Alat Musik yang Digunakan

3.Memakai baju kebaya 4. Memakai bunga erpalas sebagai rudang – rudang atau hisan tudung sebagai simbol kepeminpinan. 5. Dan khusus bagi nande aron maka di atas tudungnya dia harus erjungjungen atau pun diletakan di atas tudungnya kampil kecil beserta dengan tikar kecil yang berwarna putih amak cur. Sedangkan pada saat sekarang nande aron tidak lagi erjungjungen lagi, dan pada saat sekarang ini nande aron atau bapa aron hanya dipilih satu saja, dan itulah yang mewakilkan dari kelima merga baik bapa aron dan nande aron. Sedangkan pada saat dulu nande aron atau bapa aron dari setiap merga harus ada satu yang mewakili.

4.1.4. Alat Musik yang Digunakan

Dalam acara guro – guro aron ini pada saat dulu memakai alat musik tradisional. Sierjabaten adalah panggilan untuk pemain musik tradisional Karo. Pada saat dulu masyarakat dalam melakukan acara guro – guro aron hanya memakai alat musik lima sedalanen lima sejalan yaitu: gendang, sarune, penganak, kulcapi, dan keteng –keteng. Sendangkan pada saat sekarang dalam acara guro – guro aron ini masyrakat Karo sudah menggunakan keyboard. Sierjabaten ini orang yang bertugas memainkan musik tradisional karo memiliki keahlian dalam bermain berbagai macam alat musik tradisoanal Karo yang terdiri atas Sarune, Gendang singanaki, Gendang singindungi, Gendang penganak, dan gung. Setiap pemain alat musik mempunyai nama masing masing sesuai dengan alat musik yang mereka mainkan, pemain sarune disebut panarune, Universitas Sumatera Utara pemain gendang singanaki dan singindungi disebut penggual, dan pemain penganak disebut simalu penganak, dan pemain gung disebut simalu gung pemukul gung . Pada saat dulu alat musik yang digunakan dalam acara guro- guro aron ini adalah gendang. Untuk lebih jelasnya berikut ini penjelasan mengenai setiap alat musik Tradisonal Karo :

A. Sarune.

a. Anak-anak sarune, terbuat dari daun kelapa dan embulu-embulu pipa kecil diameter 1 mm dan panjang 3 - 4 mm. Daun kelapa dipilih yang sudah tua dan kering. Salah satu sudut dari kedua lembaran daun yang dibentuk diikatkan pada embulu-embulu, dengan posisi kedua sudut daun tersebut, b. Tongkeh sarune, bagian ini berguna untuk menghubungkan anak-anak sarune. Biasanya dibuat dari timah, panjangnya sama dengan jarak antara satu lobang nada dengan nada yang lain pada lobang sarune, c. Ampang-ampang sarune, bagian ini ditempatkan pada embulu-embulu sarune yang berguna untuk penampung bibir pada saat meniup sarune. Bentuknya melingkar dengan diameter 3 cm dan ketebalan 2 mm. Dibuat dari bahan tulang hewan, tempurung, atau perak, d. Batang sarune, bagian ini adalah tempat lobang nada sarune, bentuknya konis baik bagian dalam maupun luar. Sarune mempunyai delapan buah lobang nada. Tujuh di sisi atas dan satu di belakang. Jarak lobang 1 ke lobang adalah 4,6 cm dan jarak lobang VII ke ujung sarune 5,6 cm. Jarak antara tiap-tiap lobang nada adalah 2 cm, dan jarak lubang bagian belakang ke lempengan 5,6 cm. Universitas Sumatera Utara e. Gundal sarune, letaknya pada bagian bawah batang sarune. Gundal sarune terbuat dari bahan yang sama dengan batang sarune. Bentuk bagian dalamnya barel, sedangkan bentuk bagian luarnya konis. ukuran panjang gundal sarune tergantung panjang batang sarune yaitu 59.

B. Gendang

Alat musik gendang adalah berfungsi membawa ritme variasi. Alat ini dapat diklasifikasi ke dalam kelompok membranofon konis ganda yang dipukul dengan dua stik. Dalam budaya musik Karo gendang ini terdiri dari dua jenis yaitu gendang singanaki anak dan gendang singindung induk. Gendang singanaki di tambahi bagian gerantung. Bagian-bagian gendang anak dan induk adalah sama, yang berbeda adalah ukuran dan fungsi estetis akustiknya. Bagian- bagian gendang itu adalah: Tutup gendang, yaitu bagian ujung atas tutup gendang ini terbuat dari kulit napuh kancil . Kulit napuh ini dipasang ke bingkai bibir penampang gendang. Bingkainya terbuat dari bambu. Tali gendang lazim disebut dengan tarik gendang terbuat dari kayu nangka. Salah satu sampel contoh ukuran untuk bagian atas gendang anak adalah 5 cm, diameter bagian bawah 4 cm dan keseluruhan 44 cm. Ukuran gendang kecil yang dilekatkan pada gendang anak, diameter bagian atas 4 cm, diameter bagian bawah 3 cm, dan panjang keseluruhan 11,5 cm. Alat pukulnya stik terbuat dari kayu jeruk purut. Alat pukul gendang keduanya sama besar dan bentuknya. Panjangnya 14 cm dan penampang dan penampung relatif 2 cm. Universitas Sumatera Utara Untuk gendang indung, diameter bagian atas 5,5 cm, bagian bawah 4,5 cm, panjang keseluruhan 45,5 cm. Bahan alat pukulnya juga terbuat dari kayu jeruk purut. Ukuran alat pukul ini berbeda yaitu yang kanan penampangnya lebih besar dari yang kiri, yaitu 2 cm untuk kanan dan 0,6 cm untuk kiri. Panjang keduanya sama 14 cm.

C. Gung dan penganak

Yaitu pengatur ritme musik tradisional Karo. Gung ini diklasifikasikan ke dalam kategori idiofon yang terbuat dari logam, yang cara memainkannya digantung. Gung terbuat dari tembaga, berbentuk bundar. Gung dalam musik tradisional Karo terbagi dua yaitu gung penganak. Salah satu contoh ukuran gung penganak diameternya 15,6 cm dengan pencu 4 cm dan ketebalan sisi lingkarannya 2,8 cm. Pemukulnya terbuat dari kayu dan dilapis dengan karet. Gung mempunyai diameter 65 cm dengan pencu berdiameter 15 cm dan tebal sisi lingkarannya 10 cm. Pemukulnya terbuat dari kayu dan dilapisi karet. Bagi masyarakat Karo, dikenal istilah uga gendangna bage endekna, yang artinya bagaimana musiknya, harus demikian juga gerakannya endek. Endek diartikan di sini tidak sebagai gerakan menyeluruh dari anggota badan sebagai sebagaimana tarian pada umumnya, tetapi lebih ditekankan kepada gerakan kaki saja. Oleh sebab itu endek tidak dapat disamakan sebagai tari, meskipun unsur tarian itu ada di sana. Hal ini disebabkan konsep budaya itu sendiri yang memberi makna yang tidak dapat diterjemahkan langsung kata per kata. Karena konsep tari itu sendiri mempunyai perbedaan konsep seperti konsep tari yang dalam berbagai Universitas Sumatera Utara kebudayaan lainnya. Konsep endek harus dilihat dari kebudayaan karo itu sendiri sebagai pemilik kosa kata tersebut. Konsep-konsep seperti ini juga dapat kita lihat pada istilah musik bagi masyarakat Karo. Pada masyarakat Karo tidak dikenal istilah musik, dan tidak ada kosa kata musik, tetapi dalam tradisi musik kita mengenal istilah gendang yang terkait dengan berbagai hal dalam ‘musik’ atau bahkan dapat diterjemahkan juga sebagai musik. Bagi masyarakat Karo gendang bermakna jamak, setidaknya gendang mempunyai lima makna, 1 Gendang sebagai ensambel musik, 2 Gendang sebagai repertoar atau kumpulan beberapa buah komposisi tradisional, misalnya gendang perang-perang, gendang guru dan sebagainya; 3 gendang sebagai nama lagu atau judul lagu secara tradisional, 4 gendang sebagai instrument musik, misalnya gendang indung, gendang anak, 5 gendang sebagai upacara, misalnya gendang guro-guro aron, dan sebagainya. Konsep seperti ini juga berlaku bagi tarian. Endek dapat diartikan sebagai gerakan dasar, yaitu gerakan kaki yang sesuai dengan musik pengiring atau musik yang dikonsepkan pada diri sipenari sendiri, karena ada kalanya juga gerakan-gerakan tertentu dapat dikategorikan sebagai tarian, namun tidak mempunyai musik pengiring. Berbicara tentang sejarah seni tari Karo, maka kita akan dihadapkan pada kajian folklor, karena tidak ada tanggal-tanggal yang pasti diketahui kapan munculnya tarian Karo. Tetapi pada umumnya tari yang unsur dasarnya adalah gerak dapat kita temui dalam ritus-ritus dan upacara-upacara tradisional yang ada pada masyarakat Karo. Universitas Sumatera Utara Dengan demikian makna dari setiap gerakan-gerakan mempunyai makna dan filosofi tergantung jenis tarinya. Meskipun demikian ada beberapa hal yang terkait dengan tari karo, misalnya gerakan tangan yang lempir atau jari tangan agak dimerengkan bedasarkan pandangan mata, endek nahe, bukan buta-buta atau bukan asal – asalan . Di samping itu juga makna gerakan-gerakan tangan juga mempunyai makna tersendiri. Ada beberapa makna dari gerakan tari Karo berupa perlambangan, yaitu: Gerak tangan kiri naik, gerak tangan kanan ke bawah melambangkan tengah rukur, yaitu maknanya selalu menimbang segala sesuatunya dalam bertindak; gerakan tangan kanan ke atas, gerakan tangan kiri ke bawah melambangkan sisampat-sampaten, yang artinya saling tolong menolong dan saling membantu, gerakan tangan kiri ke kanan ke depan melambangkan ise pe la banci ndeher adi langa si oraten, yang artinya siapa pun tidak boleh dekat kalau belum mengetahui hubungan kekerabatan, ataupun tidak kenal maka tidak sayang. Gerakan tangan memutar dan mengepal melambangkan perarihen enteguh, yang artinya mengutamakan persatuan, kesatuan, dan musyawarah untuk mencapai mufakat. Gerakan tangan ke atas, melambangkan ise pe labanci ndeher, artinya siapapun tidak bisa mendekat dan berbuat sembarangan. Gerakan tangan sampai kepala dan membentuk seperti burung merak, melambangkan beren rukur, yang maknanya menimbang sebelum memutuskan, pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tiada berguna. Gerak tangan kanan dan kiri sampai bahu, melambangkan baban simberat jadi menahang adi ras babasa, yang bermakna ringan sama dijinjing, berat sama dipikul. Artinya bisa berbuat mampu bertanggung jawab dan serasa sepenanggunan, gerakan tangan di pinggang Universitas Sumatera Utara melambangkan penuh tanggung jawab, dan gerakan tangan kiri dan tangan kanan ke tengah posisi badan berdiri, melambangkan ise pereh adi enggo ertutur ialo- alo alu mehuli, artinya siapapun yang datang jika sudah berkenalan dan mengetahui hubungan kekerabatan diterima dengan baik sebagai keluarga kade- kade. Sumber : tanah karo.com mulai dari hal 34-40 Lagu-lagu yang dinyanyikan disesuaikan dengan acara yang telah tertata oleh kelaziman yang ada. Lagu pertama biasanya adalah lagu Pemasu-masun pemberkatan dengan lirik mendoakan agar segenap masyarakat yang ada pada acara tersebut diberikan kelimpahan rahmat, rezeki, kesehatan dan umur panjang serta kedamaian dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Sembari biduan bernyanyi, semua panitia dan tamu undangan diajak menari di atas panggung. Lagu pembukaan bernada sentimentil ini diringi alat musik yang digunakan misalnya dengan menggunakan alat musik tradisional seperti sarunai, penganak, gong dan anak gung semacam gamelan membuat suasana religius dan syahdu. Seusai lagu pemasu-masun atau disebut juga sebagai lagu simalungun rakyat, selanjutnya biduan menyanyikan lagu-lagu permintaan yang diikuti dengan tarian dari masing-masing marga yang ada. Para penari harus berpasangan dengan istrinya atau jika belum menikah berpasangan dengan impal paribannya atau bisa juga dengan nande aron. Kesempatan ini biasanya digunakan muda-mudi untuk berkenalan atau lebih mengintensifkan perkenalan yang telah dijalin. Penyanyi terdiri dari pria dan wanita sepasang yang disebut perkolong-kolong. Perkolong - kolong ini mengenakan pakaian adat Karo dan biasanya memiliki suara yang merdu dan enak didengar. Universitas Sumatera Utara Setelah semua marga ada 5 marga, panitia, petugas keamanan dan kelompok-kelompok lain yang ada pada acara, mendapat giliran menari maka adegan ini biasanya diadakan tengah malam yang merupakan puncak acara. Gendang Guro-guro Aron sejak dahulu juga sering dimanfaatkan oleh para penguasa pemimpintokoh adat untuk menyampaikan pesan-pesan, biasanya pesan perdamaian dan semangat kerja kepada masyarakat. Buktinya, banyak lagu- lagu karo yang tercipta dengan nada riang penuh semangat mengajak masyarakat bekerja keras . Pada masa revolusi seni tradisional ini dijadikan pula sebagai penggelora semangat perjuangan kemerdekaan. Hal ini tercermin dari lagu-lagu perjuangan yang bernada heroik. Pada masa Orde Baru, kesenian interaktif ini dimanfaatkan oleh partai politik sebagai media untuk berkampanye. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan cara orasi pada saat-saat jedah lagu; penyampaian pesan – pesan dan himbauan oleh MC dan Perkolong-kolong serta melalui lagu-lagu yang dinyanyikan. Sierjabaten orang yang bertugas memaikan alat musik begitulah sebutan Orang Karo kepada pemain musik tradisional-nya, di mana mereka Sierjabaten atau penggual berfungsi sebagai pengiring musik upacara adat Suku Karo, baik itu acara guro - guro aron, pernikahan, kemalangan atau lainnya. Jadi dari hal tersebut maka sebenarnya profesi ini bisa dibilang sudah cukup lama sekali ada dalam perkembangan dan perjalanan hidup Suku Karo. Yang jelas profesi ini berkaitan sekali dengan kesenian tradisional Suku Karo. Pada kenyataanya peran serta mereka sangatlah jelas dalam setiap acara pesta adat, sebab tanpa mereka sebuah acara adat tidak lengkap dan sempurna, mereka adalah sekumpulan penghibur juga bisa dibilang irama atau bisa juga disebut dengan tolak ukur kemeriahan sebuah acara adat. Universitas Sumatera Utara Semakin hebat keahlian mereka dalam bermain musik maka makin tinggi pula pamor mereka Sierjabaten dimata masayarakat Karo. Guro - guro aron di tengah - tengah masyrakat karo merupakan satu alat perekat ataupun merupakan sistem kekerabatan bagi masyrakat karo, karena setiap tahun orang karo datang ke kampung halamanya untuk berkumpul dengan keluarganya dalam acara guro - guro aron tersebut. 4.1.5.Tata Cara Pelaksanaan Guro – guro Aron. Adapun guro-guro aron ini dalam pelaksanaannya ada tugas-tugas yang dibagi seperti: 1. Pengulu AronKemberahen aronketua aron, atau bisa juga disebut dengan bapa aron dan nande aron. Biasanya gendang guro-guro aron dipinpin oleh pengulu aron dan seorang kemberahen aron. Pengulu aron biasanya dipilih dari pemuda keturunan bangsa tanah si mantek kuta, sementara kemberahen aron dipilih dari pemudi kampung tersebut atau anak kalimbubu kuta. Atau hal ini tidak memungkinkan, maka pengulu aron diangkat dari pemuda dari anak beru kuta dan kemberahen aron dari anak simantek kuta. Adakalanya pengulu aron dikenakan bunga empalas, yaitu ruas buluh bambu yang dialisi sehingga tipis dan diurai sehingga menyerupai bunga pinang mayang. Disamping itu juga membawa sebuah tikar kecil amak cur sebagai tempat duduk. 2. Si mantek guro-guro aron. perserta dalam guro-guro aron Yang disebut si mantek dalam guro –guro aron, adalah pemuda atau pemudi dari satu dua yang ikut sebagai pesertapelaksana guro-guro aron tersebut. Universitas Sumatera Utara Simantek guro-guro aron berkewajiban membayar biaya yang disebut adangen, sebesar yang telah ditentukan dalam musyawarah. 3. Pengelompokan aron. Aron dikelompokkan menurut beru-nya masing-masing, misalnya aron beru Ginting, aron beru Karo, aron beru Perangin-angin, aron beru Sembiring, aron beru Tarigan. Si pemuda menyesuaikan tempat duduknya dengan kelompok pemudi itu, misalnya bere-bere Karo di aron beru Karo, bere-bere Sembiring di aron beru Sembiring, bere-bere Ginting di aron beru Ginting dan bere-bere Tarigan di aron beru Tarigan. Aron ini dipimpin bapa nande aron. 4. Kundulen guro-guro aron. Adalah tempat duduk guro-guro di tempatkan pada salah satu rumah adat. Ini untuk menjaga sesuatu hal pelaksanaan guro-guro tidak dapat dilaksanakan di lapanangan kesain. Untuk itu pengulu aron dan kemberahen aron datang minta izin kepada pemilik rumah. 5. Aturan Menari Dalam praktik untuk meramaikan pembukaan guro-guro aron, ada kalanya perkolong-kolong diadu berpantun sambil bernyanyi. Atau ada kalanya diadakan pencak silat ndikkar, dan setelah orang berkumpul guro-guro aron pun dimulai menurut arutan adat karo. a. Gendang Adat pengulu aron mereka yang dulu sebagai pembuka dalam acara menari. Dan mereka bisanya dikawani oleh nande aron berserta dengan perkolong – kolong yang perempuan dan perkolong – kolong yang laki – laki juga. Dan pada saat tersebutlah perkolong menyayikan lagu pemasu – masun Universitas Sumatera Utara lagu pemberkatan atau lagu Simalugen rayat dengan tujuan agar semua warga kampung sehat- sehat, murah rejeki, dan hasil panenya untuk tahun depan lebih banyak lagi. b. Landek Permerga-merga. Setelah selesai menari pengulu aron maka menarilah berdasarkan kelima sub merga Karo, misalnya yang pertama khusus untuk merga Ginting, dan selesai itu menari lagi merga Karo – Karo, dan setelah itu menari lagi merga Sembiring, dan setelah itu menari lagi merga Tarigan dan setelah selesai menari merga Tarigan maka menari lagi seluruh merga peragin – agin. Dan bisa yang menari ini di kawani oleh nade aron yang tutur mereka tidak berturang ataupun bisa juga dikawani oleh perkolong – kolong. c. Landek Aron. Maka setelah selesai permerga – merga menari maka giliran aron, disini yang khusus hanya mereka aron pembantu nande aron dan pembantu bapa aron. Mereka menari sesama khusus mereka aron saja dengan menampikan tari tradisional karo misalnya tari lima serangkai. Dan mereka dalam menari ini tidak boleh berpasangan yang berturang. d. Landek Pekuta-kutaken. Setelah selesai ladek menari aron maka yang menari setelah itu menarilah tamu undangan atau pun perkuta- kuta. Dan perkuta – kuta atau tamu undangan ini dikawani nande aron atau bisa juga jika mereka memintanya di kawani oleh perkolong –kolong. Pengulu aron dan nande aron biasanya disahkan salah seorang anak pengulu atau anak si manteki kuta. Pembantu mereka adalah merga silima dan salah seorang diantara mereka harus ada yang menjujung kampil, yakni biasanya Universitas Sumatera Utara diangkat putri raja ataupun anak simanteki kuta. Pengulu aron dengan nande aron rose lengkap berpakaian lengkap tapi tidak pakai emas – emas. 6. Tepuk dan ndehile acara terakhir untuk menari Untuk mengakhiri guro-guro aron biasanya juga diakhiri dengan acara menari menurut adat atau menurut aturan adat, malahan dalam acara penutupan ini si erjabaten pemusik pun diberi kesempatan untuk menari. Sumber: Darwin Prinst, Adat Karo 2004.

4.2 Fungsi Guro-Guro Aron

Adapun fungsi guro-guro aron itu pada masyarakat Karo adalah sebagai :

1. Latihan Kepemimpinan Persiapan Suksesi

Maksudnya, bahwa dalam guro-guro aron, muda-mudi dilatih memimpin, mengatur, mengurus pesta tersebut. Untuk itu ada yang bertugas sebagai pengulu aron, bapa aron atau nande aron. mereka dengan mengikuti guro-guro aron ini dipersiapkan sebagai pemimpin desa kuta dikemudian hari.

2. Belajar Adat Karo

Dalam melaksanakan guro-guro aron, muda-mudi juga belajar tentang adat Karo. Misalnya bagaimana cara ertutur, mana yang boleh teman menari, mana yang boleh menurut adat atau mana yang tidak boleh dilakukan dan lain-lain.

3. Hiburan

Guro-guro aron juga berfungsi sebagai alat hiburan bagi peserta dan penduduk kampung. Malahan pada waktu itu penduduk kampung, dan tetangga kampung lain juga biasanya hadir. Universitas Sumatera Utara