Teori Clayton Alderfer Teori Motivasi

para penyelia, kebijaksanaan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku. Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan kekaryaan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik. Menurut Manullang 1981: 151 bahwa teori Herzberg adalah teori- teori yang berhubungan langsung dengan kepuasan kerja adalah teori yang dikemukakan oleh Herzberg. Bersama dengan beberapa orang temannya, Herzberg mengadakan suatu penilitian di kota Pitsburg dan sekitarnya, berdasar hasil penelitian mana dikembangkan gagasan bahwa ada dua rangkaian kondisi yang mempengaruhi seseorang di dalam pekerjaarmya. Rangkaian kondisi pertama disebut faktor motivator, sedang rangkaian kondisi kedua diberi nama faktor hygiene. Adanya kedua faktor tersebut, menyebabkan ada orang yang menyebutkan gagasan Herzberg dengan nama : konsep faktor motivatorhygiene dari Herzberg, ada pula yang memberi nama : teori dua faktor dari pada kepuasan kerja. Menurut teori Herzberg, faktor-faktor yang berperan sebagai motivator terhadap pegawai, yakni yang mampu memuaskan dan mendorong orang untuk bekerja baik terdiri dari : a. Achievement keberhasilan pelaksanaanprestasi b. Recognition pengakuan c. The work it self pekerjaan itu sendiri d. Responsibility tanggung jawab e. Advancement pengembangan Rangkaian faktor-faktor motivator di atas, melukiskan hubungan seseorang dengan apa yang dikerjakannya job content; yakni kandungan kerjanya, prestasinya pada tugasnya, penghargaan atas prestasi yang dicapainya dan peningkatan dalam tugasnya. Selain itu dari uraian di atas dikatakan bahwa pemenuhan kebutuhan seseorang akan memunculkan motif berprestasi. Dari teori tersebut di atas dapat dijabarkan beberapa pemikiran, yaitu : a. Achievement keberhasilan pelaksanaanprestasi Yaitu kebutuhan untuk memperoleh prestasi lebih tinggi dari standar yang ditetapkan oleh perusahaan atau instansi tempat kerjanya. b. Recognition Pengakuan Yaitu kebutuhan untuk memperoleh pengakuan baik berupa pujian atau penghargaan atau piagam dari pimpinan atas hasil kerja yang telah dicapai. c. The work it self Pekerjaan itu sendiri Yaitu kebutuhan untuk dapat menangani pekerjaan secara aktif sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki. d. Responsibility Tanggung jawab Yaitu kebutuhan untuk memperoleh tanggung jawab yang jelas di bidang pekerjaan yang ditangani. e. Advancement PengembanganKemajuan Yaitu kebutuhan untuk memperoleh peningkatan karier atau jabatan tertentu yang diinginkan. f. The Possibility of growth Kemungkinan berkembang Yaitu kebutuhan untuk memperoleh kesempatan mengembangkan karir jabatan sesuai di masa yang akan datang. Selanjutnya, faktor-faktor kedua faktor-faktor hygiene yang dapat menimbulkan rasa tidak puas kepada pegawai de-motivasi, terdiri dari : a. Company policy and administration kebijaksanaan dan adrninistrasi perusahaan; b. Technical supervisor supervisi; c. Interpersonal supervision hubungan antar pribadi; d. Working condition kondisi kerja; dan e. Wages gaji. Bila faktor-faktor hygiene ini diperbaiki maka tidak ada pengaruhnya terhadap sikap kerja yang positif, tetapi kalau dibiarkan tidak sehat, maka pegawai hanya akan merasa kecewa atau tidak puas saja. Faktor hygiene melukiskan hubungan kerja