Hari Pertama, Cikor-kor. Hari Kedua, Cikurung jangkrik . Hari Ketiga, Ndurung. Hari Keempat, Mantem atau Motong.

2. Medan nari ku tanah karo, Ola kam lupa ngadi I pancurbatu, Man kerina kita kalak karo, Ola kam lupa rakut sitelu. Yang artinya adalah: Dari medan ke tanah karo Jangan lupa singah di panjur batu Untuk kita semua orang karo Jangan lupa tentang adat karo. Sedangkan menurut Darwan Prinst Guro-guro Aron adalah suatu pesta muda – mudi yang dilaksanakan berdasarkan adat dan kebudayaan Karo dengan memakai musik tradisional Karo dan perkolong – kolong. Jadi Guro-guro Aron merupakan kesenian suku Karo yang dilaksanakan setahun sekali dan dilakukan setelah selesai panen di ladang.

4.1.1 Pelaksanaan Guro – Guro Aron

Jika kita lihat pelaksanan guro- guro aron pada saat dahulu sangat jauh perbedanya dengan saat sekarang. Pada saat dahulu masyarakat Karo mengadakan acara guro-guro aron selama tujuh hari lamanya, dan setiap hari memiliki kegiatan yang telah ditentukan yaitu:

1. Hari Pertama, Cikor-kor.

Pada hari pertama dilakukan acara cikor-kor, hari tersebut merupakan bagian awal dari persiapan menyambut acara guro – guro aron yang ditandai Universitas Sumatera Utara dengan kegiatan mencari kor-kor, sejenis serangga yang biasanya ada di dalam tanah. Umumnya lokasinya di bawah pepohonan. Pada hari itu semua penduduk pergi ke ladang untuk mencari kor-kor untuk dijadikan lauk makanan pada hari itu.

2. Hari Kedua, Cikurung jangkrik .

Pada hari kedua ini dilakukan acara cikurung, seperti halnya pada hari pertama, hari kedua ditandai dengan kegiatan mencari kurung di ladang atau sawah. Kurung atau jangkrik adalah binatang yang hidup di tanah basah atau sawah, kegiatan harus dimulai dengan cara harus dulu memgambil di ladang masing –masing dan selanjutnya boleh ditempat yang lain dan biasanya dijadikan lauk oleh masyarakat Karo dengan cara digulai. Pada jaman dulu cikurung merupakan kegiatan yang dilakukan oleh masyrakat Karo, karena sebelum acara hari H dilakukan maka suku Karo banyak pergi ke ladang atau sawah untuk mencari kurung sebagai ikan, karena menurut orang tua jaman dulu kurung ini sangat enak rasanya dan tidak susah dicari. Dan untuk mencari kurung maka masyarakat desa pergi beramai – ramai untuk mencarinya ke ladang. Makna kurung ini adalah mengkurung tendi jiwa di rumah.

3. Hari Ketiga, Ndurung.

Pada hari ketiga ini ditandai dengan kegiatan mencari nurung, sebutan untuk ikan di sawah atau sungai. Pada hari itu penduduk satu kampung makan dengan lauk ikan. Ikan yang ditangkap biasanya‘ nurung mas‘ ikan emas,ikan ‘lele‘ yang biasa disebut sebakut, kaperas, belut. Universitas Sumatera Utara

4. Hari Keempat, Mantem atau Motong.

Pada hari tersebut atau sehari menjelang hari perayaan puncak, pada hari itu penduduk kampung memotong lembu, kerbau, dan babi untuk dijadikan lauk. Kulit kerbau kuli mbok –mbok dikeringkan sebagai penanam padi atau disatukan dengan bibit padi, yang bertujuan agar bibit padi tersebut tumbuh subur dan dapat memperoleh hasil yang lebih banyak lagi. 5. Hari Kelima, Matana. Matana artinya hari puncak perayaan. Pada hari itu semua penduduk saling mengunjungi kerabatnya. Setiap kali berkunjung semua menu yang sudah dikumpulkan semenjak hari cikor-kor, cikurung, ndurung, dan mantem dihidangkan. Pada saat tersebut semua penduduk bergembira. Panen sudah berjalan dengan baik dan kegiatan menanam padi juga telah selesai dilaksanakan. Pusat perayaan biasanya diadakan di los atau jambur, adalah semacam balai tempat perayaan pesta. Acara di los atau jambur dimeriahkan dengan gendang guro-guro aron dimana muda-mudi yang sudah berhias dengan memakai pakaian adat menarikan tari tradisional. Perayaan tidak hanya dirayakan oleh penduduk kampung tersebut tetapi dimeriahkan oleh masyrakat atau kerabat dari luar kampung yang diundang untuk menambah suasana semakin semarak. Pada hari itu kegiatan yang paling utama dianjurkan untuk menyantap hidangan yang sudah disediakan berupa nasi dan lauk pauk, dan setiap kali berkunjung ke rumah kerabat, aturannya wajib makan.

6. Hari Keenam adalah nimpa.