Pengukuran Profesionalisme Profesionalisme Pegawai

pelayanan publik service provider penyedia layanan. Profesionalisme yang dibutuhkan dalam hal ini adalah profesionalisme pemberdayaan empowering professionalism yang sangat berkaitan dengan gaya pembangunan. Konsep birokrasi berperan sebagai fasilitator atau meningkatkan kemampuan masyarakat untuk tumbuh berkembang dengan kekuatan sendiri enabler. Menurut Siagian 2004: 97 profesionalisme diukur dari segi kecepatannya dalam menjalankan fungsi dan mengacu kepada prosedur yang telah disederhanakan. Konsep profesionalisme dalam diri aparat dilihat dari segi : a. Kreativitas Creativity Kemampuan aparatur untuk menghadapi hambatan dalam memberikan pelayanan kepada publik dengan melakukan inovasi. Perlunya diambil untuk mengakhiri penilaian miring masyarakat kepada birokrasi publik yang dianggap kaku dalam bekerja. Terbentuknya aparatur yang kreatif hanya dapat terjadi apabila terdapat iklim yang kondusif yang mampu mendorong aparatur pemerintah untuk mencari ide baru dan konsep baru serta menerapkannya secara inovatif, adanya kesediaan pemimpin untuk memberdayakan bawahan antara lain melalui partisipasi dalam pengambilan keputusan yang menyangkut pekerjaan, mutu hasil pekerjaan, karier, dan penyelesaian permasalahan tugas. b. Inovasi Innovasi Perwujudannya berupa hasrat dan tekad untuk mencari, menemukan dan menggunakan cara baru, metode kerja baru, dalam pelaksanaan tugasnya. Hambatan yang paling mendasar dari perilaku inovatif adalah rasa cepat puas terhadap hasil pekerjaan yang telah dicapai. c. Responsivitas Responsivity Kemampuan aparatur dalam mengantisipasi dan menghadapi aspirasi baru, perkembangan baru, tuntutan baru, dan pengetahuan baru, birokrasi harus merespon secara cepat agar tidak tertinggal dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Berdasarkan beberapa indikator yang dikemukakan di atas maka pengukuran profesionalisme yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Siagian 2004: 97, bahwa profesionalisme diukur melalui adanya Kreativitas Creativity, Inovasi Innovasi, dan Responsivitas Responsivity pegawai dalam proses memberikan pelayanan kepada masyarakat secara optimal.

D. Kerangka Pikir

Sesuai dengan Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara yang menyatakan tentang pokok-pokok sebagai pegawai Aparatur Sipil Negara seperti jenis, status dan kedudukan, jabatan, hak dan kewajiban, kelembagaan, manajemen ASN Aparatur Sipil Negara. Dengan begitu keberhasilan pemerintah dalam memberikan sebuah layanan kepada masyarakat tidak terlepas dari profesional pegawainya. Sehingga dibutuhkan pegawai-pegawai yang memiliki kemampuan bekerja yang baik agar mampu melaksanakan tugas dan mampu menyelesaikan tanggung jawabnya secara baik, cepat, tepat, dan tanggap. Kinerja sumber daya manusia yang profesional sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah tingkat pendidikan dan motivasi yang selama ini dimilikinya. 1. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Profesionalisme Pegawai Dictionary of Education dalam Ihsan 2011: 4 menyebutkan bahwa pendidikan adalah proses di mana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat di mana dia hidup, proses sosial di mana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol, sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum Ditjen Dikti, 19831984: 19. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh dalam menentukan kepribadiannya terutama dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam pekerjaan. Dengan bekal pendidikan yang tinggi akan mampu menghadapi persoalan-persoalan yang berkaitan dengan profesinya dalam tempat bekerjanya. Pegawai yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dapat dijadikan pengembangan di masa depan, karena tanpa pendidikan sulit bagi seseorang untuk berkembang dan secara tidak langsung akan mempersulit berkembangnya suatu organisasi. Pendidikan yang tinggi dari seorang pegawai akan mempengaruhi kemampuannya dalam mencapai kinerja secara optimal dan profesional. Tingkat pendidikan yang tinggi seharusnya diselesaikan oleh para pegawai-pegawai agar mampu memberikan sumbangsihnya yang baik terhadap pekerjaan dan profesi yang telah di dudukinya. Dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi, maka seorang pegawai akan mampu melaksanakan pekerjaannya secara profesional. Dalam setiap tingkat pendidikan dasar SD, SMP, pendidikan menengah SMA, dan pendidikan tinggi D3,D4,S1, dan S2 akan menciptakan pola pikir dan cara pandang yang berbeda oleh setiap manusia. Apalagi dalam bekerja, kemampuannya untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya akan suatu pekerjaan pun akan sangat berbeda jika dilihat dari tingkat pendidikannya tersebut. Sehingga faktor tingkat pendidikan terhadap profesionalisme pegawai mengacu pada pendapat Mulyasa 2006: 40 ada beberapa pengukuran profesionalisme kerja, yaitu keterampilan, pendidikan yang ekstensif, pelatihan institusional, dan kode etik. Dimana yang dimaksud dengan pendidikan yang ekstensif adalah profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi. Sehingga tingkat pendidikn mempengaruhi profesionalisme pegawai. Selain itu juga menurut Thoha, kemampuan merupakan salah satu unsur kematangan yang berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pendidikan dan pelatihan serta pengalaman. Profesionalisme pegawai sangat ditentukan oleh tingkat kemampuan pegawai yang tercermin dalam perilaku sehari- hari. Istilah tersebut mengacu kepada potensi pegawai dalam mengerjakan tugas dan bagiannya. Sumber : http:etikatugas.blogspot.co.id, diunduh pada hari Senin Tanggal 16 November 2015 pukul 15.30 wib 2. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Profeisonalisme Pegawai Selain tingkat pendidikan yang mempengaruhi profesionalisme pegawai adalah motivasi kerja, karena motivasi merupakan keadaan dalam diri seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melaksanakan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Motivasi individu timbul karena adanya kebutuhan dalam diri seseorang yang dituntut adanya pemuasan dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Maka mengacu dari pendapat Sjafri 2003: 37 bahwa syarat yang harus dimiliki oleh seseorang jika ingin menjadi seorang profesional adalah seseorang tersebut harus menguasai pekerjaan, mempunyai loyalitas, mempunyai integritas, mampu bekerja keras, mempunyai visi, mempunyai kebanggaan, mempunyai komitmen, dan mempunyai motivasi. 3. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Motivasi Kerja Terhadap Profesionalisme Pegawai Seperti yang telah dijelaskan secara sendiri-sendiri variabel tingkat pendidikan dan motivasi maka kedua variabel tersebut memiliki pengaruh terhadap profesionalisme pegawai, hal ini mengacu pendapat menurut Mulyasa 2006: 39 yaitu bahwa seseorang dikatakan memiliki profesionalisme manakala memiliki dua hal pokok tersebut, yaitu keahlian kompetensi yang layak sesuai bidang tugasnya dan pendapatan yang layak sesuai kebutuhan hidupnya. Sehingga menurut pandangan Mulyasa tersebut bahwa keahlian yang layak sesuai dengan bidangnya terkait terhadap tingkat pendidikan setiap pegawai untuk bekerja secara baik, dan motivasi merupakan faktor yang dapat mendorong pegawai untuk bekerja dengan baik sehingga mendapatkan pendapatan yang layak sesuai dengan kebutuhan. Maka dari pandangan Mulyasa tersebut bahwa tingkat pendidikan dan motivasi kerja berpengaruh terhadap profesionalisme kerja pegawai.