Penggunaan gaya bahasa dalam beberapa lirik lagu band Kerispatih.

(1)

ABSTRAK

Caesario, Erick. 2013. “Penggunaan Gaya Bahasa dalam Beberapa Lirik Lagu Band Kerispatih”. Skripsi Strata 1 (S1). Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Dalam tugas akhir ini, dibahas penggunaaan gaya bahasa dalam beberapa lirik lagu Band Kerispatih. Ada dua masalah yang dibahas: (1) apa saja jenis gaya bahasa yang digunakan dalam beberapa lirik lagu Band Kerispatih? dan (2) bagaimana fungsi gaya bahasa dalam lirik lagu tersebut?

Objek penelitian ini adalah gaya bahasa yang digunakan dalam lirik lagu Band Kerispatih. Sumber data penelitian ini, yaitu lirik lagu Band Kerispatih. Beberapa lirik lagu Band Kerispatih yang menjadi bahan penelitian penulis adalah “Kejujuran Hati”, “Lagu Rindu”, “Sebentuk Hati Buat Kekasih”, “Akhir Penantian”, “Tapi Bukan Aku”, dan “Tak Mungkin Lagi”. Pengambilan data dilakukan menggunakan metode simak. Teknik dasar yang digunakan adalah teknik catat. Teknik tersebut dilanjutkan dengan teknik simak bebas libat cakap. Data-data yang diperoleh dicatat di kartu Data-data kemudian dianalisis dengan metode agih dan metode padan. Teknik metode agih yang digunakan adalah teknik ganti dan teknik pengontrasan. Metode padan yang digunakan adalah metode padan fonetis dan metode padan ortografis. Teknik metode padan yang digunakan adalah teknik pilah unsur penentu yang berupa daya pilah fonetis dan daya pilah ortografis.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat empat jenis gaya bahasa yang terkandung dalam lirik lagu Band Kerispatih yang diteliti penulis: (1) gaya bahasa perbandingan, (2) gaya bahasa pertentangan, (3) gaya bahasa pertautan, dan (4) gaya bahasa perulangan. Gaya bahasa perbandingan yang terkandung dalam lirik lagu yang diteliti, meliputi metafora, perifrasis, antisipasi, personifikasi, dan pleonasme. Gaya bahasa pertentangan yang terkandung dalam lirik lagu yang diteliti, meliputi oksimoron, hiperbola, litotes, paradoks, dan inuendo. Gaya bahasa pertautan yang terdapat pada lirik lagu yang diteliti, meliputi sinekdoke pars pro toto, elipsis, dan erotesis. Gaya bahasa perulangan yang terkandung dalam lirik lagu yang diteliti, meliputi asonansi, aliterasi, mesodiplosis, dan tautotes.

Fungsi masing-masing gaya bahasa berbeda-beda. Fungsi gaya bahasa perbandingan meliputi fungsi ungkapan, fungsi memperbanyak, fungsi akibat-sebab, fungsi melekatkan unsur nyawa, dan fungsi melebih-lebihkan. Fungsi gaya bahasa pertentangan meliputi fungsi pengontrasan, fungsi membesar-besarkan, fungsi merendah, fungsi ketidakmungkinan,dan fungsi menyindir. Fungsi gaya bahasa pertautan meliputi fungsi menyebut untuk mengingat, fungsi penghematan, dan fungsi refleksi. Fungsi gaya bahasa perulangan adalah fungsi memperindah.


(2)

ABSTRACT

Caesario, Erick. 2013. "Use of Language in Some Style Band Lyrics Kerispatih". Thesis Strata 1 (S1). Literature Study Program Indonesia, Indonesian Literature Department, Faculty of Letters,

University of Sanata Dharma.

In this thesis, discussed the use of style in a few Band lyrics Kerispatih. There are two issues were addressed: (1) what kind of style of language used in some Kerispatih Band song? and (2) how to function in the language style of the song?

Object of this study is the style of language used in the lyrics of the song Kerispatih Band. Data sources of this study, namely Kerispatih Band song lyrics. Some Kerispatih Band song that became the author of the study is “Kejujuran Hati”, “Lagu Rindu”, “Sebentuk Hati Buat Kekasih”, “Akhir Penantian”, “Tapi Bukan Aku”, dan “Tak Mungkin Lagi”. Data collection was performed using the method see. The basic technique used is the technique note. The technique followed by freely refer to techniques involved capably. The data obtained are recorded on a data card is then analyzed by the method agih and unified method. Technique is the method used agih techniques change and techniques contrast. Equivalent method is the method of unified phonetic and orthographic unified method. Equivalent method used technique is the technique of sorting the decisive element in the form of aggregated power phonetic and orthographic aggregated power.

Results of this study indicate that there are four types of style that is contained in the lyrics of the song Kerispatih Band authors studied : ( 1 ) stylistic comparisons , ( 2 ) the language style of conflict , ( 3 ) style linkage , and ( 4 ) style iteration . Stylistic comparisons contained in the lyrics of the song are researched , includes metaphors , perifrasis , anticipation , personification , and redundancy . Stylistic contradictions contained in the lyrics of the song are examined , covering an oxymoron , hyperbole , litotes , paradox , and inuendo . Style engagement contained in the lyrics of the song are researched , includes sinekdoke pars pro toto , ellipsis , and erotesis . Looping style of language contained in the lyrics of the song are researched , includes assonance , alliteration , mesodiplosis , and tautotes.

The function of each different language styles. Functions include comparative stylistic expression functions, multiply function, the function due to the causes, the function of embedding elements of life, and function exaggerating. Functions include functions stylistic contradictions pengontrasan, exaggerate the function, the function modestly, the impossibility of functions, and functions quips. Style function call linkage includes functions to remember, saving function, and the function of reflection. Function iteration style is beautified function.


(3)

(4)

i

PENGGUNAAN GAYA BAHASA

DALAM BEBERAPA LIRIK LAGU BAND KERISPATIH

Tugas Akhir

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh Erick Caesario NIM: 064114004

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(5)

ii


(6)

(7)

iv

Motto dan Persembahan

"

Orang yang tidak pernah berbuat salah

adalah orang yang tidak pernah berbuat apa-apa

"

(

J.J Roosevelt

)


(8)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah ditulis dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 11 Oktober 2013

Penulis


(9)

vi

Pernyataan Persetujuan Karya Ilmiah untuk Kepentingan Akademis

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Erick Caesario

NIM : 064114004

Demi kepentingan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul "Penggunaan Gaya Bahasa dalam Beberapa Lirik Lagu Band Kerispatih" beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media yang lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebahai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 11 Oktober 2013 Yang menyatakan,


(10)

vii ABSTRAK

Caesario, Erick. 2013. “Penggunaan Gaya Bahasa dalam Beberapa Lirik Lagu Band Kerispatih”. Skripsi Strata 1 (S1). Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Dalam tugas akhir ini, dibahas penggunaaan gaya bahasa dalam beberapa lirik lagu Band Kerispatih. Ada dua masalah yang dibahas: (1) apa saja jenis gaya bahasa yang digunakan dalam beberapa lirik lagu Band Kerispatih? dan (2) bagaimana fungsi gaya bahasa dalam lirik lagu tersebut?

Objek penelitian ini adalah gaya bahasa yang digunakan dalam lirik lagu Band Kerispatih. Sumber data penelitian ini, yaitu lirik lagu Band Kerispatih. Beberapa lirik lagu Band Kerispatih yang menjadi bahan penelitian penulis adalah “Kejujuran Hati”, “Lagu Rindu”, “Sebentuk Hati Buat Kekasih”, “Akhir Penantian”, “Tapi Bukan Aku”, dan “Tak Mungkin Lagi”. Pengambilan data dilakukan menggunakan metode simak. Teknik dasar yang digunakan adalah teknik catat. Teknik tersebut dilanjutkan dengan teknik simak bebas libat cakap. Data-data yang diperoleh dicatat di kartu Data-data kemudian dianalisis dengan metode agih dan metode padan. Teknik metode agih yang digunakan adalah teknik ganti dan teknik pengontrasan. Metode padan yang digunakan adalah metode padan fonetis dan metode padan ortografis. Teknik metode padan yang digunakan adalah teknik pilah unsur penentu yang berupa daya pilah fonetis dan daya pilah ortografis.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat empat jenis gaya bahasa yang terkandung dalam lirik lagu Band Kerispatih yang diteliti penulis: (1) gaya bahasa perbandingan, (2) gaya bahasa pertentangan, (3) gaya bahasa pertautan, dan (4) gaya bahasa perulangan. Gaya bahasa perbandingan yang terkandung dalam lirik lagu yang diteliti, meliputi metafora, perifrasis, antisipasi, personifikasi, dan pleonasme. Gaya bahasa pertentangan yang terkandung dalam lirik lagu yang diteliti, meliputi oksimoron, hiperbola, litotes, paradoks, dan inuendo. Gaya bahasa pertautan yang terdapat pada lirik lagu yang diteliti, meliputi sinekdoke pars pro toto, elipsis, dan erotesis. Gaya bahasa perulangan yang terkandung dalam lirik lagu yang diteliti, meliputi asonansi, aliterasi, mesodiplosis, dan tautotes.

Fungsi masing-masing gaya bahasa berbeda-beda. Fungsi gaya bahasa perbandingan meliputi fungsi ungkapan, fungsi memperbanyak, fungsi akibat-sebab, fungsi melekatkan unsur nyawa, dan fungsi melebih-lebihkan. Fungsi gaya bahasa pertentangan meliputi fungsi pengontrasan, fungsi membesar-besarkan, fungsi merendah, fungsi ketidakmungkinan,dan fungsi menyindir. Fungsi gaya bahasa pertautan meliputi fungsi menyebut untuk mengingat, fungsi penghematan, dan fungsi refleksi. Fungsi gaya bahasa perulangan adalah fungsi memperindah.


(11)

viii ABSTRACT

Caesario, Erick. 2013. "Use of Language in Some Style Band Lyrics Kerispatih". Thesis Strata 1 (S1). Literature Study Program Indonesia, Indonesian Literature Department, Faculty of Letters,

University of Sanata Dharma.

In this thesis, discussed the use of style in a few Band lyrics Kerispatih. There are two issues were addressed: (1) what kind of style of language used in some Kerispatih Band song? and (2) how to function in the language style of the song?

Object of this study is the style of language used in the lyrics of the song Kerispatih Band. Data sources of this study, namely Kerispatih Band song lyrics. Some Kerispatih Band song that became the author of the study is “Kejujuran Hati”, “Lagu Rindu”, “Sebentuk Hati Buat Kekasih”, “Akhir Penantian”, “Tapi Bukan Aku”, dan “Tak Mungkin Lagi”. Data collection was performed using the method see. The basic technique used is the technique note. The technique followed by freely refer to techniques involved capably. The data obtained are recorded on a data card is then analyzed by the method agih and unified method. Technique is the method used agih techniques change and techniques contrast. Equivalent method is the method of unified phonetic and orthographic unified method. Equivalent method used technique is the technique of sorting the decisive element in the form of aggregated power phonetic and orthographic aggregated power.

Results of this study indicate that there are four types of style that is contained in the lyrics of the song Kerispatih Band authors studied : ( 1 ) stylistic comparisons , ( 2 ) the language style of conflict , ( 3 ) style linkage , and ( 4 ) style iteration . Stylistic comparisons contained in the lyrics of the song are researched , includes metaphors , perifrasis , anticipation , personification , and redundancy . Stylistic contradictions contained in the lyrics of the song are examined , covering an oxymoron , hyperbole , litotes , paradox , and inuendo . Style engagement contained in the lyrics of the song are researched , includes sinekdoke pars pro toto , ellipsis , and erotesis . Looping style of language contained in the lyrics of the song are researched , includes assonance , alliteration , mesodiplosis , and tautotes.

The function of each different language styles. Functions include comparative stylistic expression functions, multiply function, the function due to the causes, the function of embedding elements of life, and function exaggerating. Functions include functions stylistic contradictions pengontrasan, exaggerate the function, the function modestly, the impossibility of functions, and functions quips. Style function call linkage includes functions to remember, saving function, and the function of reflection. Function iteration style is beautified function.


(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul "Penggunaan Gaya Bahasa dalam Beberapa Lirik Lagu Band Kerispatih" ini dengan baik. Tugas akhir ini disususn untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana sastra (S1) pada Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini tidak dapat terselesaikan tanpa doa, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum., selaku dosen pembimbing I yang sejak dari gagasan awal hingga dalam penyusunan sampai terselesaikannya tugas akhir ini, selalu dengan sabar membimbing dan memberikan koreksian serta semangat kepada penulis walaupun penulis harus sangat lama menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Drs. Hery Antono, M. Hum., selaku dosen pembimbing II dan Kaprodi Sastra Indonesia atas segala motivasi, nasihat, dan kritikan yang tiada henti selama proses penyusunan tugas akhir ini meskipun penulis selalu merepotkan.

3. Dr. P. Ari Subagyo, M. Hum., Dr. Yoseph Yapi Taum, S. E. Peni Adji, S.S. M. Hum., Drs. B. Rahmanto, M. Hum., Dra. F. Tjandrasih Adji, M. Hum., Drs. F. X. Santosa, M.S., Prof. Dr. I. Dewa Putu Wijana, S.U. M.A., dan dosen lainnya atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis selama kuliah di Universitas Sanata Dharma.

4. Staf Sekretariat Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma yang selalu bersusah payah membantu penulis dalam urusan administrasi dan KRS selama perkuliahan.


(13)

x

5. Staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma atas pelayanan yang baik selama penulis mencari sumber pustaka dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

6. Bapakku Hieronimus Sulistiadi, ibuku M. M. Sri Wuri Setyawati (Alm.), adikku Yoanita Caesaria, serta sanak saudara yang selalu memberikan perhatian, dorongan, semangat, dan doa untuk penulis.

7. Marsela Bayu Prasetyarini tunanganku, yang selalu setia mendampingi dari jauh dan memberi semangat serta doa kepada penulis agar segera menyelesaikan tugas akhir ini.

8. Teman-temanku di Lampung, atas segala perhatian dan semangat yang begitu besar kepada penulis agar segera mendapatkan ijazah S1.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas akhir ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima segala kritik dan saran dari para pembaca.

Yogyakarta, 11 Oktober 2013

Penulis


(14)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 7

1.3 Tujuan Penelitian... 7

1.4 Manfaat Hasil Penelitian... 7

1.4.1 Manfaat Teoritis... 8

1.4.2 Manfaat Praktis... 8


(15)

xii

1.6 Landasan Teori... 10

1.6.1 Gaya Bahasa Perbandingan... 10

1.6.2 Gaya Bahasa Pertentangan... 11

1.6.3 Gaya Bahasa Pertautan... 12

1.6.4 Gaya Bahasa Perulangan... 12

1.7 Metode Penelitian... 15

1.7.1 Jenis Penelitian... 15

1.7.2 Tahap-tahap Penelitian... 16

1.7.3 Metode yang digunakan dalam Setiap Penelitian... 17

1.8 Sistematika Penyajian... 20

BAB II JENIS-JENIS GAYA BAHASA YANG DIGUNAKAN DALAM LIRIK LAGU BAND KERISPATIH 2.1 Pengantar... 21

2.2 Gaya Bahasa Perbandingan... 21

2.2.1 Metafora... 21

2.2.2 Perifrasis... 23

2.2.3 Antisipasi... 24

2.2.4 Personifikasi... 25

2.2.5 Pleonasme... 26

2.3 Gaya Bahasa Pertentangan... 27

2.3.1 Oksimoron... 27


(16)

xiii

2.3.3 Litotes... 29

2.3.4 Paradoks... 30

2.3.5 Inuendo... 30

2.4 Gaya Bahasa Pertautan... 31

2.4.1 Sinekdoke (Pars Pro Toto)... 31

2.4.2 Elipsis... 33

2.4.3 Erotesis... 33

2.5 Gaya Bahasa Perulangan... 34

2.5.1 Asonansi... 34

2.5.2 Aliterasi... 37

2.5.3 Mesodiplosis... 40

2.5.4 Tautotes... 41

BAB III FUNGSI GAYA BAHASA DALAM BEBERAPA LIRIK LAGU BAND KERISPATIH 3.1 Pengantar... 42

3.2 Fungsi Gaya Bahasa Perbandingan... 42

3.2.1 Fungsi Ungkapan... 42

3.2.2 Fungsi Memperbanyak... 43

3.2.3 Fungsi Akibat-sebab... 45

3.2.4 Fungsi Melekatkan Unsur Nyawa... 45

3.2.5 Fungsi Melebih-lebihkan... 46


(17)

xiv

3.3.1 Fungsi Pengontrasan... 47

3.3.2 Fungsi Membesar-besarkan... 48

3.3.3 Fungsi Merendah... 49

3.3.4 Fungsi Ketidakmungkinan... 49

3.3.5 Fungsi Menyindir... 50

3.4 Fungsi Gaya Bahasa Pertautan... 50

3.4.1 Fungsi Menyebut untuk Mengingat... 50

3.4.2 Fungsi Penghematan... 52

3.4.3 Fungsi Refleksi... 53

3.5 Fungsi Gaya Bahasa Perulangan (Fungsi Memperindah)... 53

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan... 55

4.2 Saran... 56

DAFTAR PUSTAKA... 58

LAMPIRAN 1... 60

LAMPIRAN 2... 63

BIODATA PENULIS... 67


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang berarti dalam kehidupan manusia. Fungsi bahasa yang utama, yaitu sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap manusia dalam kehidupannya, mulai dari bangun tidur, melakukan aktivitas, hingga akan tidur lagi. Pada umumnya, seluruh kegiatan manusia selalu melibatkan bahasa sebagai sarana untuk berinteraksi dengan sesama. Seseorang dapat mengungkapkan ide, gagasan, keinginan, dan menyampaikan informasi melalui bahasa. Jadi, bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama.

Panuju (2002: 148) menyatakan bahwa sebagai alat komunikasi, bahasa dibedakan menjadi dua, yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Kedua bahasa tersebut mempunyai hubungan yang erat satu dengan yang lainnya. Bahasa tulis sebagai salah satu alat komunikasi banyak dimanfaatkan ke dalam berbagai situasi komunikasi dan tujuan yang berbeda. Setiap situasi dan tujuan yang berbeda memungkinkan penutur atau penulis dalam bahasa tulis memilih variasi bahasa yang digunakan.

Sastra adalah bentuk seni yang diungkapkan oleh pikiran dan perasaan manusia dengan keindahan bahasa, keaslian gagasan, dan kedalaman pesan (Najid, 2003: 7). Sastra adalah institusi sosial yang menggunakan medium bahasa (Wellek & Warren dalam Najid, 2003: 9). Karya sastra sebagai hasil kreasi pengarang (Aminuddin, 1995: 49). Genre sastra atau jenis sastra dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu sastra


(19)

imajinatif dan nonimajinatif. Dalam praktiknya sastra nonimajinatif terdiri atas karya-karya yang berbentuk esei, kritik, biografi, otobiografi, dan sejarah. Karya yang termasuk sastra imajinatif ialah karya prosa fiksi (cerpen, novelet, novel atau roman), puisi (puisi epik, puisi lirik, dan puisi dramatik), dan drama (drama komedi, drama tragedi, melodrama, dan drama tragikomedi) (Najid, 2003: 12). Lirik lagu termasuk dalam genre sastra karena lirik adalah karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, susunan kata sebuah nyanyian (KBBI, 2005: 678). Jadi, lirik sama dengan puisi tetapi disajikan dengan nyanyian yang termasuk dalam genre sastra imajinatif. Lagu adalah ragam suara yang berirama, nyanyian, ragam, nyanyi, dan tingkah laku (KBBI, 2005: 624). Lagu adalah suatu kesatuan musik yang terdiri atas susunan pelbagai nada yang berurutan (Ensiklopedia Indonesia dalam Fillaili dalam Ardiani M, 2009: 2).

Membahas tentang lirik lagu, tentu tidak dapat terlepas dari gaya bahasa. Seorang pencipta lagu berharap lagu ciptaannya dapat menimbulkan kesan dan makna yang indah di hati pendengar. Pencipta lagu tidak menyadari bahwa lirik-lirik yang dibuatnya mengandung gaya bahasa. Adanya gaya bahasa inilah yang membuat lirik menjadi lebih indah. Setiap lagu pasti mempunyai tujuan tertentu yang ingin disampaikan kepada masyarakat sebagai pendengarnya. Lagu berisi barisan kata-kata yang dirangkai secara baik oleh komposer dan dibawakan dengan suara indah seorang penyanyi.

Objek penelitian ini adalah gaya bahasa yang digunakan dalam lirik lagu Band Kerispatih. Sumber data penelitian ini, yaitu lirik lagu Band Kerispatih. Penelitian ini membahas tentang jenis-jenis gaya bahasa yang digunakan dalam lirik lagu Band Kerispatih dan fungsi gaya bahasanya.


(20)

Penulis memilih topik ini karena ingin menerapkan cabang ilmu bahasa pragmatik dan semantik, yaitu ilmu bahasa yang berkaitan dengan maksud dan makna. Penulis memilih lagu Band Kerispatih karena sejauh pengamatan penulis, belum ada penelitian gaya bahasa yang sumber datanya adalah lirik lagu Band Kerispatih. Lagu-lagu yang pernah diteliti penulis lain, antara lain dari Band Ungu, Jamrud, dan Slank seperti yang penulis jelaskan pada bagian tinjauan pustaka.

Banyak gaya bahasa yang terkandung dalam lirik-lirik lagu Band Kerispatih. Hal ini terbukti dalam bab selanjutnya, yaitu bab pembahasan. Dilihat dari lirik-liriknya, lirik lagu Band Kerispatih menarik, berkesan, dan bervariasi. Hal itulah yang mungkin membuat Kerispatih beserta lagu-lagunya masih tetap mendapat tempat dalam industri musik Indonesia sampai sekarang. Kiasan-kiasan yang digunakan Kerispatih dalam lirik-liriknya mendorong penulis untuk meneliti gaya bahasa apa saja yang terkandung dalam lirik lagu tersebut. Lagu-lagu Kerispatih yang tercipta dari tahun ke tahun selalu mendapat apresiasi dari penggemar musik tanah air. Tahun pertama mengeluarkan album, Kerispatih langsung mendapat penghargaan sebagai “pendatang baru ngetop”. Biasanya, band pendatang baru konsistensinya di industri musik Indonesia tidak bertahan lama karena banyaknya band-band baru yang muncul. Akan tetapi, Kerispatih masih eksis di industri musik Indonesia walaupun banyak pendatang baru bermunculan. Pada tahun 2010, Kerispatih berada di urutan 7 chart tangga lagu popular Indonesia (http://yulisnurmayanti.blogspot.com/2013/05/chart-tangga-lagu-tahun-2005-2011.html. Diunduh: 16/10/2013, 16:00). Memang, keluarnya Sammy Simorangkir (vokalis lama) agak sedikit mempengaruhi daya tarik bagi pendengar, namun demikian lagu-lagu Kerispatih masih terdengar di mana-mana. Hal ini juga mendorong penulis untuk melihat


(21)

ada rahasia apa dibalik lirik lagu yang tercipta sehingga lagu-lagu Kerispatih begitu akrab di telinga pendengar, selain memang nama besar Kerispatih yang sudah sangat popular. “Tapi Bukan Aku”, “Lagu Rindu”, dan “Kejujuran Hati” merupakan beberapa contoh lagu yang menjadi andalan Kerispatih. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis, ternyata lirik-lirik lagu Kerispatih banyak menggunakan gaya bahasa yang penyampaiannya dikemas sedemikian rupa sehingga lirik lagunya mudah diingat, dipahami, dan dinyanyikan.

Selain itu, penulis berharap dapat lebih mendalami maksud lirik lagu tersebut melalui analisis gaya bahasa yang dilakukan penulis yang terdapat dalam lirik lagu Band Kerispatih dan penelitian ini juga menjadi acuan untuk memahami lirik-lirik lagu yang lain (di luar lagu Kerispatih). Alasan lain (di luar alasan ilmiah) penulis memilih topik ini karena Band Kerispatih adalah band favorit penulis, terutama sang vokalis (lama), Sammy. Hal ini membuat penulis lebih mudah memahami dan mengenali lirik lagu Band Kerispatih.

Ruang lingkup penelitian ini meliputi jenis gaya bahasa yang digunakan dalam lirik lagu Band Kerispatih dan fungsi gaya bahasanya. Beberapa lirik lagu Band Kerispatih yang menjadi bahan penelitian penulis adalah “Kejujuran Hati”, “Lagu Rindu”, “Sebentuk Hati Buat Kekasih”, “Akhir Penantian”, “Tapi Bukan Aku”, dan “Tak Mungkin Lagi”. Penulis memilih lagu-lagu tersebut dari sekian banyak lagu Kerispatih karena lagu-lagu itu memang sudah popular dan cukup dikenal di masyarakat, maka bila ada yang membaca penelitian ini, pembaca tidak kesulitan untuk memahami liriknya sehingga pemahaman tentang penggunaan gaya bahasa yang digunakan dalam lirik-lirik tersebut pun tidaklah sulit.


(22)

Sekilas tentang Band Kerispatih, Kerispatih terbentuk pada tanggal 21 April 2003 atas prakarsa 4 orang mahasiswa Institut Musisi Indonesia, Arief, Badai, Andika, dan Anton. Awalnya mereka membentuk band bertemakan instrumental etnik yang mereka gubah dalam aransemen baru. Kemunculan pertama mereka adalah di acara

Farabi Sunday tanggal 22 April 2003. Mereka pun merekrut Sammy, rekan mereka di

kampus yang merupakan salah satu finalis 30 besar Indonesian Idol I/2004 sebagai vokalis.

Karier profesional mereka jalani setelah membentuk manajemen band yang saat itu diatur oleh Ingga Jaya Purda. Kini Kerispatih tergabung dalam manajemen Bagot‟z Production. Kerispatih memulai rekaman pada tahun 2004. Mereka bergabung dalam proyek album kompilasi bertajuk Gulalikustik (dirilis September 2004), dengan major

label Nagaswara. Keikutsertaan mereka pada album ini berawal dari acara yang diselenggarakan oleh sebuah Stasiun Radio Swasta (88.00 Mustang FM) yang diberi nama Gulali (Lagu Gue Cendili), yang memang menjadi wadah bagi pencipta dan band

baru Indonesia. Gayung bersambut, pihak Mustang menawari Kerispatih dalam proyek kolaborasi tersebut. Di album tersebut mereka menyumbang 2 buah lagu, "Lupakan Aku" dan "Sebentuk Hati Buat Kekasih".

Tahun 2005, Kerispatih merilis album pertama mereka bertajuk “Kejujuran Hati”. Lagu-lagu yang terdapat di album ini adalah antara lain, "Kejujuran Hati", "Cinta Putih", dan "Lagu Rindu". Album ini mendapat Platinum Awards pada tahun 2006. Kesuksesan mereka dibuktikan juga dengan mendapat penghargaan sebagai Album Pendatang Baru Ngetop dalam ajang SCTV Music Awards 2006.


(23)

Pada tahun 2007, Kerispatih mengeluarkan album keduanya yang berjudul “Kenyataan Perasaan” dan merilis lagu pertamanya di album ini yang berjudul "Mengenangmu". Lagu ini mendominasi tangga lagu Indonesia dan radio. Setelah kesuksesan "Mengenangmu", Kerispatih merilis lagu keduanya yang berjudul "Tapi Bukan Aku" yang sesuai prediksi akan mengulang kesuksesan "Mengenangmu". Mereka kemudian merilis lagu ketiganya berjudul "Sepanjang Usia" serta "Untuk Pertama Kali" sebagai lagu keempatnya. Seperti album pertama, album ini juga sukses mendapat Platinum Awards. Kerispatih juga turut berpartisipasi dalam album perdana Presiden Republik Indonesia ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono, dengan menyanyikan lagu ciptaan beliau yang berjudul "Hening".

Pada bulan Juni 2008, Kerispatih merilis album ketiganya yang berjudul "Tak Lekang Oleh Waktu". Di album ketiganya ini, mayoritas lagunya diciptakan oleh Badai,

keyboardist Kerispatih. Badai juga berkata, bahwa album ini adalah penggabungan dari

album pertama dan album kedua mereka. Jadi, di album ketiga ini berkesan paling sempurna di antara ketiga album yang sudah dirilis. Lagu "Bila Rasaku Ini Rasamu" menjadi single pertama mereka di album ketiga ini.

Pada akhir 2009, Kerispatih merilis album keempatnya yang berjudul "Semua tentang Cinta". Lagu utama di album keempat tersebut adalah "Aku Harus Jujur". Pada awal tahun 2010, Kerispatih sukses menggelar konser pertamanya di luar negeri di Hong Kong. Pada tanggal 2 Februari 2010, salah satu personel Kerispatih, Sammy, harus berurusan dengan polisi. Sammy dilaporkan melakukan pencurian sebuah mobil dan terlibat pesta narkoba. Hal itu membuat dirinya dipecat dari Kerispatih. Kerispatih segera mencari vokalis baru. Akhirnya, Fandy Santoso (finalis peringkat 5 Indonesian Idol


(24)

IV/2007) terpilih menjadi vokalis baru menggantikan Sammy

(http://id.wikipedia.org/wiki/Kerispatih#Diskografi_Kerispatih. Diunduh: 1/03/2012,

12:00).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.2.1 Apa saja jenis-jenis gaya bahasa yang digunakan dalam lirik lagu Band Kerispatih? 1.2.2 Bagaimana fungsi gaya bahasa dalam lirik lagu tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian masalah ini adalah sebagai berikut:

1.3.1 Menjelaskan jenis-jenis gaya bahasa yang digunakan dalam lirik lagu Band Kerispatih.

1.3.2 Menjelaskan fungsi gaya bahasa dalam lirik lagu tersebut.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini adalah deskripsi jenis gaya bahasa yang digunakan dalam beberapa lirik lagu Band Kerispatih dan deskripsi analisis tentang penggunaan gaya


(25)

bahasa yang digunakan dalam lirik lagu yang dimaksud. Manfaat yang dapat diambil dari penelitian masalah ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat teoritis

1.4.1.1 Bagi perkembangan ilmu bahasa cabang pragmatik, penelitian ini dapat menambah referensi tentang maksud gaya bahasa yang digunakan dalam lirik sebuah lagu.

1.4.1.2 Bagi perkembangan ilmu bahasa cabang semantik, penelitian ini dapat menambah referensi tentang makna gaya bahasa yang digunakan dalam lirik sebuah lagu.

1.4.2 Manfaat praktis

1.4.2.1 Bagi para pecinta Kerispatih, penelitian ini dapat menambah wawasan untuk mendalami makna lirik-lirik lagu Kerispatih.

1.4.2.2 Bagi umum, khususnya pecinta musik Indonesia, penelitian ini dapat

dijadikan motivasi untuk semakin mengkritisi lirik-lirik lagu di Indonesia dan memahami gaya bahasa yang digunkan dalam lirik sebuah lagu.

1.4.2.3 Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi dalam menyusun penelitian yang serupa.

1.4.2.4 Bagi ilmu pendidikan (pengajaran), penelitian ini dapat digunakan untuk bahan pengajaran tentang gaya bahasa dalam lirik lagu.

1.4.2.5 Bagi seniman, khususnya pencipta lagu, penelitian ini dapat digunakan untuk memperoleh pengetahuan dalam menggunakan gaya bahasa pada lirik lagu.


(26)

1.5 Tinjauan Pustaka

Penggunaan gaya bahasa dalam lirik lagu telah dibahas dalam berbagai tulisan, di antaranya Adriani M (2009), Marwanto (2011), Fillaili (2007), Anggraini (2005), Indriyati (2007), dan Kurniawan (2009).

Adriani M (2009), dalam skripsinya yang berjudul “Gaya Bahasa dalam Lirik Lagu-lagu Ungu” menyebutkan bahwa lirik lagu Ungu tidak hanya didominasi oleh gaya bahasa personifikasi dan hiperbola tetapi juga asonansi, aliterasi, repetisi, pleonasme, simploke, inversi, klimaks, antitesis, dan sinekdok pars pro toto. Marwanto (2011), dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Penggunaan Diksi dan Gaya Bahasa dalam Lirik Lagu ST12” menyebutkan bahwa ada sepuluh gaya bahasa yang digunakan dalam lirik lagu ST12, yaitu gaya bahasa repetisi, personifikasi, inversi, tautologi, sinestesia, sinisme, hiperbola, metafora, paradoks, dan simile.

Penelitian lain yang serupa dengan penelitian yang dilakukan penulis juga pernah dilakukan oleh Fillaili (2007) dalam skripsinya yang berjudul “Lagu Permainan Rakyat Madura”, Anggraini (2005) dalam skripsinya yang berjudul “Gaya Bahasa Lirik Lagu Remaja (Studi Kasus pada Lirik-lirik Lagu Jamrud)”, Indriyati (2007) dalam skripsinya yang berjudul “Gaya Bahasa Personifikasi pada Lirik Lagu Radja dan Tinjauan Aspek Gramatikal Pengacuan Demonstratif”, dan Kurniawan (2009) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Gaya Bahasa Ironi dan Pesan Moral Lagu-lagu Slank dalam Album Anti Korupsi (Tinjauan Semiotik)”.

Persamaan penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian-penelitian yang tersebut di atas adalah sama-sama meneliti tentang penggunaan gaya bahasa dalam lirik lagu. Perbedaannya terdapat pada sumber data yang diteliti. Penulis meneliti lirik lagu


(27)

Kerispatih, sedangkan penelitian-penelitian sebelumnya berorientasi pada lirik lagu Ungu, ST 12, Jamrud, Radja, dan Slank.

1.6 Landasan Teori

Teori-teori mengenai hal yang berkaitan dengan gaya bahasa dan lirik lagu yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari beberapa sumber, yaitu Tarigan (1985), Keraf (2004 dan 1984), Djohan (2005), Aminuddin (1995), KBBI (2005), Kosasih (2002), Najid (2003), dan Ardiani M (2009).

Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum (Dale dalam Tarigan, 1985: 5). Gaya bahasa adalah cara mempergunakan bahasa secara imajinatif, bukan dalam pengertian yang benar-benar secara alamiah saja (Warriner dalam Tarigan, 1985: 5).

Menurut Tarigan (1985: 6), gaya bahasa dibagi menjadi empat golongan, yaitu (a) gaya bahasa perbandingan, (b) gaya bahasa pertentangan, (c) gaya bahasa pertautan, dan (d) gaya bahasa perulangan. Uraian tentang gaya bahasa tersebut adalah sebagai berikut:

1.6.1 Gaya Bahasa Perbandingan

Gaya bahasa perbandingan dikelompokkan menjadi sepuluh jenis gaya bahasa, yaitu perumpamaan, metafora, personifikasi, depersonifikasi, alegori, antitesis, pleonasme dan tautologi, perifrasis, prolepsis atau antisipasi, dan koreksio atau epanortesis (Tarigan, 1985: 9). Berikut salah satu contoh gaya bahasa perbandingan.


(28)

(1) Deru ombak samudra memangil-manggil para pemuda harapan bangsa.

(2) Daun kelapa melambai-lambai di tepi pantai.

(Tarigan, 1985: 18)

Gaya bahasa yang terdapat pada kalimat-kalimat tersebut adalah personifikasi.

Personifikasi adalah jenis gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat insani kepada barang yang tidak bernyawa (Tarigan, 1985: 17). Pada contoh (1) ombak samudra dianggap mampu memanggil orang layaknya seseorang yang memanggil sesamanya. Padahal, ombak samudra adalah sesuatu yang tidak bernyawa. Pada contoh (2) daun kelapa yang tidak bernyawa dianggap bisa bergerak sendiri seperti manusia yang bisa menggerakkan tangannya untuk melambai.

1.6.2 Gaya Bahasa Pertentangan

Gaya bahasa pertentangan dikelompokkan menjadi dua puluh jenis gaya bahasa, yaitu hiperbola, litotes, ironi, oksimoron, paronomasia, paralipsis, zeugma dan silepsis, satire, inuendo, antifrasis, paradoks, klimaks, antiklimaks, apostrof, anastrof atau inversi, apofasis atau preterisio, histeron proteron, hipalase, sinisme, dan sarkasme (Tarigan, 1985: 55). Berikut salah contoh gaya bahasa pertentangan.

(3) Olah raga mendaki gunung memang menarik hati walaupun sangat berbahaya.

(4) Siaran televisi dapat dipakai sebagai sarana perdamaian namun dapat pula

sebagai penghasut peperangan.

(Tarigan, 1985: 63)

Gaya bahasa pada kalimat-kalimat tersebut di atas adalah oksimoron. Oksimoron adalah

jenis gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan dalam frase yang sama (Keraf dalam Tarigan, 1985: 63). Pada contoh (3) olah raga mendaki gunung pada dasarnya menarik hati, namun di satu sisi juga


(29)

berbahaya. Pada contoh (4) siaran televisi dapat berguna sebagai sarana perdamaian, tetapi dapat juga sebagai penghasut perang.

1.6.3 Gaya Bahasa Pertautan

Gaya bahasa pertautan dikelompokkan menjadi tiga belas jenis gaya bahasa, yaitu metonimia, sinekdoke, alusi, eufemisme, eponim, epilet, antonomasia, erotesis, paralelisme, elipsis, gradasi, asindeton, dan polisindeton (Tarigan, 1985: 122). Berikut salah satu contoh gaya bahasa pertautan.

(5) Mereka ke Jakarta minggu yang lalu. (6) Saya akan berangkat hari ini.

(Tarigan, 1985: 138)

Gaya bahasa pada kalimat-kalimat tersebut adalah elipsis. Elipsis adalah penghilangan

salah satu atau beberapa unsur penting dalam konstruksi sintaksis lengkap (Tarigan, 1985:138). Pada contoh (5) ada penghilangan predikat, misalnya pergi atau berangkat. Pada contoh (6) ada penghilangan keterangan tujuan, misalnya ke Jakarta.

1.6.4 Gaya Bahasa Perulangan

Gaya bahasa perulangan dikelompokkan menjadi dua belas jenis gaya bahasa, yaitu aliterasi, asonansi, antanaklasis, kiasmus, epizeukis, tautotes, anafora, epistrofa, simploke, mesodilopsis, epanalepsis, dan anadiplosis (Tarigan, 1985:180). Berikut salah satu contoh gaya bahasa perulangan.

(7) Dara damba daku

datang dari danau


(30)

Gaya bahasa pada kalimat tersebut adalah aliterasi. Aliterasi adalah sejenis gaya bahasa

repetisi yang berwujud perulangan konsonan yang sama pada awal kata (Tarigan, 1985: 231). Pada contoh (7) terdapat pengulangan konsonan d pada awal kata.

Keraf (2004: 23), mengungkapkan bahwa sebuah kata yang tepat untuk menyatakan maksud tertentu perlu diperhatikan kesesuaian dengan situasi yang dihadapi. Dalam hal ini diperlukan gaya yang tepat digunakan dalam suatu situasi. Gaya bahasa merupakan cara menggunakan bahasa. Gaya bahasa merupakan sebagian dari diksi pertalian dengan ungkapan-ungkapan yang individu atau karakteristik, atau yang memiliki nilai artistik tinggi. Hal itu memungkinkan kita dapat menilai pribadi, watak, dan kemampuan seseorang yang menggunakan bahasa itu. Gaya bahasa itu juga dapat dimanfaatkan dalam pemikiran strategi dan perencanaan naskah, salah satunya naskah lagu. Selain itu, gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa) (Keraf, 1984: 113).

Djohan (2005: 7-8), menyatakan bahwa musik merupakan perilaku sosial yang kompleks dan universal yang di dalamnya memuat sebuah ungkapan pikiran manusia, gagasan, dan ide-ide dari otak yang mengandung sebuah sinyal pesan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa seni musik atau seni suara dapat mewakili sesuatu hal atau kelompok tertentu. Musik tidak hanya dipandang menjadi sebuah sarana hiburan dan ekspresi, tetapi musik juga memiliki peran tersendiri dalam sebuah pendidikan dalam proses komunikasi, menyuarakan pesan maupun kritik terhadap suatu hal dengan gaya bahasa yang dimiliki pemusik tersebut.


(31)

Gaya bahasa sebagai gejala penggunaan sistem tanda, dapat dipahami bahwa gaya bahasa pada dasarnya memiliki sejumlah matra hubungan. Matra hubungan tersebut dapat dikaitkan dengan dunia proses kreatif pengarang, dunia luar yang dijadikan obyek dan bahan penciptaan, fakta yang terkait dengan aspek internal kebahasaan itu sendiri, dan dunia penafsiran penanggapnya (Aminuddin, 1995: 54).

Gaya bahasa merupakan pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis; pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek tertentu; keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok penulis sastra; cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis atau lisan (KBBI, 2005: 340). Majas merupakan bentuk retoris, yang penggunaannya antara lain untuk menimbulkan kesan imajinatif bagi penyimak atau pembacanya (Kosasih, 2002: 254).

Najid (2003: 27) mengatakan bahwa dalam bahasa lisan nada tampak dalam intonasi, sedangkan dalam bahasa tulis nada merupakan kualitas gaya yang memaparkan sikap pengarang terhadap masalah yang dikemukakan dan juga merupakan sikap pengarang terhadap pembaca. Nada sangat bergantung pada gaya.

Gaya bahasa adalah pengungkapan ide, gagasan, pikiran-pikiran seorang penulis yang meliputi hierarki kebahasaan yaitu kata, frasa, klausa, bahkan wacana untuk menghadapi situasi tertentu (Rahayu dalam Ardiani M, 2009: 2). Gaya bahasa mencakup diksi atau pilihan leksikal, struktur kalimat, majas citraan, pola rima, matra yang digunakan sastrawan atau yang terdapat dalam karya sastra. Jadi majas merupakan bagian dari gaya bahasa (Sudjiman dalam Fillaili dalam Ardiani M, 2009: 2). Majas merupakan peristiwa pemakaian kata yang melewati batas-batas maknanya yang lazim atau menyimpang dari arti harfiah (Sudjiman dalam Fillaili dalam Ardiani M, 2009: 2).


(32)

Berdasarkan beberapa pengertian gaya bahasa di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa gaya bahasa adalah bahasa yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan ide, pikiran, gagasan pengarang melalui cara yang khas terhadap karya sastranya.

Lirik adalah karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, susunan kata sebuah nyanyian (KBBI, 2005: 678). Lagu adalah ragam suara yang berirama, nyanyian, ragam, nyanyi, dan tingkah laku (KBBI, 2005: 624). Lagu adalah suatu kesatuan musik yang terdiri atas susunan pelbagai nada yang berurutan (Ensiklopedia Indonesia dalam Fillaili dalam Ardiani M, 2009: 2).

Berdasarkan pengertian lirik dan lagu tersebut di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa lirik lagu adalah sebuah nyanyian yang berisi curahan perasaan yang didukung kesatuan musik.

1.7 Metode Penelitian

Metode penelitian masalah ini terdiri dari jenis penelitian, tahap-tahap penelitian, dan metode yang digunakan dalam setiap tahap penelitian. Penulis menguraikan unsur-unsur metode penelitian tersebut sebagai berikut:

1.7.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian deskriptif dan penelitian kepustakaan. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang terbatas pada usaha untuk memerikan data apa adanya. Penulis menguraikan permasalahan tentang jenis-jenis


(33)

gaya bahasa yang digunakan dalam beberapa lirik lagu Band Kerispatih dan fungsi gaya bahasanya.

Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan menghimpun data dari berbagai literature. Penulis melakukan penelitian dengan menghimpun data dari

berbagai sumber (buku) di perpustakaan atau membeli di toko buku serta menggunakan lirik-lirik lagu yang dibutuhkan sebagai sumber data utama, yaitu lirik lagu Band Kerispatih.

1.7.2 Tahap-tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian yang dilakukan penulis meliputi pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data. Pada tahap pengumpulan data, data yang dihimpun diklasifikasikan berdasarkan permasalahan, yaitu jenis-jenis gaya bahasa yang digunakan dalam beberapa lirik lagu Band Kerispatih dan fungsi gaya bahasa tersebut dalam lirik lagu band yang bersangkutan. Berkaitan dengan pengumpulan data, penulis menggunakan kartu data untuk mencatat data dari sumber tertulis maupun lisan (bertanya pada teman). Penulis mencatat jenis-jenis gaya bahasa yang ditemukan dalam lirik lagu Band Kerispatih dan mencatat pengertian, pembagian, dan jenis-jenis gaya bahasa. Selain itu, penulis juga sedikit bertanya kepada beberapa teman, apa saja menurut mereka gaya bahasa yang digunakan dalam lirik lagu Band Kerispatih.

Pada tahap analisis data, penulis menganalisis jenis-jenis gaya bahasa yang digunakan dalam beberapa lirik lagu Band Kerispatih dan fungsi gaya bahasa tersebut dalam lirik lagu band yang bersangkutan dengan menggunakan salah satu metode analisis


(34)

data. Pada tahap penyajian hasil analisis data, penulis menyajikan hasil analisis data menggunakan salah satu metode penyajian hasil analisis data.

1.7.3 Metode yang Digunakan dalam Setiap Tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian yang telah disebutkan di atas dilakukan berdasarkan metode dan teknik yang telah ditentukan. Pada tahap pengumpulan data, penulis menggunakan metode simak dan teknik simak bebas libat cakap. Selain itu, penulis juga menggunakan teknik catat sebagai teknik lanjutan. Metode simak adalah metode yang dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa (Kesuma, 2007: 43). Penulis menyimak penggunaan bahasa (gaya bahasa) yang digunakan dalam lirik lagu Band Kerispatih. Teknik simak bebas libat cakap adalah penjaringan data yang dapat dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa tanpa ikut berpartisipasi dalam proses pembicaraan (Kesuma, 2007: 44). Teknik catat adalah teknik menjaring data dengan mencatat hasil penyimakan data pada kartu data (Kesuma, 2007: 45). Penulis mencatat hasil penyimakan data pada kartu data dari sumber tertulis maupun lisan (bertanya pada teman). Data penelitian ini adalah gaya bahasa yang digunakan dalam beberapa lirik lagu Kerispatih. Data diperoleh dari lirik-lirik lagu Kerispatih yang dicatat oleh penulis (lirik yang dibahas dalam penelitian ini). Data yang diperoleh diklasifikasikan berdasarkan jenis gaya bahasanya, lalu dianalisis penggunaannya serta fungsinya.

Pada tahap analisis data, penulis menggunakan metode agih dan metode padan. Metode agih adalah metode analisis data yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti (Sudaryanto, 1993: 15). Metode padan adalah metode analisis data yang alat penentunnya berada di luar, terlepas, dan tidak menjadi


(35)

bagian dari bahasa yang bersangkutan atau diteliti (Sudaryanto, 1993: 13). Teknik metode agih yang digunakan penulis adalah teknik ganti dan teknik pengontrasan. Teknik ganti adalah teknik analisis data dengan cara mengganti satuan kebahasaaan tertentu (Verhaar dalam Kesuma, 2007: 58). Teknik pengontrasan adalah teknik analisis data dengan mengontraskan satuan kebahasaan data tertentu dengan kata lain (Subroto dalam Kesuma, 2007: 69). Perhatikan contoh-contoh berikut.

(8) Anak saya telah menyelesaikan kuliahnya di Jurusan Bahasa Indonesia FPBS-IKIP Bandung (=lulus atau berhasil).

(9) Pemuda itu menumpahkan segala isi hati dan segala harapan kepada gadis

desa itu (=cinta). (Tarigan, 1985: 31)

Contoh (8) dan (9) kalimat yang dicetak miring dapat diganti dengan satu kata saja sehingga lebih efisien.

10. Bahan-bahan nuklir dapat dipakai untuk kesejahteraan umat manusia

tetapi dapat juga memusnahkannya.

11. Bahasa memang dapat dipakai sebagai alat pemersatu tetapi dapat juga

sebagai alat pemecah belah.

(Tarigan, 1985: 63)

Contoh (10) dan (11) menunjukkan adanya hal yang bertentangan (kontras), yaitu

kesejahteraan dan memusnahkanya serta alat pemersatu dan alat pemecah belah.

Metode padan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan fonetis dan metode padan ortografis. Metode padan fonetis adalah metode padan yang alat penentunya berupa organ pembentuk bahasa atau organ wicara. Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi bunyi-bunyi. Metode ortografis adalah metode padan yang alat penentunya berupa bahasa tulis (Kesuma, 2007: 48-49). Teknik metode padan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pilah unsur penentu. Teknik pilah unsur penentu adalah teknik analisis data dengan cara memilah-milah satuan kebahasaan


(36)

yang dianalisis dengan alat penentu yang berupa daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh penelitinya (Sudaryanto dalam Kesuma, 2007: 51). Sesuai jenis metode padan yang digunakan, maka teknik pilah unsur penentu yang digunakan adalah daya pilah fonetis dan daya pilah ortografis. Perhatikan contoh berikut.

(12) Muka muda mudah muram

tiada siaga tiada biasa

jaga harga tahan raga

(Tarigan, 1985: 182)

Pada contoh (12) ada pengulangan bunyi vokal a, i, dan u.

(13) Setiap tahun semakin banyak mulut yang harus diberi makan di Tanah air

kita ini.

(14) Saya selalu membawa buah tangan untuk buah hati saya kalau saya

pulang dari luar kota.

(Tarigan, 1985: 125 dan 185)

Contoh (13) dan (14) menunjukkan adanya alat penentu berupa bahasa tulis, yaitu mulut

serta buah tangan dan buah hati. Pada contoh (13) yang mengandung gaya bahasa

sinekdoke pars pro toto, kata mulut berarti masyarakat bangsa ini. Kata mulut sebagai

penyebutan nama sebagian untuk nama keseluruhan. Pada contoh (14) yang mengandung gaya bahasa antanaklasis, frase buah tangan dan frase buah hati mengalami pengulangan

kata yang sama, yaitu kata buah. Akan tetapi, maknanya tidak sama. Buah tangan yang berarti „oleh-oleh‟, sedangkan buah hati yang berarti „anak‟.

Pada tahap penyajian hasil analisis data, penulis menggunakan metode penyajian hasil analisis data secara informal dan secara formal. Penyajian hasil analisis data secara informal adalah penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993: 145). Penulis menggunakan kata-kata biasa untuk menyajikan kaidah-kaidah berbahasa sehingga pembaca dapat langsung memahami. Penyajian hasil


(37)

analisis data secara formal adalah penyajian hasil analisis data dengan kaidah (Kesuma, 2007: 73). Kaidah yang dimaksud dapat berupa tabel, diagram atau gambar. Penulis menggunakan tabel untuk menyajikan rangkuman hasil penelitian.

1.8 Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian masalah yang dibahas penulis adalah Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Latar belakang masalah menguraikan tentang alasan penulis melakukan penelitian ini beserta ruang lingkup permasalahan. Rumusan masalah menguraikan tentang masalah-masalah yang menjadi permasalahn dalam penelitian ini. Tujuan penelitian mendeskripsikan tujuan penelitian ini. Manfaat penelitian memaparkan manfaat yang bisa diambil dari hasil penelitian ini. Tinjauan pustaka membahas tentang pustaka yang mempunyai kaitan dengan penggunaan gaya bahasa dalam lirik lagu. Landasan teori menyampaikan teori yang digunakan sebagai landasan teori. Metode penelitian menjelaskan tentang teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis data. Sistematika penyajian menguraikan tentang urutan hasil penelitian. Bab II berisi pembahasan tentang jenis-jenis gaya bahasa yang digunakan dalam beberapa lirik lagu Band Kerispatih. Bab III berisi pembahasan tentang fungsi gaya bahasa yang digunakan dalam lirik lagu tersebut. Bab IV berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan hasil analisis data dan saran untuk peneliti.


(38)

21 BAB II

JENIS-JENIS GAYA BAHASA

YANG DIGUNAKAN DALAM LIRIK LAGU BAND KERISPATIH

2.1 Pengantar

Telah dijelaskan bahwa gaya bahasa dalam bahasa Indonesia dibagi menjadi empat macam, yaitu gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa pertentangan, gaya bahasa pertautan, dan gaya bahasa perulangan. Menurut penelitian yang dilakukan penulis, satu lirik lagu Band Kerispatih bisa mengandung beberapa gaya bahasa yang berbeda, mulai dari gaya bahasa perbandingan sampai gaya bahasa perulangan. Ini menggambarkan bahwa lagu-lagu Kerispatih sangat bervariasi dalam hal penyampaian maksud lagu. Pada bab ini, penulis akan menguraikan jenis-jenis gaya bahasa yang digunakan dalam lirik-lirik lagu Kerispatih. Daftar lirik-lirik lagu yang diteliti sudah disebutkan pada bab I. Berdasarkan lirik lagu yang sudah ditentukan, berikut pembahasannya satu per satu.

2.2 Gaya Bahasa Perbandingan 2.2.1 Metafora

Metafora adalah gaya bahasa perbandingan yang implisit tanpa menggunakan kata seperti atau sebagai (Tarigan, 1985: 242). Gaya bahasa ini terdapat pada lagu “Kejujuran Hati”, “Sebentuk Hati Buat Kekasih”, “Akhir Penantian”, dan “Tak Mungkin Lagi”.

(1) “..Kejujuran hati yang tak mungkin dapat ku pungkiri Keinginanku untuk kau tahu isi hatiku


(39)

Pada penggalan lirik lagu “Kejujuran Hati” tersebut di atas, gaya bahasa metafora terdapat pada baris kedua, yaitu frase isi hatiku. Dalam hal ini, isi hati bukan berarti

diartikan sebagai isi dari salah satu organ tubuh manusia. Akan tetapi, sebuah kiasan untuk mengungkap sesuatu. Maksud metafora isi hatiku adalah „sebuah perasaan

dari hati‟.

(2) "Bila kau bukanlah cinta sejati

mungkin aku takkan pernah mengerti..."

Pada penggalan lirik lagu “Sebentuk Hati Buat Kekasih” tersebut, gaya bahasa metafora terdapat pada frase cinta sejati. Cinta sejati merupakan kiasan dari sebuah

perasaan dari hati yang dimiliki manusia kepada sesama. Maksud metafora cinta sejati adalah 'perasaan yang sesungguhnya'.

(3) "...Kan ku jaga

walaupun harus berpeluh darah"

Pada penggalan lirik lagu “Akhir Penantian” di atas, gaya bahasa metafora terdapat pada frase berpeluh darah. Bukan seperti berlumuran darah, namun frase itu

merupakan kiasan dari sebuah perjuangan. Maksud metafora berpeluh darah adalah

'perjuangan'.

(4) "...Ku maklumi ketidaksabaranmu menanti bejana cinta yang ku tinggal sesaat..."

Pada penggalan lagu “Tak Mungkin Lagi”di atas, gaya bahasa metafora terdapat pada frase bejana cinta. Bejana yang dimaksud di sini bukan wadah atau tempat,

tapi merupakan sebuah perasaan. Maksud metafora bejana cinta adalah „perasaan


(40)

2.2.2 Perifrasis

Perifrasis adalah gaya bahasa yang agak mirip dengan pleonasme;

kedua-duanya menggunakan kata-kata yang lebih banyak daripada yang dibutuhkan. Pada perifrasis, kata-kata yang berlebihan itu pada prinsipnya dapat diganti dengan sebuah kata saja (Tarigan, 1985: 244). Gaya bahasa perifrasis terdapat pada lagu “Kejujuran Hati”, “Lagu Rindu”, “Sebentuk Hati Buat Kekasih”, dan “Tak Mungkin Lagi”.

(5) “...Sesungguhnya ku tak rela jika kau tetap bersama dirinya Hempaskan cinta yang kuberi Semampunya ku mencoba tetap setia menjaga segalanya

demi cinta yang tak pernah berakhir...”

Pada penggalan lirik lagu “Kejujuran Hati” tersebut di atas, gaya bahasa perifrasis terdapat pada baris keempat sampai keenam, yaitu semampunya ku mencoba tetap setia menjaga segalanya demi cinta yang tak pernah berakhir. Kata-kata tersebut

dapat diganti dengan satu kata saja, yaitu kesungguhanku. Maksud perifrasis semampunya ku mencoba tetap setia menjaga segalanya demi cinta yang tak pernah berakhir adalah „kesungguhan‟.

(6) "...Biar ku dekap erat waktu dingin membelenggunya..."

(7)"...Walau hanya nada sederhana

izinkan ku ungkap segenap rasa dan kerinduan"

Pada penggalan lirik lagu “Lagu Rindu” tersebut, gaya bahasa perifrasis terdapat pada frase dekap erat dan frase rasa dan kerinduan. Frase dekap erat dapat diganti


(41)

Walaupun ada penggantian, itu tidak merubah makna syair. Maksud perifrasis dekap erat dan rasa dan kerinduan adalah 'ungkapan rasa'.

(8) "Bila kau bukanlah cinta sejati

mungkin aku takkan pernah mengerti hati yang tulus setia yang indah

dan semua yang terjadi antara kita..."

Pada penggalan lirik lagu “Sebentuk Hati Buat Kekasih” tersebut, gaya bahasa perifrasis terdapat pada frase hati yang tulus setia yang indah. Frase itu dapat diganti

dengan satu kata, yaitu ketulusan. Walaupun ada penggantian kata, namun susunan syair msih tetap sejalan. Maksud perifrasis hati yang tulus setia yang indah adalah

'kesungguhan'.

(9) “...Tak satupun kata terucap

Ketika ku tanya mengapa...”

Pada penggalan lirik lagu “Tak Mungkin Lagi” di atas gaya bahasa perifrasis terdapat pada kalimat tak satupun kata terucap. Kalimat tersebut dapat diganti

menjadi satu kata saja, yaitu diam. Maksud perifrasis tak satupun kata terucap

adalah „tidak ada yang terucap‟. 2.2.3 Antisipasi

Antisipasi adalah gaya bahasa yang berwujud penggunaan terlebih dahulu satu atau beberapa kata sebelum gagasan ataupun peristiwa yang sebenarnya terjadi (Tarigan, 1985: 234). Gaya bahasa antisipasi terdapat pada lagu “Kejujuran Hati”, “Tapi Bukan Aku”, dan “Tak Mungkin Lagi”.

(10) "Ku akui aku memang cemburu

Setiap kali kudengar namanya kau sebut Tapi ku tak pernah bisa


(42)

melakukan apa yang seharusnya kulakukan karena memang kau bukan milikku..."

Pada penggalan lirik lagu “Kejujuran Hati” tersebut di atas, gaya bahasa antisipasi terdapat pada baris pertama dan kedua, yaitu pernyataan ku akui aku memang cemburu setiap kali kudengar namanya kau sebut. Hal cemburu sebenarnya terjadi

kemudian setelah mendengar sebua nama disebut. Maksud antisipasi ku akui aku memang cemburu setiap kali kudengar namanya kau sebut adalah „kecemburuan‟.

(11) "...Aku memang manusia paling berdosa Khianati rasa demi keinginan semu..."

Penggalan lagu “Tapi Bukan Aku”di atas mengandung gaya bahasa antisipasi. Hal berdosa sebenarnya baru akan terjadi setelah adanya pengkhianatan. Maksud antisipasi aku memang manusia paling berdosa, khianati rasa demi keinginan semu

adalah 'perasaan menyesal'.

(12) “...Tak satupun kata terucap Ketika ku tanya mengapa...”

Penggalan lirik lagu “Tak Mungkin Lagi” di atas mengandung gaya bahasa antisipasi. Hal tidak satu katapun yang terucap sebenarnya baru akan terjadi setelah adanya suatu pertanyaan mengapa. Maksud antisipasi tak satupun kata terucap, ketika ku tanya mengapa adalah „tidak terjadi dialog‟

2.2.4 Personifikasi

Personifikasi adalah jenis gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat insani kepada barang yang tidak bernyawa (Tarigan, 1985: 17). Personifikasi terdapat pada lagu “Lagu Rindu”.


(43)

(13) "...Tahukah engkau wahai langit

Aku ingin bertemu membelai wajahnya Kan ku pasang hiasan angkasa yang terindah hanya untuk dirinya..."

Pada penggalan lirik lagu “Lagu Rindu” di atas, gaya bahasa personifikasi terdapat pada baris pertama, yaitu tahukah engkau wahai langit. Dalam hal ini, seolah langit

bisa dijak berbicara mengenai sesuatu. Padahal, langit merupakan sesuatu yang tidak bernyawa. Maksud personifikasi tahukah engkau wahai langit adalah 'dialog

(percakapan) mengenai seseorang'. 2.2.5 Pleonasme

Pleonasme adalah gaya bahasa yang berupa pemakaian kata yang mubazir atau berlebihan yang sebenarnya tidak perlu (Tarigan, 1985: 245). Pleonasme terdapat pada lagu “Sebentuk Hati Buat Kekasih” dan “Tapi Bukan Aku”

(14) "Bila kau bukanlah cinta sejati

mungkin aku takkan pernah mengerti hati yang tulus setia yang indah

dan semua yang terjadi antara kita..."

Pada penggalan lirik lagu “Sebentuk Hati Buat Kekasih” tersebut, gaya bahasa pleonasme terdapat pada frase hati yang tulus setia yang indah. Di situ terdapat

kelebihan penggunaan kaya yang. Seharusnya, dapat dipilih salah satu, yaitu

menggunakan frase hati yang tulus setia atau hati yang indah. Maksud pleonasme hati yang tulus setia yang indah adalah 'ungkapan perasaan yang sesungguhnya'.

(15) "...Lebih baik jangan mencintaiku aku dan semua hatiku

karena takkan pernah kau temui, cinta sejati..."


(44)

pleonasme terdapat pada pernyataan mencintaiku aku dan semua hatiku. Di situ

terlalu banyak penggunaan kata aku dan ku. Lebih baik, aku dan semua hatiku tidak

perlu dipakai. Makna lagu pun tidak berkurang walau ada pengurangan kata. Maksud pleonasme mencintaiku aku dan semua hatiku adalah 'menyatakan tentang

diri'.

2.3 Gaya Bahasa Pertentangan 2.3.1 Oksimoron

Oksimoron adalah jenis gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan dalam frase yang sama (Keraf dalam Tarigan, 1985: 63). Gaya bahasa oksimoron terdapat pada lagu “Kejujuran Hati” dan “Tak Mungkin Lagi”.

(16) "...Ku akui aku merindukanmu

Meski ternyata tak pernah kau merindukanku Tapi ku tak pernah bisa

melakukan apa yang seharusnya kuinginkan karena memang kau bukan milikku..."

Pada penggalan lirik lagu “Kejujuran Hati” tersebut di atas, gaya bahasa oksimoron terdapat pada kalimat ku akui aku merindukanmu meski ternyata tak pernah kau merinukanku. Pihak yang satu mempunyai rasa rindu, tapi pihak yang lain tidak

memiliki rasa rindu seperti yang dialami pihak yang satu. Dengan kata lain, rasa rindu hanya dialami oleh satu pihak. Maksud oksimoron ku akui aku merindukanmu meski ternyata tak pernah kau merinukanku adalah „rindu yang bertepuk sebelah


(45)

(17) “...Ku maafkan semua ini

Walau tak ingin lagi ku melihatmu...”

Penggalan lirik lagu “Tak Mungkin Lagi” di atas mengandung gaya bahasa oksimoron. Di satu sisi pencipta lagu mau memaafkan kesalahan kekasihnya, tapi di sisi yang lain ia sudah tidak mau lagi bertemu dengan kekasihnya. Maksud oksimoron ku maafkan semua ini walau tak ingin lagi ku melihatmu adalah

„kekecewaan‟. 2.3.2 Hiperbola

Hiperbola adalah jenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan jumlahnya, ukurannya atau sifatnya dengan maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya (Tarigan, 1985: 55). Hiperbola terdapat pada lagu “Lagu Rindu”, “Tapi Bukan Aku”, dan “Tak Mungkin Lagi”.

(18) "Bintang malam katakan padanya Aku ingin melukis sinarmu di hatinya..."

Pada penggalan lirik lagu “Lagu Rindu” tersebut, gaya bahasa hiperbola terdapat pada kalimat aku ingin melukis sinarmu di hatinya. Kalimat tersebut berlebihan

karena hati bukanlah media untuk melukis. Maksud hiperbola aku ingin melukis sinarmu di hatinya adalah 'keinginan besar'.

(19) "...Sejuta kata maaf terasa kan percuma

sebab rasa ku tlah mati untuk menyadarinya..."

Pada penggalan lagu “Tapi Bukan Aku” di atas, gaya bahasa hiperbola terdapat pada frase sejuta kata maaf. Hal ini dikatakan berlebihan karena terlalu banyak kata maaf


(46)

yang diucapkan bahkan sampai jutaan. Makna hiperbola sejuta kata maaf adalah

'penyesalan yang mendalam'.

(20) “...Air mata penyesalan mengalir deras

itu pun tak bisa kembalikan dirimu...”

Pada penggalan lirik lagu “Tak Mungkin Lagi” di atas, gaya bahasa hiperbola terdapat pada kalimat air mata penyesalan mengalir deras. Suatu hal yang

dilebih-lebihkan mengingat sesuatu yang dapat mengalir deras, misalnya air hujan, air sungai. Maksud hiperbola air mata penyesalan mengalir deras adalah „kesedihan

yang mendalam‟. 2.3.3 Litotes

Litotes adalah gaya bahasa yang berupa pernyataan mengenai sesuatu dengan cara menyangkal atau mengingkari kebalikannya (Tarigan, 1985: 242). Litotes terdapat pada lagu “Lagu Rindu” dan “Tak Mungkin Lagi”.

(21) "...Walau hanya nada sederhana

izinkan ku ungkap segenap rasa dan kerinduan"

Pada penggalan lirik lagu “Lagu Rindu” tersebut, gaya bahasa litotes terdapat pada kalimat walau hanya nada sederhana. Pencipta lagu merendahkan diri dengan

menganggap syair yang ia buat tidak istimewa, padahal liriknya sangat menyentuh. Maksud litotes walau hanya nada sederhana adalah 'apa adanya'.

(22) “...Ku maklumi ketidaksabaranmu menanti bejana cinta yang ku tinggal sesaat...”

Penggalan lirik lagu “Tak Mungkin Lagi” di atas mengandung gaya bahasa litotes. Walaupun memaklumi, namun sebenarnya si pencipta lagu sangat kecewa terhadap


(47)

kekasihnya. Maksud litotes ku maklumi ketidaksabaranmu menanti bejana cinta yang ku tinggal sesaat adalah „memberi maaf‟.

2.3.4 Paradoks

Paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada (Tarigan, 1985: 243). Gaya bahasa paradoks terdapat pada lagu “Lagu Rindu” dan “Tapi Bukan Aku”.

(23) "Bintang malam katakan padanya Aku ingin melukis sinarmu di hatinya..."

Pada penggalan lirik lagu “Lagu Rindu” tersebut, gaya bahasa paradoks terdapat pada kalimat aku ingin melukis sinarmu di hatinya. Hal itu merupakan hal yang

tidak mungkin terjadi. Bagaimana bisa sebuah sinar dilukis di dalam hati seseorang. Maksud paradoks aku ingin melukis sinarmu di hatinya adalah 'ketidakmungkinan'.

(24) "...Sejuta kata maaf terasa kan percuma

sebab rasa ku tlah mati untuk menyadarinya..."

Pada penggalan lagu “Tapi Bukan Aku” di atas, gaya bahasa paradoks terdapat pada kalimat rasaku tlah mati untuk menyadarinya. Hal itu sangat bertentangan dengan

kenyataan, di mana sebuah perasaan yang dimiliki seseorang tidak akan pernah mati atau hilang sebelum meninggal dunia. Perasaan adalah anugerah dari Tuhan. Maksud paradoks rasaku tlah mati untuk menyadarinya adalah 'putus asa'.

2.3.5 Inuendo

Inuendo adalah gaya bahasa yang berupa sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya (Tarigan, 1985: 240). Gaya bahasa inuendo terdapat pada lagu “Tak Mungkin Lagi”.


(48)

(25) “...Ku maklumi ketidaksabaranmu menanti bejana cinta yang ku tinggal sesaat...”

Penggalan lirik lagu “Tak Mungkin Lagi” di atas mengandung gaya bahasa inuendo. Pencipta lagu mencoba untuk menyindir kekasih yang telah mengecewakannya dengan mengatakan bahwa ia memaklumi tindakan kekasihnya. Maksud inuendo ku maklumi ketidaksabaranmu menanti bejana cinta yang ku tinggal sesaat adalah

„ungkapan sakit hati‟.

2.4 Gaya Bahasa Pertautan

2.4.1 Sinekdoke (Pars Pro Toto)

Sinekdoke adalah gaya bahasa yang menyebutkan nama sebagian sebagai pengganti nama keseluruhannya atau sebaliknya (Moeliono dalam Tarigan, 1985: 124). Sinekdoke ada dua jenis, yaitu sinekdoke pars pro toto dan sinekdoke totem pro parte. Sinekdoke pars pro toto untuk menyebut nama sebagian sebagai pengganti nama keseluruhan, sedangkan sinekdoke totem pro parte untuk menyebut nama keseluruhan sebagai nama sebagian. Gaya bahasa sinekdoke pars pro toto terdapat pada lagu “Kejujuran Hati”, “Lagu Rindu”, “Sebentuk Hati Buat Kekasih”, dan “Akhir Penantian”.

(26) "Ku akui aku memang cemburu

Setiap kali kudengar namanya kau sebut Tapi ku tak pernah bisa

melakukan apa yang seharusnya kulakukan karena memang kau bukan milikku..."

Pada penggalan lirik lagu “Kejujuran Hati” tersebut, gaya bahasa sinekdoke pars pro toto yang terdapat pada baris kedua, yaitu kata namanya pada kalimat setiap kali


(49)

kudengar namanya kau sebut. Kata namanya sebagai nama sebagaian merupakan

pengganti dari nama keseluruhan, yaitu orang yang memiliki nama itu. Jadi, yang dimaksud di situ bukanlah hanya nama orang itu, tapi juga orang yang memiliki nama tersebut (secara keseluruhan). Maksud sinekdoke pars pro toto setiap kali kudengar namanya kau sebut adalah „rasa iri pada seseorang‟.

(27) "...Tahukah engkau wahai langit

Aku ingin bertemu membelai wajahnya..."

Pada penggalan lirik lagu “Lagu Rindu” tersebut, gaya bahasa sinekdoke pars pro toto terdapat pada pernyataan membelai wajahnya. Wajah merupakan nama

sebagian untuk mengganti tubuh (raga) sebagai nama keseluruhan. Maksud sinekdoke pars pro toto membelai wajahnya adalah 'kasih sayang'.

(28) "...Sebentuk hatiku buat kekasihku

Mengiring rinduku yang selalu untuknya..."

Pada penggalan lagu “Sebentuk Hati Buat Kekasih” tersebut, gaya bahasa sinekdoke pars pro toto terdapat pada frase sebentuk hatiku. Hati sebagai nama sebagaian untuk

mengganti pribadi (diri) sebagai nama keseluruhan. Maksud sinekdoke pars pro toto

sebentuk hatiku adalah 'wujud perasaan'.

(29) "Harus ku akui

ketika ku putuskan memiliki cintamu..."

Pada penggalan lagu “Akhir Penantian” di atas, gaya bahasa sinekdoke pars pro toto terdapat pada kata cintamu. Dalam hal ini, cintamu merupakan nama sebagian

sebagai pengganti diri (pribadi) seseorang sebagai nama keseluruhan. Maksud sinekdoke pars pro toto cintamu adalah 'diri seseorang secara keseluruhan'.


(50)

2.4.2 Elipsis

Elipsis adalah penghilangan salah satu atau beberapa unsur penting dalam konstruksi sintaksis lengkap (Tarigan, 1985:138). Gaya bahasa elipsis terdapat pada lagu “Kejujuran Hati” dan “Tak Mungkin Lagi”.

(30) “...Sesungguhnya ku tak rela jika kau tetap bersama dirinya

Hempaskan cinta yang kuberi

Semampunya ku mencoba tetap setia menjaga segalanya

demi cinta yang tak pernah berakhir...”

Pada penggalan lirik lagu “Kejujuran Hati” tersebut, gaya bahasa elipsis terdapat pada kalimat hempaskan cinta yang kuberi. Menurut penulis, di situ ada

penghilangan unsur obyek (misalnya, setulusnya), sehingga kalimatnya menjadi

hempaskan cinta yang kuberi setulusnya. Maksud elipsis hempaskan cinta yang kuberi adalah 'kekecewaan'.

(31) “...Sudahlah, lupakanlah

tak mungkin lagi kau ku miliki...”

Pada penggalan lirik lagu “Tak Mungkin Lagi” di atas, gaya bahasa elipsis terdapat pada kalimat sudahlah, lupakanlah. Pada kalimat itu, ada penghilangan objek

(misalnya, aku). Maksud elipsis sudahlah, lupakanlah adalah „permintaan untuk

melupakan.

2.4.3 Erotesis

Erotesis adalah gaya bahasa yang berupa pertanyaan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan sama sekali tidak menuntut suatu


(51)

jawaban (Tarigan, 1985: 238). Gaya bahasa erotesis terdapat pada lagu “Lagu Rindu”.

(32) "...Tahukah engkau wahai langit

Aku ingin bertemu membelai wajahnya..."

Pada penggalan lirik lagu “Lagu Rindu” tersebut, gaya bahasa erotesis terdapat pada kalimat tahukah engkau wahai langit. Sebuah pertanyaan yang tidak perlu jawaban,

apalagi pertanyaan diajukan kepada sesuatu yang tidak bisa berinteraksi dengan sang penanya. Maksud erotesis tahukah engkau wahai langit adalah 'pertanyaan yang

sia-sia'.

2.5 Gaya Bahasa Perulangan 2.5.1 Asonansi

Asonansi adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama (Tarigan, 1985: 235). Gaya bahasa asonansi terdapat pada lagu “Kejujuran Hati”, “Lagu Rindu”, “Sebentuk Hati Buat Kekasih”, “Akhir Penantian”, “Tapi Bukan Aku”, dan “Tak Mungkin Lagi”.

(33) "Kuakui aku memang cemburu

Setiap kali kudengar namanya kau sebut Tapi ku tak pernah bisa

melakukan apa yang seharusnya kulakukan

karena memang kau bukan milikku

Kuakui aku merindukanmu

Meski ternyata tak pernah kau merindukanku Tapi ku tak pernah bisa

melakukan apa yang seharusnya kuinginkan


(52)

Reff:

Sesungguhnya ku tak rela

jika kau tetap bersama dirinya

Hempaskan cinta yang kuberi

Semampunya ku mencoba

tetap setia menjaga segalanya

demi cinta yang tak pernah berakhir

Chrous:

Kejujuran hati yang tak mungkin dapat ku pungkiri

Keinginankuuntuk kau tahuisi hatiku

Demi cinta yang tak pernah berakhir"

Pada lirik lagu “Kejujuran Hati” tersebut di atas, terlihat bahwa ada perulangan bunyi vokal a, i, u, dan e yang terdapat pada huruf yang dicetak miring.

(34) "Bintang malam katakan padanya

Akuingin melukis sinarmu di hatinya

Embun pagi sampaikan padanya

Biar ku dekap erat waktu dingin membelenggunya

Reff:

Tahukah engkau wahai langit

Aku ingin bertemu membelai wajahnya

Kan ku pasang hiasan angkasa yang terindah

hanya untuk dirinya

Lagu rinduini kuciptakan

hanya untuk bidadari hatiku tercinta

Walau hanya nada sederhana

izinkan ku ungkap segenap rasa dan kerinduan"

Pada lirik lagu “Lagu Rindu” tersebut di atas, terlihat perulangan bunyi vokal a, i, u, dan e yang terdapat pada huruf yang dicetak miring.

(35) "Bila kau bukanlah cinta sejati

mungkin aku takkan pernah mengerti

hati yang tulus setia yang indah

dan semua yang terjadi antara kita

Maaf untuk semua cara yang salah


(53)

tiada yang lain dalam hidupku

Sungguh tak ada maksud untuk menyakitimu

Reff:

Sebentuk hatiku buat kekasihku

Mengiring rinduku yang selalu untuknya

Memang tak selalu ada yang terbaik

dari diriini dan juga dirinya

Namun ku yakin cinta ini tak kan pernah salah"

Pada lirik lagu “Sebentuk Hati Buat Kekasih” di atas, jelas terdapat pengulangan bunyi vokal a, i, u, dan e pada huruf yang dicetak miring.

(36) "Harus ku akui

ketika ku putuskan memiliki cintamu

saat itulah ku ingin kau hanya untukku

Harus ku katakan

telah ku pasrahkan hidupku bersamamu selamanya

Reff:

Begitu banyak cara ku tempuh

untuk mencari cinta

tapi apa daya kecewa ku dapatkan

Begitu panjang waktu ku jalani

tanpa sebuah jawaban

dan inilah saatnya

kau akhir penantianku

Chrous: Kan ku jaga

walaupun harus berpeluh darah"

Pada lagu “ Akhir Penantian” tersebut di atas, pengulangan bunyi vokal terdapat pada huruf yang dicetak miring, yaitu huruf a, i, u, dan e.

(37) "Jangan lagi kau sesali keputusanku

Ku tak ingin kau semakin kan terluka

Tak ingin ku paksakan cinta ini

Meski tiada sanggup untuk kau terima

Aku memang manusia paling berdosa


(54)

Lebih baik jangan mencintaiku aku dan semua hatiku

karena takkan pernah kau temui, cinta sejati

Reff:

Berakhirlah sudah semua kisah ini

dan jangan kau tangisi lagi

sekalipun aku takkan pernah mencoba kembali padamu

Sejuta kata maaf terasa kan percuma

sebab rasa ku tlah mati untuk menyadarinya

Semoga saja kan kau dapati

hati yang tulus mencintaimu

tapi bukan aku"

Pada lirik lagu “Tapi Bukan Aku” tersebut, pengulangan bunyi vokal a, i, u, dan e terdapat pada huruf yang dicetak miring.

(38) “Tersentak aku seketika

Seakan-akan tak percaya

saat ku lihat kau telah berdua

sebelum sampai diriku melepas rindu

Tak satupun kata terucap

Ketika ku tanya mengapa

Air mata penyesalan mengalir deras

itu pun tak bisa kembalikan dirimu

Reff:

Ku maafkan semua ini

Walau tak ingin lagi ku melihatmu

Ku maklumi ketidaksabaranmu menanti

bejana cinta yang ku tinggal sesaat

Sudahlah, lupakanlah

tak mungkin lagi kau ku miliki

Pada lirik lagu “Tak Mungkin Lagi” tersebut, jelas terlihat adanya pengulangan buyni vokal a, i, u, dan e pada huruf yang dicetak miring.

2.5.2 Aliterasi


(1)

hidupku...”

36. “...Begitu banyak cara ku tempuh untuk mencari cinta tapi apa daya kecewa ku dapatkan...”

Asonansi

37. “...Semoga saja kan kau dapati hati yang tulus mencintaimu tapi bukan aku"

Asonansi

38. “Tersentak aku seketika seakan-akan tak percaya...” Asonansi

39. “...Meski ternyata tak pernah kau merindukanku tapi ku tak

pernah bisa...” Aliterasi 40. “...Lagu rindu ini kuciptakan hanya untuk bidadari hatiku

tercinta...” Aliterasi

41. “...Memang tak selalu ada yang terbaik dari diri ini dan juga dirinya...”

Aliterasi

42. “...Begitu banyak cara ku tempuh untuk mencari cinta tapi

apa daya kecewa ku dapatkan...”

Aliterasi

43. “...Semoga saja kan kau dapati hati yang tulus mencintaimu tapi bukan aku"

Aliterasi

44. "...Meski ternyata tak pernah kau merindukanku Tapi ku tak pernah bisa..."

Mesodiplosis

45. "...Lebih baik jangan mencintaiku aku dan semua hatiku karena takkan pernah kau temui, cinta sejati..."


(2)

LAMPIRAN 2

Lirik-lirik Lagu Band Kerispatih yang Diteliti oleh Penulis

KEJUJURAN HATI

Ku akui aku memang cemburu

Setiap kali kudengar namanya kau sebut Tapi ku tak pernah bisa

melakukan apa yang seharusnya kulakukan karena memang kau bukan milikku

Ku akui aku merindukanmu

Meski ternyata tak pernah kau merindukanku Tapi ku tak pernah bisa

melakukan apa yang seharusnya kuinginkan karena memang kau bukan milikku

Reff:

Sesungguhnya ku tak rela jika kau tetap bersama dirinya Hempaskan cinta yang kuberi Semampunya ku mencoba tetap setia menjaga segalanya Demi cinta yang tak pernah berakhir

Kejujuran hati yang tak mungkin dapat ku pungkiri Keinginanku untuk kau tau isi hatiku

Demi cinta yang tak pernah berakhir

LAGU RINDU

Bintang malam katakan padanya Aku ingin melukis sinarmu di hatinya Embun pagi sampaikan padanya

Biar ku dekap erat waktu dingin membelenggunya

Reff:

Tahukah engkau wahai langit


(3)

Kan ku pasang hiasan angkasa yang terindah hanya untuk dirinya

Lagu rindu ini kuciptakan

hanya untuk bidadari hatiku tercinta Walau hanya nada sederhana

izinkan ku ungkap segenap rasa dan kerinduan

SEBENTUK HATI BUAT KEKASIH

Bila kau bukanlah cinta sejati

mungkin aku takkan pernah mengerti hati yang tulus setia yang indah dan semua yang terjadi antara kita Maaf untuk semua cara yang salah Itu hanya ku ingin membuktikan tiada yang lain dalam hidupku

Sungguh tak ada maksud untuk menyakitimu

Reff:

Sebentuk hatiku buat kekasihku

Mengiring rinduku yang selalu untuknya Memang tak selalu ada yang terbaik dari diri ini dan juga dirinya

Namun ku yakin cinta ini tak kan pernah salah

AKHIR PENANTIAN

Harus ku akui

ketika ku putuskan memiliki cintamu saat itulah ku ingin kau hanya untukku Harus ku katakan

tlah ku pasrahkan hidupku bersamamu selamanya

Reff:

Begitu banyak cara ku tempuh untuk mencari cinta


(4)

tapi apa daya kecewa ku dapatkan Begitu panjang waktu ku jalani tanpa sebuah jawaban

dan inilah saatnya kau akhir penantianku

Chrous:

Kan ku jaga

walaupun harus berpeluh darah

TAPI BUKAN AKU

Jangan lagi kau sesali keputusanku Ku tak ingin kau semakin kan terluka Tak ingin ku paksakan cinta ini Meski tiada sanggup untuk kau terima Aku memang manusia paling berdosa Khianati rasa demi keinginan semu

Lebih baik jangan mencintaiku aku dan semua hatiku karena takkan pernah kau temui, cinta sejati

Reff:

Berakhirlah sudah semua kisah ini dan jangan kau tangisi lagi

sekalipun aku takkan pernah mencoba kembali padamu Sejuta kata maaf terasa kan percuma

sebab rasa ku tlah mati untuk menyadarinya Semoga saja kan kau dapati

hati yang tulus mencintaimu tapi bukan aku

TAK MUNGKIN LAGI

Tersentak aku seketika Seakan-akan tak percaya saat ku lihat kau telah berdua

sebelum sampai diriku melepas rindu Tak satupun kata terucap


(5)

Airmata penyesalan mengalir deras itu pun tak bisa kembalikan dirimu

Reff:

Ku maafkan semua ini

Walau tak ingin lagi ku melihatmu Ku maklumi ketidaksabaranmu menanti bejana cinta yang ku tinggal sesaat Sudahlah, lupakanlah


(6)

BIODATA PENULIS

Erick Caesario lahir di Bandar Lampung pada tanggal 22 Oktober 1988. Anak pertama dari pasangan Heru Sulistiadi dan M. M. Sri Wuri Setyawati (Alm.) ini memulai kuliah di Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2006. Sebelum masuk ke Sanata Dharma, Erick telah menjalani pendidikan di TK Xaverius Pringsewu (1992-1994), SD Xaverius Pringsewu (1994-2000), SMP Xaverius Pringsewu (2000-2003), dan SMA Xaverius Pringsewu (2003-2006). Selama duduk di bangku sekolah, dia cukup aktif di organisasi dan kegiatan.

Selama kuliah, Erick mengikuti beberapa seleksi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Seksen dan Paduan Suara Mahasiswa (PSM) adalah dua UKM yang menjadi pilihannya. Sayangnya, Erick gagal lolos seleksi PSM. Sedangkan untuk seksen, hanya beberapa kali pertemuan saja yang diikutinya. Ia juga pernah mengikuti organisasi Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Sastra Indonesia periode 2008/2009 dan berpartisipasi menjadi Panitia akrab Sastra Indonesia serta Panitia Lomba Musikalisasi Puisi.

Dalam perkuliahan, Erick cukup tepat waktu untuk menyelesaikan teori-teori mata kuliah. Erick mempunyai prinsip bahwa usaha sekecil apapun pasti akan menghasilkan sesuatu meski harus ditempuh dengan cara yang rumit. Semoga karya ilmiah ini dapat menjadi tambahan referensi untuk penelitian di bidang bahasa, khususnya bahasa Indonesia.