Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Tinjauan Yuridis Terhadap Independensi Bank Central Di Indonesia (Studi Pada Bank Indonesia).

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia adalah negara hukum yang pada dasarnya segala tingkah laku manusia dan subyek hukum haruslah diatur berdasarkan dengan adanya hukum. Hal tersebut agar terciptanya tatanan yang tidak saling tmpang tindih sebagaimana yang diatur dalam Undang – Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat 3 yang menyatakan Negara Indonesia adalah negara hukum. 1 Oleh karena itu hukum bekerja dengan cara memberikan petunjuk tentang tingkah laku setiap subyek hukum baik itu perorangan naturlijk person ataupun lembagabadan hukum rechts person karena hukum merupakan sebuah norma yang teratur dan harus dipatuhi oleh setiap subyek yang mengikatkan diri pada masyarakat sebagai tempat bekerjanya hukum tersebut. 2 Subyek hukum yang berupa badan hukum juga memiliki kebebasan seperti manusia dan setiap badan hukum juga mendapatkan perlindungan dari suatu negara hukum mengenai hak dan kewajibannya serta perlindungan dari ancaman dunia luar. Sebagai bentuk dari sebuah negara hukum, Indonesia juga memberikan perlindungan hukum bagi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang memiliki indepedensi sebagaimana yang tertuang didalam UUD NRI 1945 dalam Pasal 23D yang berbunyi: 1 Undang – undang Dasar 1945 Pasca Amandemen 2 Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan Pertama, hal. 179 Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggungjawab, dan independensinya dalam sistem Konstitusi diatur dengan Undang-undang, dimana langkah-langkah tersebut diatur pada pembentuk Undang-udang yang masing-masing memiliki fungsi sehingga mengharapkan bank Indonesia sebagai bank yang Independen. Berdasarkan bunyi Pasal tersebut, maka kita dapat mengetahui bahwa jenis kewenangan, serta penilaian atas “independensi” secara lebih lanjut harus diatur kembali dalam sebuah Undang-Undang. Dengan adanya amanat konstitusi pada Pasal 23D tersebut, ditetapkanlah aturan untuk menindaklanjuti pengaturan bank central melalui UU No. 3 tahun 2004 tentang Perubahan atas UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang kemudian diatur secara lebih detail pada Pasal 4 1: Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia; 2 : Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independent dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan Pemerintah danatau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam UU; 3 : Bank Indonesia adalah badan hukum berdasarkan Undang-Undang ini. 3 Bank Indonesia sebagai badan hukum sesuai dalam Pasal 4 ayat 3 tersebut, Bank Indonesia juga memiliki kewenangan untuk mengelola kekayaan yang dimiliki yang diatur dalam Pasal 6 ayat 1 UU No. 3 tahun 2004, yaitu: Modal Bank Indonesia ditetapkan berjumlah sekurang-kurangya Rp 2.000.000.000.000 dua triliun rupiah 3 Penjelasan Umum Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia Pengelolaan kekayaan tersebut terlepas dari APBN, sehingga BI juga berhak untuk membuat peraturan serta menjatuhkan sanksi dalam ruang lingkup kewenangannya. 4 Bank Indonesia sebagai otoritas moneter secara konstitusional mempunyai tugas dan fungsi yang penting bagi perekonomian negara. Bank Indonesia sejak awal keberadaannya pada tahun 1953 hingga saat ini mengalami perubahan dalam kedudukannya sebagai lembaga negara. Perubahan kedudukan Bank Indonesia sebagai lembaga negara tersebut mempunyai implikasi terhadap independensi Bank Indonesia dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya. Seperti contoh dalam kasus BPT Bank Century Tbk BCIC pada tahun 2005 menjadi agen penjual produk investasi yang dikeluarkan oleh PT Antaboga Delta Sekuritas. Para nasabah Bank Century dijanjikan bunga yang tinggi oleh pihak bank sehingga para nasabah memindahkan uang mereka ke rekening PT Antaboga. Seteleh diselidiki, ternyata produk investasi tersebut ternyata tidak mempunyai izin dari BAPEPAM-LK. Setelah uang masuk ke dalam rekening PT Antaboga, dana tersebut kemudian diambil oleh Robert Tantular, pemegang saham mayoritas dari PT Bank Century Tbk. Robert Tantular juga mengajukan kredit kepada Bank Century. BI sudah melarang pihak Bank Century untuk menjual produk investasi tersebut. Pada tahun 2006 BI mendapati Bank Century masih menjual produk tersebut. Setelah diselidiki ternyata tidak ada pencatatan 4 Penjelasan Umum Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia pembukuan terhadap pembelian produk tersebut. Temuan lain mencatatkan tidak adanya lambang Bank Century pada produk tersebut, padahal waktu diluncurkan pada tahun 2005 tercantum logo Bank Century. Pada Oktober 2008 pemegang saham mayoritas, yaitu: Robert Tantular, Rafat Ali Rizfi, dan Hesyam Al Waraq, atas desakan BI, berjanji untuk membayar surat berharga yang jatuh tempo serta menambah modal, hal ini dinyatakan dengan adanya right issue . Pemegang saham tersebut juga berjanji untuk mencari investor baru guna menyelesaikan permasalahan bank. Akan tetapi janji tersebut tidak dipenuhi, sehingga pihak bank tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada nasabah. Giro Wajib Minimum GWM Bank Century pun dibawah batas yang ditetapkan oleh BI. Posisi CAR Bank Century pada 31 Oktober sebesar -3.2 persen. BI membantu likuiditas Bank Century dengan memberikan pinjaman jangka pendek pada tanggal 14 November 2008 dengan syarat pemegang saham mayoritas Bank Century harus menepati letter of commitment yang berisi tentang komitmen untuk memindahkan surat berharga Bank Century ke bank kustodian di Indonesia, mengembalikan hasil pembayaran surat berharga yang jatuh tempo, dan berjanji tidak akan menjadikan surat berharga sebagai jaminan kepada pihak lain. Letter of commitment tersebut tidak dipenuhi. BI kembali membantu likuiditas Bank Century pada tanggal 18 November 2008 karena Bank Century gagal kliring. Namun kondisi Bank Century yang semakin memburuk mengakibatkan Bank Century diserahkan kepada Lembaga Penjamin Simpanan LPS pada tanggal 21 November 2008. Pada 23 November 2008 LPS memberikan dana talangan sebesar Rp 2.78 Triliun untuk mendorong CAR Bank Century hingga sebesar 10, kemudian pada tanggal 5 Desember 2009 LPS kembali menyuntikan dana sebesar Rp 2.2 Triliun agar Bank Century memenuhi persyaratan kesehatan perbankan. Pada akhir tahun 2008 aset Bank Century terhitung sebesar Rp 5.58 Triliun, rugi sebesar Rp 7.8 Triliun. Pada awal bulan Februari 2009 LPS kembali memberikan bantuan dana sebesar Rp 1.5 Triliun. Pada tanggal 21 Juli 2009 LPS kembali mengeluarkan dana sebesar Rp 630 Miliar. Dan untuk mendukung peranan tersebut, bank sentral juga harus mempunyai hak untuk menerbitkan uang kertas bank sebagai sumber dari perolehan dana bank sentral itu dalam pemberian jaminan menyatakan bahwa suatu bank dikatakan sebagai bank sentral apabila bank tersebut berperan sebagai pencetak dan pengedar uang kertas dengan hak monopoli dari pemerintah the bank of issue . Kisch dan Elkin berpendapat bahwa bank sentral adalah suatu bank yang memiliki ciri yang paling hakiki, yaitu sebagai pemelihara stabilitas moneter yang baku yang mendukung kontrol terhadap peredaran moneter. Salah satu fungsi Bank Indonesia yang diatur dalam peraturan perundang-undangan adalah mengatur dan mengawasi bank umum di Indonesia. Bank-bank umum di bawah pengendalian dan pengawasan Bank Indonesia, beserta dengan Bank Indonesia itu sendiri, membentuk sistem moneter nasional. Sistem moneter ini juga melibatkan lembaga-lembaga keuangan non- bank. Bank Indonesia mempunyai kewajiban untuk menjaga kestabilan sistem moneter nasional. Bank Indonesia dalam menjaga kestabilan moneter nasional berwenang untuk menjaga dan memelihara cadangan kas-kas bank komersial. Dalam hal ini bank komersial diwajibkan untuk menyimpan suatu jumlah minimum tertentu reserve requirement pada bank sentral. Penyimpanan cadangan ini bisa berupa uang kertas maupun surat berharga. Bank Indonesia juga berwenang untuk menyelenggarakan kegiatan kliring di antara bank-bank. Kliring clearing adalah sarana perhitungan market antar bank yang dilaksanakan oleh bank sentral guna memperluas dan memperlancar lalu lintas pembayaran giral dalam suatu wilayah kliring. Bank Indonesia sebagai bank sentral juga diberi fungsi dan wewenang untuk membina dan mengawasi kegiatan perbankan sebagai lembaga perantara keuangan financial intermediary . Dalam menjalankan fungsinya itu, bank sentral mempunyai peranan khusus dalam sistem moneter sebagai sumber peminjaman bagi bank-bank the banker’s bank dan sumber terakhir bagi bank-bank untuk mendapatkan pinjaman ketika bank yang bersangkutan sedang mengalami kesulitan likiuiditas lender of the last resort . Dalam fungsinya ini, bank sentral sekaligus juga berperan dalam mengembangkan sistem perkreditan yang sehat. Bank Indonesia membantu manakala suatu bank gagal untuk memenuhi Giro wajib Minimum GWM. Semua fungsi dan wewenang ini dijalankan oleh Bank Indonesia dalam rangka menjamin terciptanya kondisi perbankan yang sehat. Perbankan yang sehat menurut Manuel Guitian hanya dapat tercipta melalui pengawasan dan pengaturan yang ketat. Isu kesehatan perbankan menjadi isu sentral manakala krisis perbankan melanda dunia. Perbaikan sistem pembayaran dan restrukturisasi perbankan menjadi permasalahan utama dalam menjaga fungsi perbankan pada umumnya. Tingkat kesehatan suatu bank dapat diukur dari Capital Adequency Ratio CAR menurut Lukman Dendawijaya2000:122 adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko, diantaranya: kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain yang ikut dibiayai dari dana modal sendiri disamping perolehan dana dari sumber-sumber diluar bank, seperti: dana dari masyarakat, pinjaman, dll. Bank diwajibkan untuk menjaga kesehatannya sendiri dengan cara melaksanakan kegiatan usahanya dengan prinsip kehati-hatian. Hal tersebut menciptakan posisi bank Indonesia sebagai Bank Sentral sesuai dengan Undang-Undang sedangkan pembentuk undang-undang merupakan proses tarik-menarik antara kepentingan politik dimana letak Bank Indonesia sebagai lembaga yang independen. Independensi Bank Indonesia BI mencuat secara meluas setelah Presiden Habibie mengumumkan susunan Kabinet Reformasi dengan secara eksplisit menyebutkannya dan mengembalikan ketentuan yang berlaku sebelum 1983, yaitu tidak memberi kedudukan Menteri Negara ke pada Gubernur BI. Dengan lain perkataan, Gubernur BI bukan anggota kabinet lagi. Gubernur BI, berbeda dengan seorang Menteri, bukan pembantu Presiden dalam kedudukannya sebagai kepala pemerintahan. 5 Independensi bank sentral digambarkan oleh penerapan dari konsep peran ideal bagi bank sentral dalam pengelolaan ekonomi nasional secara makro agar efektif, yang ternyata juga nampak di dalam praktek, sebagaimana dilaporkan dalam studi mengenai penyelenggaraan fungsi bank sentral di banyak negara, baik maju maupun berkembang. Ini semua perlu dicermati dalam upaya untuk menyumbang secara positif pada proses mewujudkan Bank Indonesia menjadi bank sentral yang independen. Fungsi pokok bank sentral yaitu pengelolaan kebijaksanaan moneter untuk memelihara kestabilan, penyelenggaraan sistem pembayaran nasional serta pengawasan perbankan, saya berpendapat bahwa yang paling utama harus diberikan independensi adalah mengenai pengelolaan kebijakan moneter. Ini dapat dirumuskan dalam tugas menjaga nilai rupiah, baik dalam hubungannya dengan harga barang dan jasa atau mengendalikan tingkat inflasi, maupun dalam hubungannya dengan mata uang lain mengendalikan nilai tukar . Permasalahan bank sentral di negara-negara berkembang, mengenai hubungan antara keuangan negara dengan anggaran yang kerapkali menunjukkan defisit dan menjadi penyebab inflasi - dengan bank sentral yang melakukan fungsi pengendalian inflasi, untuk Indonesia sebenarnya 5 J. Rachbini, Didiek, et. al,2000, Bank Indonesia Menuju Independensi Bank Sentral, PT MardiMulyo, Jakarta, hal 93. telah diatasi secara konseptual dengan janji pemerintah untuk melaksanakan sistem anggaran berimbang. Pemberian status independen ini harus didasarkan atas suatu penugasan yang eksplisit, jelas dirumuskan seperti dikemukakan di atas. Karena itu, rumusan penugasan Bank Indonesia dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun 1968tentang bank tidak sesuai dengan pemberian status independen pada BI. 6 Rumusan sekarang yang sangat luas itu, meskipun nampaknya masih relevan dengan tahap atau kondisi ekonomi Indonesia saat ini, akan menimbulkan kerancuan mengenai tanggung jawab Bank Indonesia sebagai bank sentral. Rumusan demikian mempersulit pelaksanaan tanggung jawabnya. Kalau sasaran kegiatan BI adalah pertumbuhan dan kesempatan kerja, maka sulit mencari ukuran kinerjanya, kalau terjadi keadaan di mana sasaran tersebut tidak tercapai. Tuntutan agar setiap lembaga harus accountable dalam hal ini menjadi sulit untuk direalisasikan. Perlu disadari pula bahwa meski fungsi utamanya adalah memelihara kestabilan moneter, tidak berarti bahwa Bank Indonesia tidak mendukung sasaran pertumbuhan, kesempatan kerja dan pemerataan. Secara konsep perlu disadari bahwa terpeliharanya kestabilan itu akan mendukung pertumbuhan dan pemerataan ekonomi. Jadi tidak ada kekhawatiran bahwa dengan fungsi dan tugas yang eksplisit dan terbatas ini Bank Indonesia akan 6 Hendra Nurtjahjo,2002 et. al, Eksistensi Bank Sentral Dalam Konstitusi Berbagai Negara , PusatStudi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Hal 107 kehilangan commitment untuk memberi dukungan pada pencapaian sasaran pertumbuhan dan pemerataan yang demikian penting dalam pembangunan nasional, perlu menyadari bahwa secara implisit hal itu tetap ada. Akan tetapi, untuk kejelasan tanggung jawabnya, maka yang disebutkan eksplisit dibatasi. Seandainya diperlukan, mungkin formulasi untuk fungsi dan tugas Bundesbank bank sentral lebih baik, disebutkan bahwa bank sentral menunjang pencapaian sasaran-sasaran umum pemerintah, tetapi dengan tambahan penjelasan, sepanjang hal tersebut konsisten dengan pencapaian sasaran pokok bank sentral. Kemajuan dalam sektor keuangan dan teknologi juga terus menumbuh kembangkan kegiatan konsumsi, produksi, investasi dan perdagangan, apalagi dengan kenyataan semakin pentingnya arti mata uang sebagai barang dagangan yang dapat mendukung meningkatkan kegiatan ekonomi secara efisien, efektif dan aman menjadi semakin penting. Beberapa waktu yang lalu, mengingatkan tentang terjadinya krisis ekonomi, nilai kliring yang diselenggarakan BI yang dalam tahun 199091 masih sekitar 5 trilyun rupiah per harinya, pada akhir 1996 telah mencapai nilai 20 sampai 25 trilyun rupiah per hari. Ini menuntut pengaturan, penyelenggaraan serta pengendalian sistem pembayaran yang harus semakin canggih. Fungsi pokok yang lain, berkaitan dengan pengaturan dan pengawasan perbankan, perlu mendapat perhatian yang seksama. Sebagaimana melihat penyelenggaraan pengawasan perbankan, karena kecenderungan menyatunya kegiatan lembaga keuangan atau kaburnya batas pemisah antara instrumen keuangan yang satu dengan yang lain, menyebabkan bahwa kegiatan perbankan dengan lembaga keuangan lain, seperti reksa dana atau lembaga pembiayaan lain, semakin tercampur. Bank Indonesia sebagai bank sentral tidak dapat disamakan dengan bank umum karena Bank Indonesia yang sebagai bank Sentral memiliki kewenangan yang lebih luas. Berdasarkan uraian tersebut diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian hukum dengan judul : “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP INDEPENDENSI BANK CENTRAL DI INDONESIA STUDI PADA BANK INDONESIA ”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah