37 1.
Variabel bebas, yakni modal sosial didefinisikan secara operasional sebagai nilai, mekanisme, sikap, dan institusi yang mendasari interaksi antarindividu dan
berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi dan sosial. Indikator modal sosial meliputi:
1.1 kelompok dan jejaring kerja;
1.2 kepercayaan dan solidaritas;
1.3 aksi kolektif dan kerjasama cooperation;
1.4 informasi dan komunikasi;
1.5 kohesi dan inklusivitas sosial;
1.6 pemberdayaan dan tindakan politik
2. Variabel terikat, yakni penanggulangan kemiskinan didefinisikan secara operasional
sebagai upaya yang dilakukan untuk mengatasi kondisi ketidakberdayaan. Indikator penanggulangan kemiskinan meliputi:
2.1 Perluasan akses ekonomi;
2.2 Perluasan akses pendidikan;
2.3 Perluasan akses kesehatan;
2.4 Perluasan akses aktualisasi diri.
3.4 Populasi dan Sampel
Lokasi penelitian mencakup seluruh Bakorwil di Jawa Barat, dan beberapa KabupatenKota yang mewakili Bakorwil di Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian
didasarkan pada teknik sampling purposif dengan mempertimbangkan tujuan penelitian dan memperhatikan kondisi sosial, budaya, dan ekonomi yang menjadi kriteria dalam
penentuan lokasi penelitian. Selain itu, juga dipertimbangkan kriteria kondisi daerah yang bersifat perkotaan urban, perdesaan rural, perbatasan, daerah pertanian, dan daerah
pesisir sebagai dasar dalam penentuan lokasi penelitian. Berdasarkan pertimbangan kriteria-kriteria tersebut, ditetapkan lokasi penelitian
sebagai berikut:
38
Tabel 3.1 Dasar Penentuan Lokasi Penelitian
Bakorwil Lokasi Kriteria
Priangan 1. Kota
Bandung Urban, multikultur, urutan ke-19
dalam jumlah penduduk miskin se- Jawa Barat BKKBN, 2005
2. Kabupaten Garut
Rural, agraris, urutan ke-5 dalam jumlah penduduk miskin se-Jawa
Barat BKKBN, 2005
3. Kabupaten Ciamis
Rural, pesisir, urutan ke-7 dalam jumlah penduduk miskin se-Jawa
Barat BKKBN, 2005
Bogor 4. Kota
Bogor Urban, perbatasan, multikultur,
urutan ke-17 dalam jumlah penduduk miskin se-Jawa Barat
BKKBN, 2005
5. Kabupaten Cianjur
Rural, agraris, multikultur, urutan ke-3 dalam jumlah penduduk miskin
se-Jawa Barat BKKBN, 2005
Purwakarta 6. Kota
Bekasi Urban, perbatasan, urutan ke-21
dalam jumlah penduduk miskin se- Jawa Barat BKKBN, 2005
7. Kabupaten Karawang
Rural, agraris, urutan ke-15 dalam jumlah penduduk miskin se-Jawa
Barat BKKBN, 2005
Cirebon 8. Kota Cirebon
Urban, urutan ke-20 dalam jumlah penduduk miskin se-Jawa Barat
BKKBN, 2005
9. Kabupaten Indramayu
Rural, urutan ke-12 dalam jumlah penduduk miskin se-Jawa Barat
BKKBN, 2005
10. Kabupaten Kuningan
Rural, urutan ke-8 dalam jumlah penduduk miskin se-Jawa Barat
BKKBN, 2005
Keterangan: urutan tiap daerah berdasarkan jumlah penduduk miskin dari yang paling banyak penduduk miskinnya hingga yang paling sedikit
Selanjutnya, untuk penentuan responden digunakan teknik sampling multistage random sampling
dengan unit analisis terkecil adalah DesaKelurahan. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang termasuk dalam kelompok Keluarga Pra-Sejahtera,
Keluarga Sejahtera I, Keluarga Sejahtera II, Keluarga Sejahtera III, dan Keluarga Sejahtera III Plus.
Tahap pertama, penentuan lokasi penelitian tingkat kecamatan, dipilih berdasarkan proporsi keluarga kategori Pra KS dan KS I tertinggi. Selanjutnya di Kecamatan terpilih
39 ditentukan desakelurahan, masing-masing dengan kategori proporsi Pra KS dan KS I
tertinggi dan Pra KS dan KS I terendah. Jumlah responden Kepala Keluarga KK di kedua desakelurahan tersebut ditentukan secara proporsional dari jumlah KK pada setiap
kategori tahapan keluarga sejahtera. Pemilihan responden KK tersebut dilakukan secara acak.
Berdasarkan data yang tersedia, dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus Taro Yamane untuk menentukan ukuran sampel. Rumus tersebut adalah:
Selanjutnya, berdasarkan ukuran sampel tersebut, dihitung besaran sampel untuk
tiap lokasi penelitian secara proporsional. Hasil perhitungan tersebut adalah: Tabel 3.2
Lokasi Penelitian
Bakorwil KabupatenKota
Kecamatan DesaKelurahan
Sampel
Pra- KS
KS 1
KS 2
KS 3
KS 3+
Jumlah Priangan
1. Kota Bandung Bojongloa Kidul 1. Situsaeur
2. Cibaduyut
Wetan
1 19 8 6 2 36
2. Kab. Garut Sukaresmi
1. Sukaresmi
2. Sukajaya
3. Sukamulya
9 6 4 1 1 21
3. Kab. Ciamis Pangandaran
1. Babakan
2. Sidomulyo
3. Pananjung
4. Pangandaran
9 11 15 6 3 44
Bogor 4. Kota Bogor
Bogor Tengah 1.
Tegalega 2.
Paledang
4 12 20 11 3 50
5. Kab. Cianjur Cijati
1. Parakan Tugu
2. Cijati
6 9 4 3 1 23
Purwakarta 6. Kota Bekasi Bekasi Timur
1. Aren Jaya
2. Margahayu
11 26 21 24 23 105
7. Kab. Karawang
Cibuaya 1. Pajaten
2. Cibuaya
17 11 4 1 1 34
N 175780
n = =
= 401 Nd² + 1 481,3975
Di mana: n = sampel
N = populasi d = sampling error ditetapkan 5
40
Bakorwil KabupatenKota
Kecamatan DesaKelurahan
Sampel
Pra- KS
KS 1
KS 2
KS 3
KS 3+
Jumlah Cirebon 8.
Kota Cirebon
Pekalipan 1.
Pulosaren 2.
Jagasatru
2 7 3 3 3 18
9. Kab. Indramayu
Krangkeng 1. Srengseng
2. Kapringan
22 13 5 2 1 43
10. Kab. Kuningan
Cibingbin 1. Citenjo
2. Cibingbin
7 6 12 1 1 27 Jumlah
88 120
96 58
39 401
Sumber: Data diolah, 2008
3.5 Teknik Pengumpulan Data