PENDAHULUAN Tinjauan Yuridis Terhadap Independensi Bank Central Di Indonesia (Studi Pada Bank Indonesia).

(1)

1 A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia adalah negara hukum yang pada dasarnya segala tingkah laku manusia dan subyek hukum haruslah diatur berdasarkan dengan adanya hukum. Hal tersebut agar terciptanya tatanan yang tidak saling tmpang tindih sebagaimana yang diatur dalam Undang – Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat (3) yang menyatakan Negara Indonesia adalah negara hukum.1 Oleh karena itu hukum bekerja dengan cara memberikan petunjuk tentang tingkah laku setiap subyek hukum baik itu perorangan(naturlijk person) ataupun lembaga/badan hukum(rechts person) karena hukum merupakan sebuah norma yang teratur dan harus dipatuhi oleh setiap subyek yang mengikatkan diri pada masyarakat sebagai tempat bekerjanya hukum tersebut.2

Subyek hukum yang berupa badan hukum juga memiliki kebebasan seperti manusia dan setiap badan hukum juga mendapatkan perlindungan dari suatu negara hukum mengenai hak dan kewajibannya serta perlindungan dari ancaman dunia luar. Sebagai bentuk dari sebuah negara hukum, Indonesia juga memberikan perlindungan hukum bagi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang memiliki indepedensi sebagaimana yang tertuang didalam UUD NRI 1945 dalam Pasal 23D yang berbunyi:

1 Undang undang Dasar 1945 Pasca Amandemen

2Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan Pertama, hal. 179


(2)

Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggungjawab, dan independensinya dalam sistem Konstitusi diatur dengan Undang-undang, dimana langkah-langkah tersebut diatur pada pembentuk Undang-udang yang masing-masing memiliki fungsi sehingga mengharapkan bank Indonesia sebagai bank yang Independen.

Berdasarkan bunyi Pasal tersebut, maka kita dapat mengetahui bahwa jenis kewenangan, serta penilaian atas “independensi” secara lebih lanjut harus diatur kembali dalam sebuah Undang-Undang. Dengan adanya amanat konstitusi pada Pasal 23D tersebut, ditetapkanlah aturan untuk menindaklanjuti pengaturan bank central melalui UU No. 3 tahun 2004 tentang Perubahan atas UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang kemudian diatur secara lebih detail pada Pasal 4

(1): Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia;

(2): Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independent dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan Pemerintah dan/atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam UU;

(3): Bank Indonesia adalah badan hukum berdasarkan Undang-Undang ini.3

Bank Indonesia sebagai badan hukum sesuai dalam Pasal 4 ayat (3) tersebut, Bank Indonesia juga memiliki kewenangan untuk mengelola kekayaan yang dimiliki yang diatur dalam Pasal 6 ayat (1) UU No. 3 tahun 2004, yaitu:

Modal Bank Indonesia ditetapkan berjumlah sekurang-kurangya Rp 2.000.000.000.000 (dua triliun rupiah)


(3)

Pengelolaan kekayaan tersebut terlepas dari APBN, sehingga BI juga berhak untuk membuat peraturan serta menjatuhkan sanksi dalam ruang lingkup kewenangannya.4

Bank Indonesia sebagai otoritas moneter secara konstitusional mempunyai tugas dan fungsi yang penting bagi perekonomian negara. Bank Indonesia sejak awal keberadaannya pada tahun 1953 hingga saat ini mengalami perubahan dalam kedudukannya sebagai lembaga negara. Perubahan kedudukan Bank Indonesia sebagai lembaga negara tersebut mempunyai implikasi terhadap independensi Bank Indonesia dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya.

Seperti contoh dalam kasus BPT Bank Century Tbk (BCIC) pada tahun 2005 menjadi agen penjual produk investasi yang dikeluarkan oleh PT Antaboga Delta Sekuritas. Para nasabah Bank Century dijanjikan bunga yang tinggi oleh pihak bank sehingga para nasabah memindahkan uang mereka ke rekening PT Antaboga. Seteleh diselidiki, ternyata produk investasi tersebut ternyata tidak mempunyai izin dari BAPEPAM-LK. Setelah uang masuk ke dalam rekening PT Antaboga, dana tersebut kemudian diambil oleh Robert Tantular, pemegang saham mayoritas dari PT Bank Century Tbk. Robert Tantular juga mengajukan kredit kepada Bank Century. BI sudah melarang pihak Bank Century untuk menjual produk investasi tersebut. Pada tahun 2006 BI mendapati Bank Century masih menjual produk tersebut. Setelah diselidiki ternyata tidak ada pencatatan


(4)

pembukuan terhadap pembelian produk tersebut. Temuan lain mencatatkan tidak adanya lambang Bank Century pada produk tersebut, padahal waktu diluncurkan pada tahun 2005 tercantum logo Bank Century.

Pada Oktober 2008 pemegang saham mayoritas, yaitu: Robert Tantular, Rafat Ali Rizfi, dan Hesyam Al Waraq, atas desakan BI, berjanji untuk membayar surat berharga yang jatuh tempo serta menambah modal, hal ini dinyatakan dengan adanya right issue. Pemegang saham tersebut juga berjanji untuk mencari investor baru guna menyelesaikan permasalahan bank. Akan tetapi janji tersebut tidak dipenuhi, sehingga pihak bank tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada nasabah. Giro Wajib Minimum (GWM) Bank Century pun dibawah batas yang ditetapkan oleh BI. Posisi CAR Bank Century pada 31 Oktober sebesar -3.2 persen. BI membantu likuiditas Bank Century dengan memberikan pinjaman jangka pendek pada tanggal 14 November 2008 dengan syarat pemegang saham mayoritas Bank Century harus menepati letter of commitment yang berisi tentang komitmen untuk memindahkan surat berharga Bank Century ke bank kustodian di Indonesia, mengembalikan hasil pembayaran surat berharga yang jatuh tempo, dan berjanji tidak akan menjadikan surat berharga sebagai jaminan kepada pihak lain. Letter of commitment tersebut tidak dipenuhi.

BI kembali membantu likuiditas Bank Century pada tanggal 18 November 2008 karena Bank Century gagal kliring. Namun kondisi Bank Century yang semakin memburuk mengakibatkan Bank Century diserahkan kepada Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) pada tanggal 21 November


(5)

2008. Pada 23 November 2008 LPS memberikan dana talangan sebesar Rp 2.78 Triliun untuk mendorong CAR Bank Century hingga sebesar 10%, kemudian pada tanggal 5 Desember 2009 LPS kembali menyuntikan dana sebesar Rp 2.2 Triliun agar Bank Century memenuhi persyaratan kesehatan perbankan. Pada akhir tahun 2008 aset Bank Century terhitung sebesar Rp 5.58 Triliun, rugi sebesar Rp 7.8 Triliun. Pada awal bulan Februari 2009 LPS kembali memberikan bantuan dana sebesar Rp 1.5 Triliun. Pada tanggal 21 Juli 2009 LPS kembali mengeluarkan dana sebesar Rp 630 Miliar. Dan untuk mendukung peranan tersebut, bank sentral juga harus mempunyai hak untuk menerbitkan uang kertas bank sebagai sumber dari perolehan dana bank sentral itu dalam pemberian jaminan menyatakan bahwa suatu bank dikatakan sebagai bank sentral apabila bank tersebut berperan sebagai pencetak dan pengedar uang kertas dengan hak monopoli dari pemerintah (the bank of issue). Kisch dan Elkin berpendapat bahwa bank sentral adalah suatu bank yang memiliki ciri yang paling hakiki, yaitu sebagai pemelihara stabilitas moneter yang baku yang mendukung kontrol terhadap peredaran moneter. Salah satu fungsi Bank Indonesia yang diatur dalam peraturan perundang-undangan adalah mengatur dan mengawasi bank umum di Indonesia. Bank-bank umum di bawah pengendalian dan pengawasan Bank Indonesia, beserta dengan Bank Indonesia itu sendiri, membentuk sistem moneter nasional.

Sistem moneter ini juga melibatkan lembaga-lembaga keuangan non-bank. Bank Indonesia mempunyai kewajiban untuk menjaga kestabilan


(6)

sistem moneter nasional. Bank Indonesia dalam menjaga kestabilan moneter nasional berwenang untuk menjaga dan memelihara cadangan kas-kas bank komersial. Dalam hal ini bank komersial diwajibkan untuk menyimpan suatu jumlah minimum tertentu (reserve requirement) pada bank sentral. Penyimpanan cadangan ini bisa berupa uang kertas maupun surat berharga. Bank Indonesia juga berwenang untuk menyelenggarakan kegiatan kliring di antara bank-bank.

Kliring (clearing) adalah sarana perhitungan market antar bank yang dilaksanakan oleh bank sentral guna memperluas dan memperlancar lalu lintas pembayaran giral dalam suatu wilayah kliring. Bank Indonesia sebagai bank sentral juga diberi fungsi dan wewenang untuk membina dan mengawasi kegiatan perbankan sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediary). Dalam menjalankan fungsinya itu, bank sentral mempunyai peranan khusus dalam sistem moneter sebagai sumber peminjaman bagi bank-bank (the banker’s bank) dan sumber terakhir bagi bank-bank untuk mendapatkan pinjaman ketika bank yang bersangkutan sedang mengalami kesulitan likiuiditas (lender of the last resort). Dalam fungsinya ini, bank sentral sekaligus juga berperan dalam mengembangkan sistem perkreditan yang sehat. Bank Indonesia membantu manakala suatu bank gagal untuk memenuhi Giro wajib Minimum (GWM). Semua fungsi dan wewenang ini dijalankan oleh Bank Indonesia dalam rangka menjamin terciptanya kondisi perbankan yang sehat. Perbankan yang sehat menurut Manuel Guitian hanya dapat tercipta melalui pengawasan dan pengaturan


(7)

yang ketat. Isu kesehatan perbankan menjadi isu sentral manakala krisis perbankan melanda dunia. Perbaikan sistem pembayaran dan restrukturisasi perbankan menjadi permasalahan utama dalam menjaga fungsi perbankan pada umumnya. Tingkat kesehatan suatu bank dapat diukur dari Capital Adequency Ratio (CAR) menurut Lukman Dendawijaya(2000:122) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko, diantaranya: kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain yang ikut dibiayai dari dana modal sendiri disamping perolehan dana dari sumber-sumber diluar bank, seperti: dana dari masyarakat, pinjaman, dll.

Bank diwajibkan untuk menjaga kesehatannya sendiri dengan cara melaksanakan kegiatan usahanya dengan prinsip kehati-hatian. Hal tersebut menciptakan posisi bank Indonesia sebagai Bank Sentral sesuai dengan Undang-Undang sedangkan pembentuk undang-undang merupakan proses tarik-menarik antara kepentingan politik dimana letak Bank Indonesia sebagai lembaga yang independen.

Independensi Bank Indonesia (BI) mencuat secara meluas setelah Presiden Habibie mengumumkan susunan Kabinet Reformasi dengan secara eksplisit menyebutkannya dan mengembalikan ketentuan yang berlaku sebelum 1983, yaitu tidak memberi kedudukan Menteri Negara ke pada Gubernur BI. Dengan lain perkataan, Gubernur BI bukan anggota kabinet


(8)

lagi. Gubernur BI, berbeda dengan seorang Menteri, bukan pembantu Presiden dalam kedudukannya sebagai kepala pemerintahan.5

Independensi bank sentral digambarkan oleh penerapan dari konsep peran ideal bagi bank sentral dalam pengelolaan ekonomi nasional secara makro agar efektif, yang ternyata juga nampak di dalam praktek, sebagaimana dilaporkan dalam studi mengenai penyelenggaraan fungsi bank sentral di banyak negara, baik maju maupun berkembang. Ini semua perlu dicermati dalam upaya untuk menyumbang secara positif pada proses mewujudkan Bank Indonesia menjadi bank sentral yang independen.

Fungsi pokok bank sentral yaitu pengelolaan kebijaksanaan moneter untuk memelihara kestabilan, penyelenggaraan sistem pembayaran nasional serta pengawasan perbankan, saya berpendapat bahwa yang paling utama harus diberikan independensi adalah mengenai pengelolaan kebijakan moneter. Ini dapat dirumuskan dalam tugas menjaga nilai rupiah, baik dalam hubungannya dengan harga barang dan jasa (atau mengendalikan tingkat inflasi), maupun dalam hubungannya dengan mata uang lain (mengendalikan nilai tukar ).

Permasalahan bank sentral di negara-negara berkembang, mengenai hubungan antara keuangan negara dengan anggaran yang kerapkali menunjukkan defisit dan menjadi penyebab inflasi - dengan bank sentral yang melakukan fungsi pengendalian inflasi, untuk Indonesia sebenarnya

5J. Rachbini, Didiek, et. al,2000, Bank Indonesia Menuju Independensi Bank Sentral, PT MardiMulyo, Jakarta, hal 93.


(9)

telah diatasi secara konseptual dengan janji pemerintah untuk melaksanakan sistem anggaran berimbang.

Pemberian status independen ini harus didasarkan atas suatu penugasan yang eksplisit, jelas dirumuskan seperti dikemukakan di atas. Karena itu, rumusan penugasan Bank Indonesia dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun 1968tentang bank tidak sesuai dengan pemberian status independen pada BI.6

Rumusan sekarang yang sangat luas itu, meskipun nampaknya masih relevan dengan tahap atau kondisi ekonomi Indonesia saat ini, akan menimbulkan kerancuan mengenai tanggung jawab Bank Indonesia sebagai bank sentral. Rumusan demikian mempersulit pelaksanaan tanggung jawabnya. Kalau sasaran kegiatan BI adalah pertumbuhan dan kesempatan kerja, maka sulit mencari ukuran kinerjanya, kalau terjadi keadaan di mana sasaran tersebut tidak tercapai. Tuntutan agar setiap lembaga harus accountable dalam hal ini menjadi sulit untuk direalisasikan.

Perlu disadari pula bahwa meski fungsi utamanya adalah memelihara kestabilan moneter, tidak berarti bahwa Bank Indonesia tidak mendukung sasaran pertumbuhan, kesempatan kerja dan pemerataan. Secara konsep perlu disadari bahwa terpeliharanya kestabilan itu akan mendukung pertumbuhan dan pemerataan ekonomi. Jadi tidak ada kekhawatiran bahwa dengan fungsi dan tugas yang eksplisit dan terbatas ini Bank Indonesia akan

6

Hendra Nurtjahjo,2002 et. al, Eksistensi Bank Sentral Dalam Konstitusi Berbagai Negara , PusatStudi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Hal 107


(10)

"kehilangan commitment" untuk memberi dukungan pada pencapaian sasaran pertumbuhan dan pemerataan yang demikian penting dalam pembangunan nasional, perlu menyadari bahwa secara implisit hal itu tetap ada. Akan tetapi, untuk kejelasan tanggung jawabnya, maka yang disebutkan eksplisit dibatasi. Seandainya diperlukan, mungkin formulasi untuk fungsi dan tugas Bundesbank/ bank sentral lebih baik, disebutkan bahwa bank sentral menunjang pencapaian sasaran-sasaran umum pemerintah, tetapi dengan tambahan penjelasan, "sepanjang hal tersebut konsisten dengan pencapaian sasaran pokok bank sentral."

Kemajuan dalam sektor keuangan dan teknologi juga terus menumbuh kembangkan kegiatan konsumsi, produksi, investasi dan perdagangan, apalagi dengan kenyataan semakin pentingnya arti mata uang sebagai barang dagangan yang dapat mendukung meningkatkan kegiatan ekonomi secara efisien, efektif dan aman menjadi semakin penting. Beberapa waktu yang lalu, mengingatkan tentang terjadinya krisis ekonomi, nilai kliring yang diselenggarakan BI yang dalam tahun 1990/91 masih sekitar 5 trilyun rupiah per harinya, pada akhir 1996 telah mencapai nilai 20 sampai 25 trilyun rupiah per hari. Ini menuntut pengaturan, penyelenggaraan serta pengendalian sistem pembayaran yang harus semakin canggih.

Fungsi pokok yang lain, berkaitan dengan pengaturan dan pengawasan perbankan, perlu mendapat perhatian yang seksama. Sebagaimana melihat penyelenggaraan pengawasan perbankan, karena kecenderungan menyatunya kegiatan lembaga keuangan atau kaburnya batas pemisah antara


(11)

instrumen keuangan yang satu dengan yang lain, menyebabkan bahwa kegiatan perbankan dengan lembaga keuangan lain, seperti reksa dana atau lembaga pembiayaan lain, semakin tercampur.

Bank Indonesia sebagai bank sentral tidak dapat disamakan dengan bank umum karena Bank Indonesia yang sebagai bank Sentral memiliki kewenangan yang lebih luas.

Berdasarkan uraian tersebut diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian hukum dengan judul :“TINJAUAN YURIDIS TERHADAP INDEPENDENSI BANK CENTRAL DI INDONESIA (STUDI PADA BANK INDONESIA)”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Setiap penelitian perlu sekali adanya pembatasan masalah agar penelitian itu terlihat jelas dan dapat terfokus pada permasalahan yang akan dibahas sesuai dengan judul, dan waktu. Pembatasan masalah juga dilakukan guna mencapai efektivitas dan efisiensi dalam penelitian dan pembahasan masalah. Pembatasan masalah ini, penulis hanya akan melakukan penelitian dan pembahasan masalah sesuai dengan judul penelitian yaitu Tinjauan Yuridis Terhadap Independensi Bank Central Di Indonesia (Studi Pada Bank Indonesia).

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah dalam suatu penelitian karya ilmiah agar lebih mendalam, terarah dan tepat mengenai sasaran karena itu untuk memudahkan pencapaian tujuan dan


(12)

pembahasannya, maka dalam penyusunan skripsi ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kedudukan dan kewenangan Bank Indonesia dalam melaksanakan indepedensi Bank Sentral dalam sistem Ketatanegaraan? 2. Bagaimanakah hubungan kelembagaan antara Bank Indonesia sebagai

bank sentral dengan Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat-RI? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dalam suatu penelitian menunjukkan kualitas dan nilai penelitian tersebut. Berdasarkan atas latar belakang masalah dan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan dan manfaat sebagai berikut:

1. Tujuan

a. Tujuan objektif mendeskripsikanindepedensi Bank Indonesia sebagai bank Sentral saat menjalankan perannya baik itu fungsi, Indepedensi yang dimiliki serta kewenangan yang dimiliki oleh Bank Indonesia sebagai Bank Sentral.

b. Tujuan subjektif, menambah wawasan pengetahuan serta pemahaman penulis terhadap penerapan teori-teori yang penulis peroleh selama menempuh kuliah dalam mengatasi masalah hukum yang terjadi dalam masyarakat. Selain itu, untuk mengembangkan daya penalaran dan daya pikir penulis agar dapat berkembang sesuai dengan bidang penulis. Selain itu juga untuk memperoleh data yang penulis pergunakan dalam penyusunan skripsi sebagai


(13)

salah satu syarat untuk mencapai gelar kesarjanaan dalam ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta.

2. Manfaat

a. Manfaat teoritis, Mengembangkan pengetahuan dibidang hukum tata negara tetang perbankan, memberikan sumbangan referensi bagi pengembangan ilmu hukum.

b. Manfaat praktis, mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir, dinamis sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menetapkan ilmu yang diperoleh. Di samping itu, memberikan sumbangan pemikiran dan wacana yang luas bagi para pihak yang berkepentingan dalam penelitian ini, untuk melatih penulis dalam mengungkapkan masalah tertentu secara sistematis dan berusaha memecahkan masalah yang ada dengan metode ilmiah yang menunjang pengembangan ilmu pengetahan yang penulis dapat selama perkuliahan.

D. Kerangka Pemikiran

Tinjauan yuridis terhadap Indepedensi Bank Indonesia dalam sistem ketatanegaraan yang dalam hal ini adalah Bank Indonesia sebagai Bank sentral merupakan satu-satunya lembaga yang mempunyai wewenang untuk mencetak dan mengedarkan uang sebagai alat pembayaran yang sah dalam sebuah negara. Bank sentral sebagai sebuah produk bank, tidak dibangun dan tumbuh secara alamiah. Bank sentral pada mulanya berkembang dari


(14)

suatu bank yang mempunyai tugas sebagaimana dilakukan oleh bank-bank pada umumnya, atau yang lebih dikenal dengan bank komersial. Seperti diketahui, bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanandanamengeluarkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit, dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak sesuai dengan Undang-undang No 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Pada awalnya bank sentral tidak dikenal sebagai bank sentral, istilah bank sentral muncul pada abad 20. Terminologi Sentral mempunyai makna bahwa bank tersebut mempunyai misi khusus yang bersifat memenuhi kepentingan umum (public purposes).

Konsep mengenai bank sentral pada saat itu menjadi perdebatan dalam konsep bank sentral tersebut. Perbedaan yang diperdebatkan oleh para ahli pada saat itu melihat pada ciri-ciri khusus yang harus dimiliki oleh bank sentral yang membedakannya dengan bank konvesional pada umumnya. Adapun beberapa pendapat tersebut antara lain:7

a.Menurut Goodhart, Bank sentral adalah Institusi yang berevolusi secara alami dari bank swasta yang berperan khsus sebagai bank pemerintah kemudian berkembang menjadi institusi independen yang memiliki peran sentral menjaga kestabilan ekonomi terutama yang bersumber dari ketidakmampuan bank-bank dalam menghadapi goncangan.

b.Hawke menjelaskan bahwa bank sentral adalah sebuah organisasi yang berada di antara pemerintah dan perbankan.

7

Dahlan Siamat,1996, Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Hal 79


(15)

c.Kisch dan Elkin menyimpulkan bahwa bank sentral adalah suatu alat dari kebijakan publik bukan alat dari kepentingan individu.

Bank sentral adalah lembaga yang melaksanakan kebijakan publik melalui sektor perbankan guna memengaruhi variabel ekonomi.Penulis akan menggunakan teori yang dikemukakan oleh Dahlan Siamat untuk menjawab tentang rumusan masalah yang kedua dimana di dalam teori yang disampaikan oleh Dahlan Siamat.8

Independensi Bank Indonesia yang semakin terkikis tercermin dari pasal-pasal yang termuat baik dalam Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan mapun Undang-Undang Mata Uang. Adanya jabatan ex officio dalam Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan yang berasal dari Bank Indonesia dan Kementrian Keuangan juga semakin adanya ketidakjelasan dari independensi masing-masing institusi.9 Bank Indonesia sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 23 tahun 1999 dan perubahannya Undang-Undang No. 3 tahun2004 adalah bank sentral Republik Indonesia yang merupakan lembaga negara yang independent, bebas dari campur tangan pemerintahda/atau pihak-pihak lainnya, kecuali diatur secara tegas oleh undang-undang yang mengaturnya, dalam perspektif hukum nasional mengenai Bank Sentral diatur melalui Undang-Undang No 3 Tahun 1968 tentang Bank Sentral yang menjelaskan bahwa Bank Sentral adalah suatu lembaga otoritas yang memiliki fungsi pokok dalam menjaga kestabilan

8

Dahlan Siamat, 1996. Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Hal. 85

9


(16)

moneter, keamanan sistem pembayaran naasional, dan pengaturan serta pengawasan bank. Undang-Undang Bank Sentral tersebut menjelaskan bahwa Bank Sentral ikut serta dalam membantu dan menjalankan tugas-tugas pemerintah dalam menjaga,mengatur dan memelihara kestabilan nilai mata uang, dan mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja. Hadirnya reformasi memberikan transformasi baru dalam kelembagaan negara dengan dimunculkannya lembaga- lembaga negara independen dalam menjawab carut-marut pemerintahan dalam eksistensinya sebagai pelayan kesejahteraan masyarakat.

Prareformasi, pemerintah memiliki kewenangan penuh dalam mengorganisir Bank Indonesia artinya pemerintah ikut campur dalam segala kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh Bank Indonesia sehingga pelayanan dan pemaksimalan kestabilan nasional gagal dilakukan, hal ini dibuktikan dengan krisis moneter 1998. Independensi Bank Indoensia sebagai Bank Sentral diatur dalam Pasal 4 Ayat (2) Undang-Undang No 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, walaupun ada perubahan dalam Undang-Undang No 3 Tahun 2004 kelembagaan Bank Indonesia sebagai lembaga independen sebagaimana diatur dalam Pasal 4 undang-undang ini. Keberadaan peraturan-peraturan tersebut menjelaskan dan menguatkan status dan keberadaan Bank Indonesia merupakan bagian dari lembaga-lembaga negara di Indonesia.


(17)

E. Metode Penelitian

Adapun metode dalam penelitian hukum ini adalah sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan ini adalah deskriptif analitis diaman sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Ronny Hanitijo Soemitro yakni: “Suatu penelitian yang berusaha memberikan gambaran secara menyeluruh, mendalam, tentang suatu keadaan atau gejala yang diteliti.”10 Dimana dalam hal ini penulis memberikan gambaran serta uraian secara terperinci tentang fungsi Bank Central dan Bank umum? Serta bagaimanakah perkembangan fungsi tersebut dimana dalam uraian tersebut fungsi dan wewenang bank Sentral dan Bank Umum seperti misalnya menghimpun dana, menyalurkan dana dan jasa bank yang lainnya. Selain itu didalam penelitian ini juga dijelaskan tentang pentingnya Independensi bagi Bank Sentral dalam sistem ketatanegaraan di Indonesia melalui pendekatan kualitatif.

Pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang menunjukan bahwa pelaksanaan penelitian tidak menggunakan angka tetapi berupa kata- kata, gambar serta informasi yang terjadi secara alamiah, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya, menekankan pada deskripsi secara alami yang menuntut keterlibatan peneliti secara langsung dilapangan yang

10 Ronny Hanitijo Soemitro, 1990, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia Indonesia hal.58


(18)

kemudian dikaji secara mendalam berdasarkan Peraturan Perundang-undangan Perbankan.

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang menunjukan bahwa pelaksanaan penelitian tidak menggunakan angka tetapi berupa kata- kata, gambar serta informasi yang terjadi secara alamiah, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya, menekankan pada deskripsi secara alami yang menuntut keterlibatan peneliti secara langsung dilapangan yang kemudian dikaji secara mendalam berdasarkan Peraturan Perundang-undangan .

3. Data yang Digunakan

Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder, yang terdiri dari beberapa sumber bahan hukum, seperti:

a. Bahan hukum primer, berupa peraturan perUndang-undangan yang terkait dengan indepedensi Bank Sentral, yakni:

1) Undang-undang Dasar 1945

2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1953 Tentang Penetapan Undang-Undang Pokok Bank Indonesia 3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 1958

Tentang Pengubahan Pasal-Pasal 16 Dan 19 Undang-Undang Pokok Bank Indonesia (Undang-Undang No. 11 Tahun 1953)


(19)

4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1968 Tentang Bank Sentral.

5) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia

6) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia. 7) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2009

TentangPenetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undangundang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia Menjadi Undang-Undang.

b. Bahan hukum sekunder, yakni memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer. Dalam penulisan ini penulis mempergunakan bahan hukum sekunder berupa literature - literatur tentang perbankan.

c. Bahan hukum tertier, dalam hubungan penelitian ini menyangkut seperti: kamus atau ensiklopedia yang memberi batasan pengertian secara etimologi/arti kata atau secara gramatikal untuk istilah-istilah tertentu terutama yang terkait dengan komponen variabel judul dalam hal ini yakni terkait dengan istilah-istilah yang berkorelasi dengan Indenpedensi Bank Indonesia


(20)

4. Teknik Pengumpulan Data

Penulis dalam melakukan penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakuan dengancara sebagai berikut:

a. Studi Kepustakaan

Studi pustaka dilakukan dengan cara mencari dan mengumpulkan serta mempelajari bahan-bahan yang berupa buku-buku, makalah-makalah, peraturan perUndang-undangan serta dokumen lainnya yang berkaitan dengan objek penelitian tersebut dan kemudian dilakukan analisa data.

5. Metode Analisis Data

Penganalisaan bahan hukum yang terkumpul, baik dari bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder, dipergunakan teknik deskriptif analisis, yaitu dengan mendeskripsikan bahan hukum terlebih dahulu kemudian menganalisa melalui teknik analisis sebagai berikut :11Teknik deskriptif, yaitu uraian apa adanya terhadap suatu kondisi atau posisi dari preposisi-preposisi hukum atau non hukum dimana dalam hal ini penulis ingin menguraikan tentang suatu kondisi atau posisi dari bagaimanakah kewenangan Bank Indonesia dalam melaksanakan indepedensi Bank Sentral dalam sistem Ketatanegaraan lalu bagaimanakah hubungan kelembagaan antara Bank Indonesia sebagai bank Sentral dengan Pemerintah dan DPR.

11Soerjono Soekanto, 2008, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press), hal 5


(21)

F. Sistematika Skripsi

Memberikan gambaran menyeluruh mengenai bahasan dalam penulisan hukum ini, penulis akan membangi penulisan hukum ini menjadi empat bab yang setiap bab dibagi sub-sub bagian yang dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan hasil penelitian. Adapuan sistematika penulisan hukum ini sebagai berikut:

Bab Pendahuluan berisikan tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Pemikiran, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan Hukum.

Bab Tinjauan Pustaka berisikan mengenai tinjauan umum, yakni : Tinjauan umum tentang Bank, Fungsi dan Wewenang Bank, Tinjauan Umum tentang Bank Sentral, Tinjauan Umum tentang Indenpedensi Bank Sentral, Tinjauan Umum tentang Bank Sentral Dalam Sistem Ketatangeraan Indonesia.

Bab Hasil Penelitian dan Pembahasan mendeskripsikan tentang kedudukan dan kewenangan Bank Indonesia dalam melaksanakan indepedensi bank sentral dalam sistem Ketatanegaraan serta hubungan kelembagaan antara Bank Indonesia sebagai bank Sentral dengan Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat RI?

Bab Penutup yang berisikan kesimpulan dan saran yang akan diberikan berkaitan dengan apa yang telah diteliti atau sesuai dengan hasil penelitian.


(1)

moneter, keamanan sistem pembayaran naasional, dan pengaturan serta pengawasan bank. Undang-Undang Bank Sentral tersebut menjelaskan bahwa Bank Sentral ikut serta dalam membantu dan menjalankan tugas-tugas pemerintah dalam menjaga,mengatur dan memelihara kestabilan nilai mata uang, dan mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja. Hadirnya reformasi memberikan transformasi baru dalam kelembagaan negara dengan dimunculkannya lembaga- lembaga negara independen dalam menjawab carut-marut pemerintahan dalam eksistensinya sebagai pelayan kesejahteraan masyarakat.

Prareformasi, pemerintah memiliki kewenangan penuh dalam mengorganisir Bank Indonesia artinya pemerintah ikut campur dalam segala kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh Bank Indonesia sehingga pelayanan dan pemaksimalan kestabilan nasional gagal dilakukan, hal ini dibuktikan dengan krisis moneter 1998. Independensi Bank Indoensia sebagai Bank Sentral diatur dalam Pasal 4 Ayat (2) Undang-Undang No 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, walaupun ada perubahan dalam Undang-Undang No 3 Tahun 2004 kelembagaan Bank Indonesia sebagai lembaga independen sebagaimana diatur dalam Pasal 4 undang-undang ini. Keberadaan peraturan-peraturan tersebut menjelaskan dan menguatkan status dan keberadaan Bank Indonesia merupakan bagian dari lembaga-lembaga negara di Indonesia.


(2)

E. Metode Penelitian

Adapun metode dalam penelitian hukum ini adalah sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan ini adalah deskriptif analitis diaman sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Ronny Hanitijo Soemitro yakni: “Suatu penelitian yang berusaha memberikan gambaran secara menyeluruh, mendalam, tentang suatu keadaan atau gejala yang diteliti.”10 Dimana dalam hal ini penulis memberikan gambaran serta uraian secara terperinci tentang fungsi Bank Central dan Bank umum? Serta bagaimanakah perkembangan fungsi tersebut dimana dalam uraian tersebut fungsi dan wewenang bank Sentral dan Bank Umum seperti misalnya menghimpun dana, menyalurkan dana dan jasa bank yang lainnya. Selain itu didalam penelitian ini juga dijelaskan tentang pentingnya Independensi bagi Bank Sentral dalam sistem ketatanegaraan di Indonesia melalui pendekatan kualitatif.

Pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang menunjukan bahwa pelaksanaan penelitian tidak menggunakan angka tetapi berupa kata- kata, gambar serta informasi yang terjadi secara alamiah, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya, menekankan pada deskripsi secara alami yang menuntut keterlibatan peneliti secara langsung dilapangan yang

10 Ronny Hanitijo Soemitro, 1990, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia Indonesia hal.58


(3)

kemudian dikaji secara mendalam berdasarkan Peraturan Perundang-undangan Perbankan.

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang menunjukan bahwa pelaksanaan penelitian tidak menggunakan angka tetapi berupa kata- kata, gambar serta informasi yang terjadi secara alamiah, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya, menekankan pada deskripsi secara alami yang menuntut keterlibatan peneliti secara langsung dilapangan yang kemudian dikaji secara mendalam berdasarkan Peraturan Perundang-undangan .

3. Data yang Digunakan

Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder, yang terdiri dari beberapa sumber bahan hukum, seperti:

a. Bahan hukum primer, berupa peraturan perUndang-undangan yang terkait dengan indepedensi Bank Sentral, yakni:

1) Undang-undang Dasar 1945

2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1953 Tentang Penetapan Undang-Undang Pokok Bank Indonesia 3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 1958

Tentang Pengubahan Pasal-Pasal 16 Dan 19 Undang-Undang Pokok Bank Indonesia (Undang-Undang No. 11 Tahun 1953)


(4)

4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1968 Tentang Bank Sentral.

5) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia

6) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia. 7) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2009

TentangPenetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undangundang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia Menjadi Undang-Undang.

b. Bahan hukum sekunder, yakni memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer. Dalam penulisan ini penulis mempergunakan bahan hukum sekunder berupa literature - literatur tentang perbankan.

c. Bahan hukum tertier, dalam hubungan penelitian ini menyangkut seperti: kamus atau ensiklopedia yang memberi batasan pengertian secara etimologi/arti kata atau secara gramatikal untuk istilah-istilah tertentu terutama yang terkait dengan komponen variabel judul dalam hal ini yakni terkait dengan istilah-istilah yang berkorelasi dengan Indenpedensi Bank Indonesia


(5)

4. Teknik Pengumpulan Data

Penulis dalam melakukan penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakuan dengancara sebagai berikut:

a. Studi Kepustakaan

Studi pustaka dilakukan dengan cara mencari dan mengumpulkan serta mempelajari bahan-bahan yang berupa buku-buku, makalah-makalah, peraturan perUndang-undangan serta dokumen lainnya yang berkaitan dengan objek penelitian tersebut dan kemudian dilakukan analisa data.

5. Metode Analisis Data

Penganalisaan bahan hukum yang terkumpul, baik dari bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder, dipergunakan teknik deskriptif analisis, yaitu dengan mendeskripsikan bahan hukum terlebih dahulu kemudian menganalisa melalui teknik analisis sebagai berikut :11Teknik deskriptif, yaitu uraian apa adanya terhadap suatu kondisi atau posisi dari preposisi-preposisi hukum atau non hukum dimana dalam hal ini penulis ingin menguraikan tentang suatu kondisi atau posisi dari bagaimanakah kewenangan Bank Indonesia dalam melaksanakan indepedensi Bank Sentral dalam sistem Ketatanegaraan lalu bagaimanakah hubungan kelembagaan antara Bank Indonesia sebagai bank Sentral dengan Pemerintah dan DPR.

11Soerjono Soekanto, 2008, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press), hal 5


(6)

F. Sistematika Skripsi

Memberikan gambaran menyeluruh mengenai bahasan dalam penulisan hukum ini, penulis akan membangi penulisan hukum ini menjadi empat bab yang setiap bab dibagi sub-sub bagian yang dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan hasil penelitian. Adapuan sistematika penulisan hukum ini sebagai berikut:

Bab Pendahuluan berisikan tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Pemikiran, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan Hukum.

Bab Tinjauan Pustaka berisikan mengenai tinjauan umum, yakni : Tinjauan umum tentang Bank, Fungsi dan Wewenang Bank, Tinjauan Umum tentang Bank Sentral, Tinjauan Umum tentang Indenpedensi Bank Sentral, Tinjauan Umum tentang Bank Sentral Dalam Sistem Ketatangeraan Indonesia.

Bab Hasil Penelitian dan Pembahasan mendeskripsikan tentang kedudukan dan kewenangan Bank Indonesia dalam melaksanakan indepedensi bank sentral dalam sistem Ketatanegaraan serta hubungan kelembagaan antara Bank Indonesia sebagai bank Sentral dengan Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat RI?

Bab Penutup yang berisikan kesimpulan dan saran yang akan diberikan berkaitan dengan apa yang telah diteliti atau sesuai dengan hasil penelitian.