukan kebiasaan ini umumnya meminjam sembako pada tetangga 76, sedangkan sisanya meminjam pada keluarga inti, kerabat, atau dengan warung, toko, dan koperasi. Status sosial-ekonomi orang-orang yang memberikan pinjaman sembako sebagian besar sama 77,09 dan lebih kaya 22,91. Hanya 1-2 orang yang dinilai responden dapat memberikan bantuan ekonomi bila diperlukan, umumnya berasal dari keluargakerabat dengan status sosial ekonomi yang sama. Hal ini mengindikasikan keterbatasan jaringankoneksi yang dimiliki responden, sehingga kemampuan untuk membantu responden dalam keadaan mendesak sangat terbatas.

4.2.2 Perluasan Akses Pendidikan