Personifikasi Gaya Bahasa Perbandingan .1 Metafora

13 ...Tahukah engkau wahai langit Aku ingin bertemu membelai wajahnya Kan ku pasang hiasan angkasa yang terindah hanya untuk dirinya... Pada penggalan lirik lagu “Lagu Rindu” di atas, gaya bahasa personifikasi terdapat pada baris pertama, yaitu tahukah engkau wahai langit. Dalam hal ini, seolah langit bisa dijak berbicara mengenai sesuatu. Padahal, langit merupakan sesuatu yang tidak bernyawa. Maksud personifikasi tahukah engkau wahai langit adalah dialog percakapan mengenai seseorang.

2.2.5 Pleonasme

Pleonasme adalah gaya bahasa yang berupa pemakaian kata yang mubazir atau berlebihan yang sebenarnya tidak perlu Tarigan, 1985: 245. Pleonasme terdapat pada lagu “Sebentuk Hati Buat Kekasih” dan “Tapi Bukan Aku” 14 Bila kau bukanlah cinta sejati mungkin aku takkan pernah mengerti hati yang tulus setia yang indah dan semua yang terjadi antara kita... Pada penggalan lirik lagu “Sebentuk Hati Buat Kekasih” tersebut, gaya bahasa pleonasme terdapat pada frase hati yang tulus setia yang indah. Di situ terdapat kelebihan penggunaan kaya yang. Seharusnya, dapat dipilih salah satu, yaitu menggunakan frase hati yang tulus setia atau hati yang indah. Maksud pleonasme hati yang tulus setia yang indah adalah ungkapan perasaan yang sesungguhnya. 15 ...Lebih baik jangan mencintaiku aku dan semua hatiku karena takkan pernah kau temui, cinta sejati... Pada penggalan lirik lagu “Tapi Bukan Aku” tersebut di atas, gaya bahasa pleonasme terdapat pada pernyataan mencintaiku aku dan semua hatiku. Di situ terlalu banyak penggunaan kata aku dan ku. Lebih baik, aku dan semua hatiku tidak perlu dipakai. Makna lagu pun tidak berkurang walau ada pengurangan kata. Maksud pleonasme mencintaiku aku dan semua hatiku adalah menyatakan tentang diri. 2.3 Gaya Bahasa Pertentangan 2.3.1 Oksimoron Oksimoron adalah jenis gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan dalam frase yang sama Keraf dalam Tarigan, 1985: 63. Gaya bahasa oksimoron terdapat pada lagu “Kejujuran Hati” dan “Tak Mungkin Lagi”. 16 ...Ku akui aku merindukanmu Meski ternyata tak pernah kau merindukanku Tapi ku tak pernah bisa melakukan apa yang seharusnya kuinginkan karena memang kau bukan milikku... Pada penggalan lirik lagu “Kejujuran Hati” tersebut di atas, gaya bahasa oksimoron terdapat pada kalimat ku akui aku merindukanmu meski ternyata tak pernah kau merinukanku. Pihak yang satu mempunyai rasa rindu, tapi pihak yang lain tidak memiliki rasa rindu seperti yang dialami pihak yang satu. Dengan kata lain, rasa rindu hanya dialami oleh satu pihak. Maksud oksimoron ku akui aku merindukanmu meski ternyata tak pernah kau merinukanku adalah „rindu yang bertepuk sebelah tangan‟.