Perancangan Kampanye Etika Penyampaian kritik Sosial Di Jejaring Sosial

(1)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN KAMPANYE ETIKA PENYAMPAIAN KRITIK SOSIAL DI JEJARING SOSIAL

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2014/2015

Oleh:

Meilanti Asriana Mentari 51911002

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T. Sehingga laporan tugas akhir ini dapat terselesaikan. Laporan tugas akhir ini berisi tentang uraian perancangan berjudul Perancangan Kampanye Etika Kritik Sosial Di Jejaring Sosial, dengan studi kasus : Etika Kritik sosial di jejaring sosial dalam masyarakat Indonesia, sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Tugas Akhir pada Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Komputer Indonesia.

Laporan tugas akhir ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari pihak lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu melalui tulisan ini rasa terimakasih disampaikan sebesar-besarnya kepada:

Dekan fakultas Desain Komunikasi Visual, ketua program studi Desain Komunikasi Visual, Taufan Hidayatullah, S.Sn., M.Ds. sebagai dosen pembimbing Tugas Akhir, koordinator Tugas Akhir, sekretaris fakultas Desain Komunikasi Visual, kedua orang tua Aswir Efendi dan Barkah Yatmini, saudara – saudara Widya Puji Lestari, Nora Muliandini, Ilham Aryadipa, dan Ragil Riski Ananda, teman – teman seperjuangan dari DKV 2, teman – teman seluruh fakultas DKV, serta seluruh dosen – dosen dan staff dari fakultas Desain Komunikasi Visual, saya ucapkan terima kasih yang tak teringga untuk pengalaman yang sangat berharga.

Bandung, Agustus 2015


(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 2

I.3 Rumusan Masalah ... 2

I.4 Batasan Masalah ... 2

I.5 Tujuan Perancangan ... 3

BAB II ETIKA PENYAMPAIAN KRITIK SOSIAL DI JEJARING SOSIAL ... 4

II.1 Komunikasi Massa ... 4

II.2 Kritik Sosial ... 4

II.2.1 Fungsi Kritik ... 5

II.2.2 Kriteria Kritik ... 5

II.3 Etika ... 7

II.3.1 Definisi Etika ... 9

II.3.2 Etika Bermasyarakat ... 9

II.4 Jejaring Sosial ... 11

II.5 Fenomena Kritik Sosial Di Indonesia ... 12

II.6 Kampanye ... 14

II.7 Hasil Riset ... 15


(6)

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL ... 18

III.1 Strategi Perancangan ... 18

III.1.1 Tujuan Komunikasi ... 18

III.1.2 Pendekatan Komunikasi ... 18

III.1.3 Materi Pesan ... 19

III.1.4 Gaya Bahasa ... 20

III.1.5 Khalayak Sasaran Perancangan ... 20

III.1.6 Strategi Kreatif ... 22

III.1.7 Strategi Media ... 24

III.1.7.1 Pemilihan Media ... 25

III.1.8 Strategi Distribusi ... 26

III.2 Konsep Visual ... 27

III.2.1 Format Desain ... 28

III.2.2 Tata Letak (Layout) ... 28

III.2.3 Huruf ... 29

III.2.4 Warna ... 30

III.2.5 Studi Karakter ... 32

BAB IV TEKNIS PRODUKSI DAN APLIKASI MEDIA ... 35

IV.1 Teknis Produksi ... 35

IV.2 Media Utama ... 36

IV.2.1 Page Media Sosial Facebook ... 36

IV.2.2 Page Media Sosial Twitter ... 37

IV.3 Media Pendukung ... 37

IV.3.1 Poster Kampanye ... 38

IV.3.2 Pin / Button ... 39

IV.3.3 Gantungan Kunci ... 40

IV.3.4 Stiker ... 41

IV.3.5 Poster Event ... 42

IV.3.6 Spanduk... 43

IV.3.7 Flyer ... 44


(7)

DAFTAR PUSTAKA ... 46 LAMPIRAN ... 48


(8)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Kritik adalah suatu bentuk komunikasi yang berupa tanggapan atau kecaman yang kadang–kadang disertai dengan uraian dan pertimbangan baik maupun buruknya suatu hal atau kondisi yang terdapat dalam kehidupan bermasyarakat. Kritik memegang peran penting dalam mengubah suatu kondisi menjadi lebih baik dan lebih maju dari keadaan sebelumnya. Adapun kritik sosial adalah tindakan membandingkan serta mengamati secara teliti dan melihat perkembangan secara cermat tentang baik atau buruknya kualitas suatu masyarakat.

Kritik juga berkembang bersamaan dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Internet bisa dikatakan sebagai tonggak dari penemuan terbesar perangkat teknologi komunikasi dan informasi yang memberikan dampak terbesar bagi manusia. Kemajuan teknologi internet, menyebabkan fenomena kebebasan bersuara atau ruang public virtual berkembang semakin pesat. Misalnya melalui fenomena jurnalisme warga. Fenomena ini tidak hanya dimanfaatkan oleh warga untuk memproduksi sekaligus mengonsumsi informasi, melainkan juga mendapat perhatian media tradisional.(Nasrullah, 2012:146)

Salah satu produk teknologi tersebut adalah situs jejaring sosial. Jejaring sosial merupakan struktur sosial yang terdiri dari individu–individu atau organisasi. Jejaring sosial digunakan oleh seseorang untuk menjalin komunikasi dengan pihak lain tanpa adanya batasan. Batasan semata–mata dibuat untuk suatu tujuan atau kebaikan, jadi jika sesuatu yang tidak mempunyai batasan tentu tidaklah baik. Penyampaian informasi dalam jejaring sosial mempunyai etika dan norma–norma. Prinsip ini pada dasarnya bisa dikatakan sebagai sesuatu yang muncul dari perspektif komunitas atau individu tertentu untuk menyatakan mana yang buruk dan mana yang baik dalam komunikasi.

Mempelajari komunikasi pada jejaring sosial tidak hanya mempelajari pola–pola yang ada di jejaring sosial tersebut tetapi juga harus mengetahui etika yang ada


(9)

dalam interaksi antar individu dalam jejaring sosial sehingga perbedaan bahkan konflik dapat dihindari.

Dilihat dari berbagai survei dan pendapat umum yang ada di berbagai jejaring sosial, menunjukkan penurunan kepuasan publik terhadap kinerja pemerintahan, contohnya adalah kritikan untuk presiden yang berisi kata – kata yang kurang sesuai untuk ditulis di media. Kritik yang diutarakan melenceng dari topik yang ada. Contohnya seperti yang terlihat di jejaring sosial facebook pada akun kritikan untuk pemerintahan Indonesia dan twitter kritik pada akun @Bad_Goverment. Karena itu dibutuhkan etika dalam penyampaiannya. Kritik yang beretika bukannya tidak ada, melainkan lebih banyak kritik yang berada di luar etika dibandingkan dengan kritik yang beretika.

Etika berpendapat yang baik dapat membantu memajukan kesejahteraan masyarakat Indonesia dan dapat membantu pemerintah membangun bangsa ini. Kritik harusnya untuk membangun dan memajukan bangsa ini. Sebagai bangsa Indonesia kita membangun bukannya hanya mengkritik dan menjatuhkan.

1.2Identifikasi Masalah

 Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai penyampaian etika mengkritik menngenai kinerja pemerintah di jejaring sosial facebook dan twitter.

 Kurangnya pemahaman terhadap persoalan mengenai kinerja pemerintahan yang dikritik.

1.3Rumusan Masalah

Bagaimana agar masyarakat dapat menyampaikan kritik mengenai kinerja pemerintahan dengan baik dan benar di dalam jejaring sosial facebook dan twitter.

1.4Batasan Masalah

Pendapat atau kritikan dari masyarakat mengenai kinerja pemerintahan yang berada di jejaring sosial facebook dan twitter.


(10)

1.5Tujuan Perancangan

 Memahami cara – cara mengkritik atau berpendapat dengan lebih baik di jejarng sosial facebook dan twitter.

 Mengetahui etika mengkritik mengenai kinerja pemerintah di jejaring sosial facebook dan twitter.


(11)

BAB II

ETIKA PENYAMPAIAN KRITIK SOSIAL DI JEJARING SOSIAL

II.1 Komunikasi Massa

“Komunikasi massa adalah komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan melalui media massa (media cetak dan elektronik) kepada khalayak yang tidak terbatas oleh letak geografis. Komunikasi massa diadopsi dari istilah bahasa inggris, mass communication, kependekan dari mass media communication (komunikasi media massa). Artinya komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang mass mediated” (Wiryanto,2010). “Komunikasi massa hanya merupakan salah satu proses komunikasi yang berlangsung pada peringkat masyarakat luas yang identifikasinya ditentukan oleh ciri khas institusionalnya” (Denis,1987).

II.2 Kritik Sosial

“Kritik sosial adalah salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai kontrol terhadap jalannya suatu sistem sosial atau proses bermasyarakat. Berdasarkan definisi dari dua kata tersebut yaitu kritik dan sosial, kritik sosial adalah suatu aktifitas yang berhubungan dengan penilaian (juggling), perbandingan (comparing), dan pengungkapan (revealing) mengenai kondisi sosial suatu masyarakat yang terkait dengan nilai-nilai yang dianut ataupun nilai-nilai yang dijadikan pedoman. Kritik sosial juga dapat diartikan dengan penilaian atau pengkajian keadaaan masyarakat pada suatu saat” (Mahfud, 1957). Dengan kata lain dapat dikatakan, kritik sosial sebagai tindakan adalah membandingkan serta mengamati secara teliti dan melihat perkembangan secara cermat tentang baik atau buruknya kualitas suatu masyarakat. Adapun tindakan mengkritik dapat dilakukan oleh siapapun termasuk sastrawan dan kritik sosial merupakan suatu variable penting dalam memelihara sistem sosial yang ada. Secara definisi kritik adalah upaya perbaikan yang dilakukan oleh individu ataupun kelompok terhadap suatu masalah karena ketidakcocokan baik secara prinsip ataupun secara biasa.


(12)

“Kritik lebih berkonotasi negatif. Kritik mempunyai arti kecaman atau tanggapan, kadang – kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruknya hasil suatu karya. Kritik dalam tradisi pers sering dilontarkan terhdap masalah sosial” (KBBI,1989)

II.2.1 Fungsi Kritik

“Kritik sosial adalah salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai kontrol terhadap jalannya suatu sistem sosial atau proses bermasyarakat. Upaya penyampaian kritik bisa disampaikan secara lisan atau tulisan. Tujuan awal kritik adalah memperbaiki secara nyata sehingga ada perubahan yang lebih baik dan bisa lebih tertata rapi. Karena manfaat kritik yang baik inilah maka mengerti etika kritik sebelum melakukan kritik merupakan hal wajib diketahui oleh pelaku kritik, sebab pelaku kritik atau kritikus yang tidak mengetahui pokok etika kritik pasti akan melahirkan generasi asal bunyi” (Harmono, p.2-4).

II.2.2 Kriteria Kritik

Sebuah kritikan adalah sesuatu yang sangat berharga dan mempunyai tujuan yang baik. Bila bisa diterima dengan lapang dada, akan mampu mengoreksi kekeliruan yang terjadi dan membuat perbaikan. Bila tidak, yang terjadi hanya rasa tidak nyaman dan rasa gagal melakukan tugas. Sebaliknya, memberi kritik dianggap lebih mudah karena hanya menyampaikan apa yang tidak berkenan, padahal sebenarnya tidak juga. Memberi ataupun menerima kritikan sama-sama membutuhkan strategi dan kebijaksanaan. Isi kritikan sebaiknya yang berhubungan dengan topik permasalahan, bukan yang menyangkut pribadi atau hal lainnya dari topik tersebut.

Kritikan juga dilontarkan dengan tujuan agar si penerima kritik menjadi lebih baik lagi. Karena itulah ada beberapa prinsip yang perlu digunakan saat memberikan kritik pada seseorang, yang pertama adalah dengan menggunakan strategi puji-kritik-puji. Awali dengan pujian, dan akhiri dengan pujian. Yang kedua yaitu pilih situasi dan kondisi yang tepat. Saat ingin menyampaikan kritik, lihat situasi dan


(13)

kondisi yang bersangkutan, tunggu hingga waktu dan kondisi yang kondusif. Jika waktunya tidak tepat, tujuan dari kritik bisa tidak tercapai. Yang ketiga sesuai fakta, sebelum mengutarakan kritikan, pastikan apa yang akan disampaikan. Pahami benar apa yang akan diutarakan. Tidak hanya berdasarkan asumsi atau informasi dari orang lain atau media lain. Lalu yang keempat berikan waktu. Kritikan bukan hukuman, kritikan adalah sebuah koreksi agar yang dikritik menjadi lebih baik. Secara psikologis, dalam mengkritik penting untuk memberikan ruang waktu antara saat memberikan kritikan dan penjelasan dari yang bersangkutan.

Melihat orang lain melakukan hal yang membuat tidak nyaman seringkali membuat target audien untuk mengeluarkan kritikan. Hal yang hendak disampaikan bisa merupakan tanggapan yang positif, namun seringkali efek yang ditimbulkan justru sebaliknya. Salah paham dan kritik yang membangun bisa disalahartikan sebagai kecaman. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan kritik antara lain sebagai berikut :

 Momen personal

Penyampaian kritik dilakukan dalam momen personal. Hanya ada pengkritik dan orang yang akan di kritik, tidak melibatkan orang lain.

 Kritik tindakan atau perilaku, tidak pribadi orang yang akan dikritik

Kritik tindakan yang dilakukan untuk menghindari kritikan yang tidak perlu terhadap orang yang akan di kritik.

 Sediakan solusi

Mempunyai solusi yang bisa ditawarkan setelah menyampaikan kritik bisa berguna untuk melatih pikiran agar tidak hanya bisa dalam menyampaikan kritikan tetapi juga bisa memberikan solusi.

 Satu kritikan, satu kesalahan

Fokus terhadap satu masalah yang akan dikritik.  Gunakan bahasa yang tepat

Pilih kata yang tepat dalam menyampaikan kritikan. Penggunaan bahasa yang tepat akan mengurangi kemungkinan salah paham bagi penerima kritik. Hal ini juga akan melatih untuk menyampaikan kritik secara tepat.


(14)

Saat ini kita tengah berada di era demokrasi. Dimana kita diberi ruang yang cukup luas untuk menyampaikan kritik, saran, ketidakpuasan dan apa pun yang semuanya dilindungi oleh undang-undang. Namun yang menjadi masalah adalah sering kali kita tidak sengaja dalam menyikapi kebebasan yang diberikan dan ruang yang disediakan.

Bagi kalangan yang suka mengeritik, perhatikanlah cara-cara menyampaikan kritik yaitu: mengerti betul duduk persoalan, tidak bersifat menyerang apalagi menghina yang dikritik. Kalau sebuah kritik tidak dihiraukan, tidak usah kecewa dan meradang. Yang dikritik berhak menerima atau menolaknya.

II.3 Etika

Menurut Nasrullah dari K.Bertens (2000) Secara etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.

Biasanya bila kita mengalami kesulitan untuk memahami arti sebuah kata maka kita akan mencari arti kata tersebut dalam kamus. Tetapi ternyata tidak semua kamus mencantumkan arti dari sebuah kata secara lengkap. Hal tersebut dapat kita lihat dari perbandingan yang dilakukan oleh K. Bertens terhadap arti kata ‘etika’ yang terdapat dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama dengan Kamus Bahasa Indonesia yang baru. Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama (Poedjawijatna mengutip dari Bertens,2000), etika mempunyai arti sebagai : “ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral)”. Sedangkan kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 – mengutip dari Bertens 2000), mempunyai arti :

 Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak);

 Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;


(15)

Dari perbadingan kedua kamus tersebut terlihat bahwa dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama hanya terdapat satu arti saja yaitu etika sebagai ilmu. Sedangkan Kamus Bahasa Indonesia yang baru memuat beberapa arti. Kalau kita membaca sebuah kalimat di berita surat kabar “Dalam dunia bisnis etika merosot” maka kata ‘etika’ di sini bila dikaitkan dengan arti yang terdapat dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama tersebut tidak cocok karena maksud dari kata ‘etika’ dalam kalimat tersebut bukan etika sebagai ilmu melainkan ‘nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat’. Jadi arti kata ‘etika’ dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama tidak lengkap.

K. Bertens berpendapat bahwa arti kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tersebut dapat lebih dipertajam dan susunan atau urutannya lebih baik dibalik, karena arti kata ke-3 lebih mendasar daripada arti kata ke-1. Sehingga arti dan susunannya menjadi seperti berikut :

 Nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Misalnya, jika orang berbicara tentang etika orang Jawa, etika agama Budha, etika Protestan dan sebagainya, maka yang dimaksudkan etika di sini bukan etika sebagai ilmu melainkan etika sebagai sistem nilai. Sistem nilai ini bisaberfungsi dalam hidup manusia perorangan maupun pada taraf sosial.

 Kumpulan asas atau nilai moral, yang dimaksud di sini adalah kode etik. Contoh : Kode Etik Jurnalistik

 Ilmu tentang yang baik atau buruk.

Etika baru menjadi ilmu bila kemungkinan-kemungkinan etis (asas-asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap baik dan buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu masyarakat dan sering kali tanpa disadari menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan metodis. Etika di sini sama artinya dengan filsafat moral. St. John of Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalam kajian filsafat praktis (practical philosophy).


(16)

Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.

Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia. Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika).

II.3.1 Definisi Etika

“Etika bisa didefinisikan sebagai prinsip-prinsip yang mengikat bagi individu maupun kelompok tertentu” (Martin dan Nakayama dalam Intercultural Communication in Contexts,1997). Prinsip ini pada dasarnya bisa dikatakan sebagai sesuatu yang muncul dari perspektif komunitas tertentu untuk menyatakan mana yang baik dan mana yang buruk dalam proses komunikasi. (Martin dan Nakayama,1997) memberikan dua tahapan dalam memandang persoalan ini. “Pertama, kita semestinya memiliki kemampuan untuk menilai kebiasaan-kebiasaan yang beretika dan apa yang dikatakan tidak beretika. Kedua, tanggung jawab kita untuk mengidentifikasikan panduan dasar kebiasaan-kebiasaan yang sesuai etika sehingga dapat dihindari konflik yang terjadi”.

II.3.2 Etika Bermasyarakat

Etika secara umum dapat dirumuskan sebagai suatu batasan yang menilai tentang baik salah atau benar dan baik atau buruk suatu tindakan. Etika adalah “pagar” yang mengatur pergaulan manusia dalam suatu masyarakat. Tanpa etika,


(17)

kita akan dicap sebagai orang yang tidak tahu bertatakrama. Oleh karena itu, etika sangat penting bagi kehidupan bermasyarakat. Etika bermayarakat memiliki tiga hal yang harus terus diamalkan: (1) saling tolong-menolong; (2) saling mengingatkan; (3) bersikap toleran. Hal tersebut adalah dasar penerapan etika dalam bergaul di masyarakat. Selain itu, etika juga mempunyai kepentingan sendiri untuk menciptakan pergaulan yang harmonis di tengah masyrakat plural. Secara lebih khusus pentingnya etika dalam bermasyarkat adalah sebagai berikut:  Etika dapat membuat seorang manusia besikap empati;

 Etika membuat seorang manusia memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dan menghargai kehidupannya;

 Etika memberikan self control bagi manusia agar dapat menyadari apa yang sedang ia lakukan dan tahu apa yang seharusnya dilakukan;

 Etika mengajarkan agar manusia dapat mawas diri artinya manusia

memperhitungkan apa yang akan dilakukannya dan bagaimana pandangan orang lain terhadap perilakunya.

Kalangan profesional adalah kalangan yang menjunjung tinggi etikanya dalam berprofesi. Hal itu mereka lakukan untuk menghargai profesi mereka dan menghindari sikap saling menjatuhkan dalam suatu profesi. Namun, etika bermasyarakat juga berperan dalam menciptakan dan memelihara persatuan dalam kehidupan. Melihat hal tersebut, sudah seharusnya jika kalangan masyarakat pun dapat menjujunjung tinggi etikanya, etika bermasyarakat.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, kita tidak hanya dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan etika, tetapi kita juga mengetahui pentingnya etika dalam bermasyarakat. Etika memegang peranan penting dalam membangun sikap manusia saat bergaul di masyarakat serta dalam harmonisasi pergaulan di masyarakat, khususnya masyarakat multikulur seperti di Indonesia. Oleh sebab itu, etika bermasyarakat harus tetap dijunjung.


(18)

II.4 Jejaring Sosial

Dalam Democracy in the Digital Age, Anthony G. Wilhelm (2000/2003) menyatakan bahwa “kehadiran teknologi internet bisa ditanggapi secara berbeda oleh akademisi dan praktisi. Ada yang menganggap bahwa kehadiran teknologi internet harus diwaspadai, karena ia mengaburkan bahkan meniadakan struktur– struktur yang selama ini sudah baku. Namun, ada pula yang mengatakan bahwa semestinya teknologi tersebut dapat memberikan manfaat untuk membantu dan pada akhirnya pembentukan kultur di tengah masyarakat”.

Jejaring sosial adalah struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemen individual atau organisasi. Jejaring ini menunjukan jalan dimana mereka berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga. Istilah ini diperkenalkan oleh profesor J.A. Barnes di tahun 1954.

Jejaring sosial adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul (yang umumnya adalah individu atau organisasi) yang diikat dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll. Jejaring sosial biasanya juga mengacu pada interaksi antara orang-orang dimana mereka membuat, berbagi, dan atau pertukaran informasi dan ide-ide dalam komunitas virtual dan jaringan.

Banyak layanan jejaring sosial berbasiskan web yang menyediakan kumpulan cara yang beragam bagi pengguna untuk dapat berinteraksi seperti chat, messaging, email, video, chat suara, share file, blog, diskusi grup, dan lain-lain. Umumnya jejaring sosial memberikan layanan untuk membuat biodata dirinya. Pengguna dapat meng-upload foto dirinya dan dapat menjadi teman dengan pengguna lainnya. Beberapa jejaring sosial memiliki fitur tambahan seperti pembuatan grup untuk dapat saling sharing didalamnya.


(19)

II.5 Fenomena Kritik Sosial Di Indonesia

Fenomena belakangan ini, gerakan-gerakan di Timur Tengah, Brasil, dan negara-negara lainnya yang merintis terjadinya perubahan sosial diawali dengan gerakan di media sosial. Diskusi-diskusi yang selama ini dilakukan secara bertatap mata di dunia nyata juga mulai beralih ke dunia maya. Oleh karena itu, di era sekarang ini media sosial telah menjadi salah satu ujung tombak gerakan pemikiran dalam mendorong terjadinya perubahan sosial di tengah masyarakat.

Masyarakat Indonesia mulai memberdayakan jejaring sosial untuk melakukan kampanye terhadap berbagai permasalahan masyarakat maupun kebijakan yang tidak sesuai dengan kehendak masyarakat. Dalam prakteknya, beberapa kampanye yang dilakukan dengan jejaring sosial berhasil mencapai tujuannya. Kita dapat mengingat kampanye “koin untuk Prita” yang didukung oleh ribuan masyarakat yang bahkan tidak pernah kenal ataupun bertemu dengan Prita. Begitu juga sekarang ini banyak kampanye yang sedang dijalankan, baik melalui media Facebook, Twitter dan lainnya.

Gambar II.1 koin untuk Prita

Sumber : http://www.antarafoto.com/ (20 Desember 2009)

Dalam aktivitas gerakan sosial, penggunaan jejaring sosial juga memberikan dampak negatif. Masyarakat lebih berani berkomentar di media sosial, namun tapi tidak berani mempertanggungjawabkan pendapatnya di dunia nyata. Tidak jarang


(20)

jejaring sosial digunakan untuk mencemarkan nama baik individu maupun institusi.

Gambar II.2 Kitik di jejaring sosial kepada lembaga pemerintah Sumber : https://twitter.com/bad_goverment (2014)

Terdapat undang-undang untuk permasalahn seperti di atas, yaitu UU No. 11 Tahun 2008 yang berisikan tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Terdapat sanksi baik pidana maupun uang terhadap berbagai pelanggaran yang ditimbulkan dari penyalahgunakan teknologi informasi ini. Sudah terdapat beberapa tindak pidana yang ditujukan kepada pelanggar UU No. 18 Tahun 2008. Dengan adanya undang-undang ini diharapkan dapat menjadi batasan bagi masyarakat yang bebas memanfaatkan jejaring sosial ini.

Perayaan kebebasan media sosial di Indonesia juga berarti menjamurnya akun anonym—belakangan istilah ini banyak direvisi, orang mulai nyaman dengan


(21)

penggunaan: pseudonym. Di Twitter kita bisa ketemu beberapa akun seperti: trio macan, benny Israel, provokatrok dll. Akun-akun ini banyak bercerita soal isu (banyak berbau konspirasi) sosial-politik di linimasa. Rajin mengkritik pemerintah, memanfaatkan kebebasan di media sosial.

II.6 Kampanye

Penyampaian etika kritik sosial memerlukan suatu media sebagai salah satu alat untuk memberitahu ke masyarakat luas. Sesuai definisi dari kampanye sosial, komunikasi yang dilakukan untuk menyebarluaskan pesan-pesan penting yang sangat diperlukan masyarakat. Kampanye sosial adalah media yang kemungkinan akan digunakan dan seringkali berhubungan dengan sosial lingkungan masyarakat.

Menurut (Venus,2012) terdapat beberapa definisi tentang kampanye, diantaranya :  Sebagai salah satu usaha yang terencana dan berjalan untuk memberikan

informasi, mendidik, atau meyakinkan masyarakat untuk tujuan khusus.

 Menggunakan berbagai lambang untuk mempengaruhi manusia sedemikian rupa sehingga tingkah laku yang ditimbulkan karena pengaruh tersebut sesuai dengan keinginan komunikator.

 Rencana kegiatan komunikasi pemasaran yang berkesinambungan dan dilaksanakan berdasarkan suatu jadwal yang menunjukan suatu peran atau berbagai media (televisi, radio, majalah, surat kabar, dan film).

 Kampanye publik merupakan aktifitas komunikasi di dalam menyampaikan pesan melalui jaringan saluran komunikasi secara terpadu, dan mengorganisir aktivitas komunikasi tersebut dengan tujuan menghasilkan dampak pada individu-individu dalam jumlah besar, dan atau kelompok masyarakat sesuai dengan target yang ingin dicapai, pada satuan waktu tertentu.

Dari definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan yaitu kampanye adalah aktivitas komunikasi yang terencana untuk memberikan informasi, mendidik, meyakinkan dan mempengaruhi individu-individu dalam jumlah besar atau kelompok masyarakat dengan menggunakan berbagai media (televisi, radio,


(22)

majalah, surat kabar, dan lain sebagainya) agar memenuhi target yang ingin dicapai pada satuan waktu tertentu. Menurut Antar materi dan isi kampanye biasanya menyangkut :

 Tema, topik, dan isu apa yang diangkat ke permukaan agar mendapat tanggapan.

 Tujuan dari kampanye.

 Program atau perencanaan dalam kampanye.  Sasaran dari kampanye yang hendak dicapai.

Pesan-pesan kampanye juga terbuka untuk didiskusikan, bahkan gagasan-gagasan pokok yang melatarbelakangi diselenggarakannya kampanye juga terbuka untuk dikritisi. Keterbukaan seperti ini dimungkinkan karena gagasan dan tujuan kampanye pada dasarnya mengandung kebaikan untuk publik. Sebagian kampanye bahkan ditujukan sepenuhnya untuk kepentingan dan kesejahteraan umum. Karena sifatnya yang terbuka dan isi pesannya tidak ditujukan untuk menyesatkan khalayak, maka tidak diperlukan tindakan pemaksaan dalam upaya untuk mempengaruhi publik. Segala tindakan dalam kegiatan kampanye dilandasi oleh prinsip persuasi yakni mengajak dan mendorong publik untuk menerima atau melakukan sesuatu yang dianjurkan atas dasar kesukarelaan.

II.7 Hasil Riset

Berdasarkan hasil kuisioner dan riset kepada 45 responden pada jejaring sosial facebook kritikan untuk pemerintahan Indonesia latar pendidikan masyarakat yang didapat adalah sebagai berikut :

22 responden mahasiswa = 49 % 11 responden tanpa keterangan = 24 % 9 responden SMA/SMK = 20 % 3 responden SMP = 7 %

Sedangkan pada pagetwitter kritik pemerintah/@Bad_Goverment riset kepada 50 responden. Latar pendidikan sulit diketahui karena responden banyak yang tidak mencantumkan informasi pada jejaring sosial twitter.


(23)

Diketahui pada kedua hasil riset bahwa alasan masyarakat mengkritik adalah untuk menunjukkan ketidakpuasaan mereka terhadap ketidakadilan dan cara kerja pemerintahan Indonesia. Cara penyampaian dan sudut pandang masyarakat disampaikan secara emosional sehingga kata – kata yang di tulis kurang terkendali dan melupakan etika atau norma berbahasa yang ada. Domisili masyarakat tersebar di seluruh kota di Indonesia. Latar belakang kehidupan masyarakat juga beragam, beberapa merupakan masyarakat mampu, tetapi banyak juga yang tidak mampu.

Etika mengkritik mungkin sudah diketahui oleh kebanyakan responden, tetapi dalam pelaksanaannya kurang dipahami. Seperti yang terlihat pada kritik di jejaring sosial facebook ini. Kata-kata yang dipakai kurang baik. Terdapat semacam ejekan untuk lembaga pemerintah maupun pemimpin negeri ini. Masyarakat Indonesia akan dinilai buruk bila hal ini diketahui oleh masyarakat di dunia. Seperti contoh dibawah, terlihat penggunaan Bahasa yang kurang tepat dalam mengkritik lembaga pemerintahan tersebut.

Gambar II.3 kritik di jejaring sosial facebook


(24)

Gambar II.4 kritik di jejaring sosial twitter

Sumber : https://www.facebook.com/KritikanUntukPemerintahIndonesia?fref=ts (2014)

II.8 Solusi Permasalahan

Banyak penyampaian kritik di masyaratakat Indonesia dipengaruhi oleh kurangnya pemahaman mengenai persoalan yang akan dikritik dan penggunaan bahasa yang kurang baik dan benar. Permasalahan tersebut termasuk salah satu sebab dari kurangnya penerapan etika dalam berbahasa dan berperilaku yang harus diperhatikan dan diperbaiki. Karena itu dibutuhkan Kampanye untuk menyampaikan pesan tersebut ke masyarakat luas. Kampanye disini bertujuan untuk mendekati dan memberi informasi kepada masyarakat agar dapat mengetahui etika kritik yang baik dan benar. Dengan begitu masyarakat Indonesia akan lebih cerdas dalam menyampaikan kritik sosial dan juga membantu membangun dan memajukan Indonesia yang beretika.


(25)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1 Strategi Perancangan

Strategi perancangan yang akan dilakukan dari permasalahan mengenai etika penyampaian kritik sosial di jejaring sosial adalah membuat kampanye yang bertujuan untuk mengingatkan dan mengajak target audien agar berbahasa secara baik dan benar dalam mengkritik di jejaring sosial, skampanye ini juga berfungsi untuk mengetahui etika – etika kritik sosial dan mengaplikasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari. Target audien diharapkan akan membuat perubahan dalam beretika di jejaring sosial.

III.1.1 Tujuan Komunikasi

Permasalahan dalam penyampaian kritik sosial melalui jejaring sosial adalah masyarakat kurang mengetahui persoalan yang terjadi dan tidak mendalami masalah yang akan dikritik, akibatnya banyak kritikan yang tidak sesuai pada tempatnya dan mengarah kearah yang salah. Karena itu, perancangan kampanye disusun agar tepat pada target sasaran. Tujuan komunikasinya anatara lain adalah:  Menyadarkan pentingnya menggunakan etika dalam mengkritik di jejaring

sosial kepada masyarakat khususnya di jejaring sosial facebook dan twitter.  Memberikan pemahaman mengenai etika kritik di jejaring sosial

menggunakan Bahasa sehari-hari yang sesuai kaidah/norma.

 Mengajak agar ikut serta dalam menggunakan etika kritik saat menggunakan jejaring sosial di kehidupan sehari-hari.

III.1.2 Pendekatan Komunikasi

Pendekatan komunikasi yang dilakukan dalam etika penyampaian kritik sosial di jejaring sosial menggunakan pendekatan rasional, pendekatan yang bertujuan untuk memberikan informasi sesuai fakta yang ada.


(26)

Pendekatan Visual

“Gambar merupakan daya tarik mata. Gambar adalah perayu, tanpa membaca kata atau kalimat verbal, khalayak kadang bisa menafsirkan pesan yang disampaikan. Gambar dalam media promosi secara teknik bisa ditampilkan melalui ilustrasi maupun fotografi” (Moriarty,Sandra,2011)

Pendekatan visual dalam perancangan kampanye untuk etika penyampaian kritik sosial di jejaring sosial agar masyarakat menyadari pentingnya penggunan etika dan terhindar dari kritik yang salah adalah menggunakan visualisasi figur target audien dan icon – icon yang terdapat dalam media sosial untuk memudahkan pemahaman mengenai etika kritik sosial ini, karena dalam penyebaran kampanye akan lebih mudah mengenali sesuatu yang sering kita alami atau lakukan di kehidupan nyata. Digambarkan dengan suasana menyenangkan dan humoris adalah untuk mewujudkan suasana kritik yang memberikan solusi dan penyelesaian suatu masalah.

Visual akan menggunakan simbol atau icon yang berhubungan dengan jejaring sosia, untuk memudahkan dan menarik perhatian masyarakat dalam memahami kampanye ini. Media alternatif atau media pendukung diharapkan dapat lebih mendekatkan target audien dalam menanggapi kampanye sosial mengenai etika penyampaian kritik sosial di jejaring sosial.

Pendekatan Verbal

Pendekatan verbal dalam kampanye etika penyampaian kritik sosial di jejaring sosial ini dengan menggunakan Bahasa Nasional (Bahasa Indonesia) yang mengandung makna denotatif atau makna langsung, agar pesan yang disampaikan langsung dimengerti oleh target audien.

III.1.3 Materi Pesan

Setiap perancangan kampanye pasti terdapat materi pesan didalamnya. Dalam perancangan kampanye etika penyampaian kritik sosial di jejaring sosial ini materi pesan yang ingin disampaikan adalah marilah menggunakan etika saat


(27)

menyampaikan kritik agar kritik yang disampaikan sesuai dengan kaidah kritik, tidak menambah masalah yang tidak perlu dan masalah yang dikritik dapat ditemukan solusinya.

III 1.4 Gaya Bahasa

Gaya Bahasa yang akan digunakan dalam kampanye etika penyampaian kritik sosial di jejaring sosial ini adalah Bahasa sehari–hari yang santai dan Bahasa yang sering muncul di media sosial, yaitu Bahasa yang sering kita gunakan tetapi masih dalam norma yang berlaku. Bahasa sehari–hari yang santai digunakan agar lebih dekat dengan masyarakat dan dapat lebih cepat dipahami.

III.1.5 Khalayak Sasaran Perancangan Consumer Insight

Demografis : Remaja sampai orang dewasa, Pria dan wanita, usia 16 - 25 tahun.

Pendidikan : Sekolah menengah atas hingga universitas

Psikografis : Karena masyarakat yang berada dalam jejaring sosial beragam, maka psikografisnya juga beragam.

Geografis : Bertempat tinggal di wilayah perkotaan di Indonesia. SES : Menengah ke atas.

Consumer Journey

Tabel III.1 Consumer Journey

Waktu Aktifitas Konsumen Tempat Point Of Contact

05.00 Bangun tidur Kamar tidur

Kasur, bantal, guling, selimut, lemari, meja, jam, handphone, laptop/komputer.

05.20 Mandi Kamar mandi

Bak mandi, gayung, air, sikat gigi, pasta gigi, sabun, sampo


(28)

05.40 Sarapan Ruang makan

Piring, gelas, meja, kursi, sendok, garpu, serbet meja, koran, tissue

06.30 Pergi beraktifitas Luar rumah/jalanan

Motor, mobil, sepeda, pedagang/penjual, lampu jalan, pohon, bangunan, billboard, spanduk

08.00 Tiba di kampus kampus

Meja, kursi, papan tulis,

komputer/laptop, buku, pensil, pulpen, lampu, jam dinding, kalender , tas

12.00 Istirahat Restoran / kantin / cafe

Makanan, minuman,

meja, kursi,

handphone, laptop, teman berbicara, rokok, pedagang, kotak tissue, asbak rokok, gelas, piring, sendok, garpu

17.00 Pulang Jalan

Motor, mobil, sepeda, pedagang, lampu, trotoar


(29)

18.00 Sampai di rumah Ruang keluarga/ kamar

Televisi, handphone, sofa, meja, minuman,

jam dinding,

lemari/rak,

koran/majalah, music, earphone

19.00 Makan

malam/bersantai Ruang makan

Meja, kursi, makanan, minuman, piring, gelas, serbet, sendok, garpu

22.00 Tidur Kamar tidur

Kasur, selimut, bantal, guling, meja, lemari, gantungan pakaian, pakaian, celana, lampu, handphone, jam, laptop/komputer

III.1.6 Strategi Kreatif Copywriting/Tagline

Dalam perancangan kampanye etika penyampaian kritik sosial di jejaring sosial ini terdapat gambaran mengenai apa yang seharusnya dilakukan saat mengkritik agar sesuai dengan etika kritik yang ada, maka didapat “Indonesia

Beretika”, copywriting tersebut memiliki arti membuat Indonesia dengan

masyarakat yang mempunyai etika dalam hal memposting di jejaring sosial.

Headline

“Headline adalah kalimat pendek atau frasa yang ditempatkan secara mencolok pada sebuah media komunikasi dengan menggunakan huruf yang menonjol” (Nuradi,1996). “Headline merupakan unsur terpenting dalam persaingan menarik perhatian pembaca atau pemirsa. Tampilnya headline dan


(30)

ilustrasi untuk mencari penyelesaian informasi yang terkandung, dengan kata lain bahwa headline mempunyai peran ganda yaitu sebagai daya tarik kepada khalayak untuk dapat dipahami secara langsung dan dapat menyarankan isi

pesan” (Pujiyanto,2013).

Pembuatan headline didasarkan pada perilaku beretika saat mengkritik di jejaring sosial. headline tersebut adalah : “yuk #Postingcerdas”

Diatas adalah headline yang akan digunakan dalam kampanye penyampaian etika kritik sosial di jejaring sosial yang memiliki arti: “Menulis/mempostinglah tulisan/kata-kata dengan pintar, yaitu memikirkan dahulu apa yang akan diposting, jangan hanya langsung memposting kata-kata/tulisan tersebut tanpa diolah terlebih dahulu”.

Headline menggunakan tanda “#” atau dibaca Hashtag. Karena Hashtag memudahkan orang untuk menemukan dan mengikuti pembahasan/topik mengenai brands, events, dan promosi. Hashtag dalam menjalakan suatu kampanye berguna untuk menghasilkan konten yang unik untuk target audien.

 Penggunaan kata posting mengaju pada perilaku atau Bahasa yang sering digunakan pada saat mengkritik di jejaring sosial. Posting berarti sebar, penyebaran atau menyebarkan.

 Penggunaan kata cerdas adalah sebagai ajakan untuk menjadi orang yang cerdas dalam menanggapi permasalahan dengan berpikir terlebih dahulu dan tidak mengungkapkan/mengkritiknya secara emosional tanpa etika berbahasa yang sudah ada.

 Kata yuk pada awal headline ini mempunyai arti untuk mengajak masyarakat untuk melakukan event yang ada dalam penyampaian etika kritik sosial di jejaring sosial ini.

Bodycopy

Bodycopy yang terdapat dalam media penyampaian etika kritik sosial di jejaring sosial adalah yang akan digunakan untuk memperjelas headline


(31)

maupun tagline dan juga merupakan ajakan untuk event yang akan diadakan. Bodycopynya adalah “Sampaikan kritik dengan sopan di media sosial”.

 Visualisasi

Visualisasi perancangan kampanye etika penyampaian kritik sosial di jejaring sosial didasarkan pada tujuan kampanye ini yaitu untuk mengajak masayarakat agar menggunakan etika saat menyampaian kritik melalui jeajaring/media sosial.

Visualisasi akan difokuskan pada suasana yang menyenangkan, dengan pemakaian visual yang simple/sederhana namun tetap menarik perhatian dan penuh warna. Visual pada media internet untuk etika penyampaian kritik sosial ini terdapat beberapa variasi gambar yang akan ditampilkan agar target audien tidak bosan dan tidak melupakan kampanye yang sudah dilakukan.

III.1.7 Strategi Media

Gambaran media yang akan digunakan dalam kampanye etika penyampaian kritik sosial di jejaring sosial ini penempatannya akan difokuskan pada jejaring atau media sosial itu sendiri sebagai media utama. Strategi ini dipilih agar target audien dapat berinteraksi langsung dengan media dan memudahkan target audien untuk mencari informasi langsung mengenai permasalahan mengenai penyampaian etika penyampaian kritik sosial ini, karena target audien adalah orang – orang yang sering menggunakan atau berinteraksi dengan jejaring/media sosial. Strategi selanjutnya dalam kampanye penyampaian kritik sosial ini adalah penyelengaraan event yang berada dalam jejaring sosial, mengarah ke headline dalam kampanye ini yaitu yuk #postingcerdas. Dalam event tersebut masyarakat di ajak untuk menulis atau memposting kasus – kasus yang akan diberikan pihak penyelenggara kampanye. Lalu masyarakat memposting kritikan mereka dengan memberikan #postingcerdas agar memudahkan dalam pemilihan dan pengecekan dalam media jejaring sosial. Dengan event ini diharapkan masyarakat dapat menyadari bagaimana etika berbahasa yang baik dan benar dan jmasyarakat dapat berlomba – lomba dalam menjadi cerdas dalam mengkritik.


(32)

III.1.7.1 Pemilihan Media

Untuk pemilihan media kampanye etika penyampaian kritik sosial di jejaring sosial ini, dipilih media yang sangat dekat dan sering digunakan oleh target audien. Media yang digunakan difokuskan pada media ATL (Above The Line / Media Lini Atas) sebagai media utama berupa media internet, dan BTL (Below The Line / Media Lini Bawah) sebagai media pendukung untuk penyebaran dan informasi lebih lanjut mengenai kampanye sosial ini.

 Media ATL (Above The Line) sebagai media utama :

Menggunakan media sosial sebagai media internet yakni facebook dan twitter, karena media sosial tersebut merupakan media untuk saling berkomentar atau mengomentari hal – hal yang sedang terjadi saat ini.

 Facebook

Penempatan visual pada media sosial facebook akan berada pada cover dan profile picture. Untuk informasi akan berada di timeline facebook.

Twitter

Penempatan visual pada twitter juga sama seperti pada facebook, yaitu pada cover, profile picture dan timeline yang berisi informasi – informasi mengenai etika kritik sosial.

 Media BTL (Below The Line) antara lain sebagai berikut :

Digunakan sebagai media pendukung yang merupakan media cetak agar penyebarannya mudah dilakukan.

 Poster, karena poster adalah media yang akan membantu menginformasikan kepada masyarakat umum, terutama yang jarang menggunakan jejaring/media sosial. Penempatannya antara lain berada di kafé / restoran, mall, kampus dan taman.

Flyer, media yang berisi informasi lengkap mengenai kampanye etika penyampaian kritik sosial di jejaring sosial, disebarkan ke masyarakat umum. Penempatanya di kafé / restoran, mall, kampus dan taman.


(33)

 Spanduk, media yang digunakan untuk menarik perhatian karena bentuknya besar. Penempatannya adalah di tempel / digantung di jalan – jalan dekat kampus, kafe/restoran, mall, dan taman.

Gimmick, barang yang diberikan secara cuma – cuma saat proses kampanye. Biasanya di bagikan di tempat – tempat ramai, antara lain :

 Sticker, digunakan untuk promosi secara tidak langsung. Stiker juga mudah diletakkan dimana saja.

 Pin, digunakan untuk promosi secara tidak langsung juga. Pin mudah dibawa

– bawa dan banyak kegunaannya, contohnya untuk diletakkan di tas atau baju.

 Gantungan kunci, digunakan untuk media sosialisasi. Bisa digunakan untuk banyak keperluan, seperti gantungan kunci rumah atau kendaraan pribadi.

III.1.8 Strategi Distribusi

Strategi distribusi yang dilakukan dalam kampanye etika penyampaian kritik sosial di jejaring sosial ini didasarkan pada kebiasaan target audien yang merupakan mahasiswa pengguna internet dan dapat mengaksesnya dalam 24 jam. Maka penyebaran media sebisa mungkin akan dilakukan pada setiap kesempatan. Penyebaran media pendukung akan disesuaikan saat dimulainya kampanye, kemudian dilanjutkan pada waktu yang tidak terlalu jauh sebagai remainder agar masyarakat tidak lupa, dan juga tidak dalam waktu sangat dekat karena masyarakat akan bosan. Tabel distribusi dan penyebaran kampanye sosial yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :


(34)

Tabel III.2 Tabel distribusi penyebaran kampanye

September Oktober November Desember

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Facebook

Twitter Poster Brosur Spanduk Stiker Pin

III.2 Konsep Visual

Konsep visual pada kampanye etika penyampaian kritik sosial di media sosial disesuaikan dengan target audien yaitu dengan pemakaian visual yang menyegarkan simple/sederhana namun tetap menarik perhatian dan penuh warna. Untuk itu visualisasi akan menggunakan gambar flat design sebagai bentuk gambar yang simple/sederhana dan menarik. Dasar dari desain ini adalah menghilangkan karakter gaya yang membuat mereka seolah - olah tampak mengambang di halaman. Secara mudahnya ini berarti menghilangkan karakter gaya seperti bayangan, gradien, tekstur dan karakter lain dari desain yang digunakan untuk membuat elemen seolah-olah menjadi tiga dimensi. Di era sekarang, flat design bukan meruapakan design yang sangat membosankan. Meskipun sekarang masih banyak desainer berpikir bahwa mereka harus menambahkan desain yang ramai dengan banyak hiasan di situsnya maupun di desainnya agar terlihat menarik. Ideologi seperti itu sekarang sudah tidak berlaku. Sekarang era dimana desain digital itu bersifat simple namun menarik.


(35)

Gambar III.1 Contoh Flat Design Sumber : pinterest.com

“Flat Design sangat bermain dengan warna. Peran warna dalam flat design ini sangat penting sekali. Dengan memilih warna yang pas dengan tema yang digunakan dalam desain sangat membantu sekali dalam membentuk flat design. Untuk masalah konten dalam design ini mempunyai konten yang simple dengan desain yang simple dan tidak ramai. Teknik flat design ini adalah teknik desain yang sangat minimalis” (Muhammad, 2014).

III.2.1 Format Desain

Format desain yang digunakan akan berbeda – beda, disesuaikan dengan media yang akan digunakan, namun konsep visual tetap disamakan dengan media utama yang dipakai.

III.2.2 Tata Letak (Layout)

“Langkah akhir dalam pengerjaan desain adalah memilih dan menata elemen – elemen yang ada untuk membawakan pesan atau informasi. Hasil diharapkan adalah suatu sarana komunikasi yang efektif, hal ini menyangkut fungsi dan keindahan. Oleh karena itu, penempatan ilustrasi serta tulisan baik mengenai sifat, ukuran, bentuk, dan jarak ditentukan oleh layout” (Pujiyanto,2013:119).

Layout yang digunakan dalam etika kritik sosial di jejaring sosial ini disesuaikan dalam penempatan pada media sosial, yaitu landscape untuk cover dan portrait


(36)

untuk profile picture dan media pendukung. Penggunaan pada stiker dan pin akan disesuaikan.

III.2.3 Huruf

“Huruf atau tipografi merupakan pemilihan, pemilahan, dan pengaturan tata letak yang harmonis serta mengandung maksud tertentu dari huruf yang ditampilkan (divisualisasikan) dalam berbagai media” (Pujiyanto,2013).

“Pemilihan jenis font yang digunakan dalam kampanye etika penyampaian kritik sosial di jejaring sosial adalah sans serif dan script/fantasy, jenis huruf sans serif menarik perhatian banyak orang terutama pada tampilan judul. Sedangkan jenis huruf script/fantasy berfungsi untuk mempertegas atau menarik perhatian pembaca” (Pujiyanto,2013).

 Barlow Solid, sebagai headline. Font ini digunakan untuk memberi kesan menarik dan menyenangkan, tidak formal dan menarik perhatian.

 Brannboll Fet, Digunakan sebagai tagline kata “Beretika”. Font ini digunakan

untuk menyelaraskan kata “Indonesia” dalam tagline. Font ini juga untuk

memberi kesan tidak kaku dan memiliki keindahan yang sesuai dengan definisi etika itu sendiri.


(37)

 Canter, Digunakan sebagai tagline kata “INDONESIA”. Font ini digunakan

untuk menggambarkan cita - cita negara indonesia yang kokoh, adil, dan konsisten terhadap suatu kondisi.

 Champagne & Limousines, Digunakan untuk bodycopy dan informasi lain yang ada pada media tersebut. Font ini digunakan untuk memudahkan target audien dalam membaca dan untuk menyelaraskan font headline.

III.2.4 Warna

“Warna merupakan faktor dominan dalam tampilan sebuah media komunikasi. Warna dalam media komunikasi bisa ditampilkan pada background, ilustrasi, atau pada tipografi yang kontras. Jenis warna yang ditampilkan sesuai dengan tempat layoutnya jelas mempunyai maksud dan tujuan dalam komunikasi, sesuai dengan fungsi informasi, baik tampilan pada gambar, tipografi, maupun background” (Pujiyanto,2013).

“Warna mempunyai pengaruh terhadap emosi dan asosiasinya terhadap macam – macam pengalaman, maka setiap warna mempunyai arti perlambangan dan makna yang bersifat mistik. Warna secara emosional mempunyai simbol sesuai dengan fungsi dan penerapannya” (Sulastri Darmaprawira W.A.,2002).


(38)

Warna merupan elemen yang sangat penting dalam pembuatan suatu desain, Warna yang digunakan dalam etika ktik sosial di jejaring sosial ini disesuaikan dengan target audien, pengaruh dari media sosial dan definisi dari warna itu sendiri. Warna yang dipilih pada dasarnya merupakan warna – warna yang ada pada media - media sosial atau memiliki kesamaan, yaitu sebagai berikut :

 Biru, Memberikan kesan Komunikasi, dinamis, kreativitas, kepercayaan, loyalitas, kepandaian, panutan, kestabilan, kesadaran, pesan, ide, berbagi dan idealism. Warna ini memberi kesan tenang dan menekankan keinginan. Warna Biru dapat menampilkan kekuatan teknologi yang sesuai dengan media utama kampanye etika kritik sosial ini.

 Merah, Melambangkan kesan energi, kekuatan, keberanian, pencapaian tujuan, resiko, perjuangan, perhatian dan kecepatan. Warna ini dapat menyampaikan kecenderungan untuk menampilkan gambar dan teks secara lebih besar dan dekat. Hal ini berguna dalam tujuan kampanye yang beresiko dan membutuhkan perjuangan, perhatian masyarakat serta kecepatan yang diperlukan dalam proses berkampanye.

 Hijau, Menunjukkan pertumbuhan, muda, kesuksesan materi, pembaharuan, daya tahan, keseimbangan, ketergantungan dan persahabatan. Hal ini ditujukan pada target audien yang diharapkan dapat memberikan pertumbuhan serta pembaharuan dalam beretika.

 Kuning, Merujuk pada ingatan, imajinasi logis, energi sosial, kerjasama, kebahagiaan, kegembiraan, kehangatan, loyalitas, persepsi, pemahaman, kebijaksanaan, aksi, idealisme, optimisme, imajinasi dan harapan. Warna Kuning meningkatkan aktivitas dan menarik perhatian, sesuai dengan yang diperlukan saat kampanye etika kritik sosial berlangsung.


(39)

Gambar III.2 Banner Pada Media Sosial Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar III.3 Banner Pada Media Sosial 1 Sumber :Dokumen Pribadi

III.2.5 Studi Karakter

Referensi untuk karakter yang terdapat dalam perancangan kampanye etika penyampaian kritik sosial di jejaring sosial adalah sebagai berikut :


(40)

III.4 Masyarakat Bermedia Sosial Di Luar Ruangan Sumber : https://www.google.co.id/

III.5 Karakter Di Luar Ruangan Sumber : Dokumen Pribadi


(41)

III.6 Masyarakat Bermedia Sosial Di Kafe/Restoran Sumber : https://www.google.co.id/

III.7 Karakter Di Kafe/Restoran Sumber : Dokumen Pribadi

What’s on your mind?

harusnya pemerintah itu a |


(42)

BAB IV

TEKNIS PRODUKSI DAN APLIKASI MEDIA

IV.1 Teknis Produksi

Proses produksi media untuk kampanye etika penyampaian kritik sosial di jejaring sosial akan dilakukan melalui beberapa tahap yaitu:

a. Tahap Pengumpulan Data

Setelah mendapatkan konsep dari tujuan perancangan dan strategi perancangan maka selanjutnya adalah mengumpulkan data pendukung yang akan dimuat di media, seperti data berupa gambar, foto, tulisan/font, logo serta referensi dari internet dan buku.

b. Tahap Perancangan

Tahapan perancangan ini adalah tahapan yang paling kursial untuk mewujudkan media-media dalam kampanye etika penyampaian kritik sosial di jejaring sosial ini. Proses pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan data dan gambar. Tahap selanjutnya yaitu membuat rancangan gambar, menambahkan headline, tagline dan bodycopy, lalu memasukan logo kampanye dan logo dari mandatori. Tahapan terakhir adalah tahapan finishing yaitu tahapan dimana softcopy media yang telah selesai dirancang dan akan disempurnakan sebagai media utama ataupun sebagai media pendukung.

c. Tahap Cetak

Tahapan cetak adalah proses perwujudan media yang sebelumnya berupa softcopy lalu akan dicetak sesuai dengan keperluannya ke dalam bentuk fisiknya (hardcopy) seperti poster, brodur, spanduk, flyer, stiker, pin dan kebutuhan media yang akan dicetak lainnya.


(43)

IV.2 Media Utama

Media utama yang digunakan dalam kampanye etika penyampaian kritik sosial di jejaring sosial dijabarkan sebagai berikut :

IV.2.1 Page Media Sosial Facebook

Gambar IV.1 Page Media Sosial Facebook

Sumber : Dokumen Pribadi

Media page facebookini merupakan media utama . Strategi ini dipilih agar target audien dapat berinteraksi langsung dengan media dan memudahkan target audien untuk mencari informasi langsung mengenai permasalahan mengenai penyampaian etika penyampaian kritik sosial ini, karena target audien adalah orang – orang yang sering menggunakan atau berinteraksi dengan jejaring/media sosial.


(44)

IV.2.2 Page Media Sosial Twitter

Gambar IV.2 Page Media Sosial Twitter

Sumber : Dokumen Pribadi

Media page twitter ini merupakan media attention dalam kampanye etika penyampaian kritik sosial di jejaring sosial untuk keperluan event. Dalam event tersebut masyarakat akan memposting pada twitter.

IV.3 Media Pendukung

Media pendukung yang digunakan dalam kampanye etika penyampaian kritik sosial di jejaring sosial ini dibuat untuk melengkapi media utama, antara lain adalah


(45)

IV.3.1 Poster Kampanye

Gambar IV.3 Poster Kampanye Sumber : Dokumen Pribadi

Ukuran Media : 29,7cm x 42cm Bahan : Art paper 310 gr Teknik : Digital Print

Media poster kampanye ini adalah media yang akan menginformasikan mengenai kampanye sosial kepada masyarakat umum, terutama yang jarang menggunakan jejaring/media sosial. Penempatannya antara lain berada di kafé / restoran, mall, kampus dan taman.


(46)

IV.3.2 Pin / Button

Gambar IV.4 Pin / Button

Sumber : Dokumen Pribadi

Ukuran Media : 5,8 mm

Bahan : plastik putih KW 1, peniti gepeng Teknik : Digital Printing

Media pin ini digunakan untuk media sosialisasi. Pin mudah dibawa – bawa dan banyak kegunaannya, contohnya untuk diletakkan di tas atau baju.


(47)

IV.3.3 Gantungan Kunci

Gambar IV.5 Gantungan Kunci Sumber : Dokumen Pribadi

Ukuran Media : 5,8 mm

Bahan : plastik putih, ring rantai Teknik : Digital Printing

Gantungan kunci, digunakan untuk media sosialisasi. Bisa digunakan untuk banyak keperluan, seperti gantungan kunci rumah atau kendaraan pribadi.


(48)

IV.3.4 Stiker

Gambar IV.6 Stiker Sumber : Dokumen Pribadi

Bahan : Vinyl Doff Teknik : Digital Printing


(49)

IV.3.5 Poster Event

Gambar IV.7 Poster Event

Sumber : Dokumen Pribadi

Ukuran Media : 29,7cm x 42cm Bahan : Art paper 310 gr Teknik : Digital Print

Media poster event ini adalah media yang akan membantu menginformasikan kepada masyarakat umum mengenai event yang akan diadakan oleh kampanye sosial ini sebagai bentuk pendekatan langsung kepada masyarakat, Penempatannya antara lain berada di kafé / restoran, mall, kampus dan taman.


(50)

IV.3.6 Spanduk

Gambar IV.8 Spanduk Sumber : Dokumen Pribadi

Ukuran Media : 100 cm Bahan : Flexi Matte 300gr Teknik : Digital Print

Teknik media spanduk ini digunakan untuk menjaga nilai keterbacaan khalayak terhadap pesan yang ingin disampaikan melalui media besar dan ditempatkan di ruas jalan yang strategis.


(51)

IV.3.7 Flyer

Gambar IV.9 Flyer Tampak Depan


(52)

Gambar IV.10 Flyer Tampak Belakang Sumber : Dokumen Pribadi

Ukuran Media : 14,8 cm x 21 cm Bahan : Art Paper 150gr

Teknik : Digital Print

Flyer berisi informasi lebih lengkap mengenai kampanye etika kritik sosial di jejaring sosial, disebarkan ke masyarakat umum. Penempatannya di kafe / restoran, mall, kampus dan taman.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro., Komala, Lukiati., & Karlinah, Siti. (2012). Komunikasi Massa. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Bangun, SEM. C. 2000. Bangun Kritik Seni Rupa. Bandung: Penerbit ITB. Darmaprawira, Sulasmi. 2002. Warna: Teori dan Kreativitas Penggunaannya. Bandung: ITB.

Denis, McQuail. 1987. Teori Komunikasi Massa. Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Effendy, Uchjana, Onong. 2003. Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Harmono, Bambang. Prinsip dan Etika Kritik.

<http://tabloidaspirasi.com/bambang-harmono-s-pd-sd-prinsip-dan- etika-kritik.html> [diakses pada april 2015].

J.H. Marsman, J. Wildschut, F. Mahfud and H.J. Heeres, J. Chromatogr. A. 1150. 2007.

Littlejohn, Stephen W. 1999. Theories of Human Communication. 5th edition. California: Wadswort Publishing Company.

Martin, Judith N., and Nakayama, Thomas K. 1997. Intercultural Communication in Contexts. California: Mayfield Publishing Company.

Moriarty, Sandra, Nancy Mitchell & William Wells. 2011. Advertising (edisi kedelapan). Jakarta: Kencana.

Nasrullah, Rulli. 2012. Komunikasi Antarbudaya Di Era Budaya Siber. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Nuradi. 1996. Kamus Istilah Periklanan Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Poedjawijatna, I.R. 1982. Etika Filsafat Tingkah Laku. Bina Aksara. Cetakan keempat.

Pujiyanto. 2013. Iklan Layanan Masyarakat. Yogyakarta: Penerbit ANDI Sumardjo, Jakob. 2000. Filsafat Seni. Bandung: Penerbit ITB.


(54)

Venus, Antar. 2012. Manajemen Kampanye. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Wiryanto. 2010. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: PT.Grasindo.


(55)

(56)

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Meilanti Asriana Mentari

Tempat, Tanggal Lahir : Wonosobo, 20 Mei 1993 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Perumahan Mutiara Gading Timur Jl. Bangka 5 Blok B7 No. 10N, RT 31/01 kec./kel.: Mustika Jaya, Bekasi Timur 17158

Telepon: 08118779009 / (021) 82615158 E-mail: mjj_mei@yahoo.com

Latar Belakang Pendidikan

 1999 : TK Pertiwi

 2001 : SDN 2 Aceh Barat (Pindah)  2005 : SDN 01 Jakarta Selatan (Pindah)  2006 : SDN Mustika Jaya 7 Bekasi  2009 : SMPN 4 Jatimulya, Bekasi  2010 : SMA Mandalahayu Bekasi


(1)

IV.3.7 Flyer

Gambar IV.9 Flyer Tampak Depan


(2)

45

Gambar IV.10 Flyer Tampak Belakang

Sumber : Dokumen Pribadi

Ukuran Media : 14,8 cm x 21 cm Bahan : Art Paper 150gr

Teknik : Digital Print

Flyer berisi informasi lebih lengkap mengenai kampanye etika kritik sosial di jejaring sosial, disebarkan ke masyarakat umum. Penempatannya di kafe / restoran, mall, kampus dan taman.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro., Komala, Lukiati., & Karlinah, Siti. (2012). Komunikasi Massa. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Bangun, SEM. C. 2000. Bangun Kritik Seni Rupa. Bandung: Penerbit ITB. Darmaprawira, Sulasmi. 2002. Warna: Teori dan Kreativitas Penggunaannya. Bandung: ITB.

Denis, McQuail. 1987. Teori Komunikasi Massa. Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Effendy, Uchjana, Onong. 2003. Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Harmono, Bambang. Prinsip dan Etika Kritik.

<http://tabloidaspirasi.com/bambang-harmono-s-pd-sd-prinsip-dan- etika-kritik.html> [diakses pada april 2015].

J.H. Marsman, J. Wildschut, F. Mahfud and H.J. Heeres, J. Chromatogr. A. 1150. 2007.

Littlejohn, Stephen W. 1999. Theories of Human Communication. 5th edition. California: Wadswort Publishing Company.

Martin, Judith N., and Nakayama, Thomas K. 1997. Intercultural Communication in Contexts. California: Mayfield Publishing Company.

Moriarty, Sandra, Nancy Mitchell & William Wells. 2011. Advertising (edisi kedelapan). Jakarta: Kencana.

Nasrullah, Rulli. 2012. Komunikasi Antarbudaya Di Era Budaya Siber. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Nuradi. 1996. Kamus Istilah Periklanan Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Poedjawijatna, I.R. 1982. Etika Filsafat Tingkah Laku. Bina Aksara. Cetakan keempat.

Pujiyanto. 2013. Iklan Layanan Masyarakat. Yogyakarta: Penerbit ANDI Sumardjo, Jakob. 2000. Filsafat Seni. Bandung: Penerbit ITB.


(4)

47 Venus, Antar. 2012. Manajemen Kampanye. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Wiryanto. 2010. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: PT.Grasindo.


(5)

(6)

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Meilanti Asriana Mentari

Tempat, Tanggal Lahir : Wonosobo, 20 Mei 1993 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Perumahan Mutiara Gading Timur Jl. Bangka 5 Blok B7 No. 10N, RT 31/01 kec./kel.: Mustika Jaya, Bekasi Timur 17158

Telepon: 08118779009 / (021) 82615158 E-mail: mjj_mei@yahoo.com

Latar Belakang Pendidikan

 1999 : TK Pertiwi

 2001 : SDN 2 Aceh Barat (Pindah)

 2005 : SDN 01 Jakarta Selatan (Pindah)

 2006 : SDN Mustika Jaya 7 Bekasi

 2009 : SMPN 4 Jatimulya, Bekasi

 2010 : SMA Mandalahayu Bekasi