ulama telah sepakat bahwa pengkhianatan dan tindak korupsi tidak dikenai hukuman potong tangan, karena ada syubhat hak terhadap harta yang
diambil, maka hanya dijatuhi ta’zir, yaitu hukuman pendidikan atas dosa – dosa yang belum ditentukan oleh syarak, yang dimulai dari hukuman yang
paling ringan, sampai kepada hukuman yang paling berat, bahkan sampai kepada hukuman mati dalam tindak pidana yang berbahaya, dan hakim
didelegasikan wewenang untuk memilih hukuman yang sesuai dengan keadaan tindak pidana serta diri pelakunya, ini berarti penerapan pidana
mati tidak bertentangan dengan hukum tuhan dan hukum positif yang berlaku di Indonesia, asal penjatuhannya dilakukan dengan sangat selektif,
sesuai dengan pertimbangan moral dan nilai agama.
B. S A R A N – S A R A N
Saran-saran yang dapat dikemukakan dalam tesis ini, adalah : 1. Pidana mati haruslah dilakukan dengan sangat berhati-hati berdasarkan
pertimbangan, data dan penelitian yang mendalam, karena menyangkut kehidupan seorang manusia. Tidaklah bertanggung jawab melaksanakan
pidana mati berdasarkan spekulasi semata. Selain itu pemerintah harus lebih menjamin kepastian hukum bagi terpidana mati, seperti
memberikan informasi yang benar mengenai kejahatan dan hukuman yang akan diterimanya, waktu pelaksanaan eksekusi yang harus benar-
Universitas Sumatera Utara
benar diperhatikan sehingga tidak menimbulkan penderitaan yang berkepanjangan bagi narapidana.
2. Pemerintah harus lebih memperhatikan bahwa yang terpenting dalam pemberantasan korupsi di Indonesia bukan masalah ancaman pidana
setinggi-tingginya, tetapi bagaimana agar kerugian negara yang disebabkan oleh pelaku tindak pidana korupsi itu dapat dikembalikan,
karena jika pelaku dijatuhi hukuman mati saja, tanpa ada pengembalian harta kekayaan negara, penjatuhan pidana mati tersebut akan sia – sia,
masyarakat yang dirugikan karenanya akan tetap menderita, dan perekonomian negara akan semakin memburuk.
3. Pemerintah mungkin dapat menjatuhkan hukuman tambahan kepada pelaku tindak pidana korupsi, untuk memberikan efek jera yang lebih,
selain daripada mengembalikan kerugian negara dan denda, hukuman tambahan yang penulis maksud antara lain : diusir atau diasingkan,
dijauhi masyarakat, dan tidak diterima kesaksiannya. 4. Pemerintah harus lebih memperhatikan pengawasan selama masa
penahanan. memelihara dan mempertahankan agar pelaksanaan pidana di lembaga pemasyarakatan dijalankan secara konsisten. Juga tidak ada
perlakuan berbeda berdasarkan status sosial dan ekonomi terpidana, termasuk sejak yang bersangkutan dalam masa penahanan sampai
menjalani pidananya. Pengawasan ekstra ketat selama masa penahanan dan masa pelaksanaan pidana menjadi masalah penting untuk memberi
Universitas Sumatera Utara
efek jera dibandingkan pidana mati yang masih sangat relatif efek jeranya. Oleh karena itu, perlu peninjauan kembali ketentuan tentang
remisi, cuti bersyarat, cuti menjelang bebas, dan jadwal kunjungan di rumah tahanan dan LP, terutama bagi pelaku kejahatan serius seperti
korupsi.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKUMAKALAHARTIKEL