KESIMPULAN DAN SARAN Urgensi Pidana Mati Terhadap Pelaku Korupsi

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................ 115 B. Saran ..................................................................... 117 DAFTAR PUSTAKA Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Di Indonesia praktek korupsi sudah semakin meluas dan bahkan sudah sampai disegala aspek kehidupan, baik ditingkat pusat maupun di daerah, korupsi disebut sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan karena telah menyebabkan timbulnya kemiskinan dan kesengsaraan rakyat. Upaya pemberantasan korupsi telah direalisasikan dalam kerangka yuridis pada masa pemerintahan Habibie dengan keluarnya UU No. 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang menggantikan UU No. 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang kemudian diubah lagi menjadi Uu RI No. 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Dalam era reformasi, penjatuhan pidana bagi pelaku korupsi mengalami perkembangan dengan makin mencuatnya wacana penjatuhan pidana mati bagi koruptor, banyak pro dan kontra tentang pemberlakuan pidana mati untuk kasus korupsi. Tulisan ini mengangkat beberapa permasalahan yang berkaitan dengan Urgensi Pidana Mati terhadap Pelaku korupsi, yakni tentang Urgensi Pidana Mati Terhadap Pelaku Korupsi dalam upaya pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesia, dan Penerapan Pidana Mati dalam upaya pemberantasan Tindak pidana Korupsi di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Metode penelitian normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal yaitu suatu penelitian yang menganalisis hukum baik yang tertulis di dalam buku, maupun hukum yang diputuskan oleh hakim melalui proses pengadilan. Urgensi Pidana Mati terhadap pelaku Tindak Pidana Korupsi dalam upaya pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesia, dianggap masih sangat penting penjatuhannya terhadap pelaku Tindak Pidana Korupsi, karena pemberlakuan Pidana Mati pada dasarnya bertujuan untuk menakut – nakuti dan memberikan efek jera terhadap pelaku korupsi, agar orang – orang yang tadinya berniat melakukan korupsi menjadi takut untuk melakukannya, apalagi jika mengingat bahwa Indonesia termasuk Negara terkorup di dunia, maka penerapan pidananya memang harus tegas, namun tetap selektif dan hati – hati. Penerapan pidana mati dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia sudah diatur di dalam Pasal 2 2 UU No. 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, dan Indonesia sebagai Negara demokrasi muslim terbesar di dunia, yang mana di dalam hukum agama Islam sendiri memang ada Universitas Sumatera Utara mengatur tentang pidana mati, sehingga pidana mati masih dipahami sebagai sesuatu yang sah secara hukum maupun moral. Kata Kunci : Urgensi, Pidana Mati, Pelaku Korupsi Universitas Sumatera Utara ABSTRACT In Indonesia, corruption has been increasingly practiced and even spread into all aspects of life either at the local or central levels. Corruption is called a crime for humanity because its practice has resulted in people’s poverty and suffering. During habibie’s administration, the attempt to fight corruption had been realized in the juridicial framework trought the issuance of Law No. 311999 on Eliminating Corruption Criminal Act replacing Law No. 3 1971 on Eliminating Corruption Criminal Act and then it was replaced again with Law No.202001 on the amendment of Law No. 311999 on Eliminating Corruption Criminal Act. In this era of reformation, pronouncing the sentence of criminal act for the corruptor is developing in line with the bringing out of the plea for the pronouncing of death sentence for corruptors although in fact is still in pro and contra situation. The purpose of this study was to bring out several problems related to the urgency of pronouncing death sentence and the application of death sentence to the corruptors in an attempt to eliminate the practice of corruption in Indonesia. This study employed normative juridicial method to analyze both the law which is written in the text books or the one dicided by the judge throughtthe trial process at the court of law. The urgency of pronouncing death sentence to the corruptors in an attempt to eliminate the practice of corruption in Indonesia is still considered as being essential because it is intended to frighten the corruptors and to give them a lesson to learn that whoever has intention to practice corruption will be afraid of doing it, moreover if we know that Indonesia belongs to the countries with the most corruptors in the world, the application of the sentence must be strict but do it selectively and carefully. The application of death sentence in an attempt to eliminate the practice of corruption in Indonesia has been regulated I article 2 2 of Law No. 202001 on the amendement of Law No. 311999 on the elimination of corruption criminal act. In Indonesia, a democratic country with the biggest Moslem population in the world, death sentence is still understood as something which is legally and morally legitimate because the death sentence is regulated in the Islamic law itself. Key Words : Urgency, Death Sentence, Corruptor Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN