Pendekatan Pragmatis Psikologis
Berbeda dengan pendekatan pragmatis deskriptif, di mana teori tersebut mengamati perilaku akuntan, pendekatan pragmatis psikologis mengamati
tanggapan pengguna output keuangan. Akuntan akan menghitung transaksi keuangan untuk menunjukkan perbedaan sintaksis yang berguna untuk
membuat laporan keuangan yang kemudian akan dipakai oleh penggunanya. Reaksi oleh pengguna digunakan sebagai bukti bahwa laporan keuangan
bermanfaat dan berisi informasi yang relevan.
C. TEORI SINTAKTIK DAN SEMANTIK
Teori Sintaksis Teori ini berhubungan dengan struktur proses pengumpulan data dan
pelaporan keuangan. Teori sintaksis mencoba menerapkan praktek akuntansi yang sedang berjalan dan meramalkan bagaimana para akuntan harus
bereaksi terhadap situasi tertentu atau bagaimana mereka akan melaporkan kejadian-kejadian tertentu.
Teori Interpretasional semantis
Teori ini berkonsentrasi pada hubungan antara obyek atau kejadian dan istilah atau simbol. Teori - teori yang berhubungan dengan interpretasi
semantik diperlukan untuk memberikan pengertian dalil - dalil akuntansi yang bertujuan meyakinkan bahwa penafsiran konsep oleh para akuntan sama
dengan penafsiran para pemakai laporan akuntan. Misalnya, laba akuntansi merupakan konsep buatan yang mencerminkan kelebihan pendapatan atas
beban sesudah menerapkan aturan tertentu untuk mengukur pendapatan dan beban.
Konsep-konsep umum sering tidak dapat diinterpretasikan dan diberi pengertian yang berbeda oleh para peneliti yang berbeda. Misalnya, nilai
tidak memiliki interpretasi khusus. Current value nilai saat ini akan mempunyai pengertian yang sama, sebelum menginterpretasikan kita harus
melihat subkonsepnya dahulu sehingga terdapat kesepakatan yang jelas mengenai interpretasinya. Konsep nilai sekarang dari jasa yang akan datang,
arus kas yang didiskontokan, harga pasar berlaku, dan nilai bersih yang dapat direalisasikan semuanya merupakan subkonsep dari nilai berlaku.
Contoh penerapan teori interpretif adalah: pengukuran nilai persediaan pada saat ini, langkah pertama adalah menunjukkan subkonsep untuk
menerapkan aturan interpretasi khusus. Jika harga beli berlaku yang dipilih maka current value dapat didefinisikan sebagai harga tukar untuk suatu
barang di pasar pembelian pada tanggal neraca. Jika harga pasar tidak ada dapat dianggap harga pasar tidak layak pakai, maka alternatifnya adalah
menilai prosedur akuntansi lain yang tersedia dalam kondisi interpretasi ini. Pembuktian teori ini dapat diperoleh dari riset yang dilakukan untuk
menentukan apakah pemakai informasi akuntansi memahami makna yang dimaksudkan oleh pembuat informasi, apakah telah konsisten dengan teori
yang ada. Salah satu interpretasi teoritis akuntansi biaya tradisional historis adalah
bahwa sebagianbesar merupakan teori sintaksis. Penafsiran ini dapat digambarkan sebagai berikut: systemsemantik adalah transaksi dan
pertukaran tercatat dalam voucher, jurnal dan buku besar bisnis.Hasil ini kemudian disimpulkan berdasarkan lokasi dan asumsi akuntansi biaya
historis. Sebagai contoh, kami mengasumsikan bahwa inflasi tidak akan dicatat dan nilai pasar nilai aktiva dan kewajiban diabaikan. Kami lalu
menggunakan akuntansi double-entry dan prinsip-prinsip akuntansi biaya historis untuk menghitung laba rugi dan posisi keuangan. Proposisi individu
diverifikasi setiap kali laporan diaudit dengan memeriksa perhitungan dan manipulasi. Dengan cara ini teori biaya historis telah dikonfirmasi berkali-
kali. Beberapa teori akuntansi mengkritik dari pendekatan ini. Mereka
berpendapat bahwa teori tersebut memiliki konten semantik hanya atas dasar input.
Tidak ada operasi empiris independen untuk memverifikasi output yang dihitung, misalnya, keuntungan atau aset total. Angka-angka ini tidak
diamati, mereka hanya sekedar penjumlahan sederhana saldo rekening, dan proses audit ini, pada dasarnya, hanya sebuah perhitungan kembali. Proses
audit memverifikasi masukan dengan memeriksa dokumen yang digaris bawahi dan memeriksa perhitungan matematis tapi tidak memverifikasi
output akhir. Hal ini berarti bahwa bahkan jika laporan akuntansi disusun dengan menggunakan sintaks yang sempurna, mereka mungkin memiliki
sedikit, jika ada, nilai dalam pelaksanaan.
D.
TEORI NORMATIF
Disini akuntansi dianggap sebagai norma peraturan yang harus diikuti tidak peduli apakah berlaku atau dipraktekkan sekarang atau tidak. Teori
normative berusaha untuk membenarkan tentang apa yang seharusnya dipraktekkan, misalnya pernyataan yang menyebutkan bahwa laporan
keuangan seharusnya didasarkan pada metode pengukuran aktiva tertentu. Menurut Nelson 1973 dalam literature akuntansi teori normative sering
dinamakan teori apriori artinya dari sebab ke akibat atau bersifat deduktif. Alasannya teori normative bukan dihasilkandari penelitian empiris, tetapi
dihasilkan dari kegiatan “semi research” . ‖
Teori normative hanya menyebutkan hipotesis tentang bagaimana akuntansi seharusnya dipraktekkan tanpa menguji hipotesis tersebut. Pada
awal perkembangannya, teori akuntansi normative belum menggunakan pendekatan investigasi, dan cenderung disusun untuk menghasilkan postulat
akuntansi. Perumusan akuntansi normative mencapai masa keemasan pada tahun 1950 dan1960an. Selama periode ini perumus akuntansi lebih tertarik
pada rekomendasi kebijakan danapa yang seharusnya dilakukan, bukan apa yang sekarang dipraktekkan. Pada periode tersebut, teori normative lebih
berkonsentrasi pada: 1. Penciptaan laba sesungguhnya true income Teori ini berkonsentrasi
pada penciptaan pengukur tunggal yang unik dan benar untuk aktiva dan laba. Meskipun demikian, tidak ada kesepakatan terhadap apa yang
dimaksud denganpengukur nilai dan laba yang benar. 2.Pengambilan keputusan decision usefulness Pendekatan ini
menganggap bahwa tujuan dasar dari akuntansi adalah untuk membantu proses pengambilan keputusan dengan cara menyediakan
data akuntansi yang relevan atau bermanfaat. Pada kebanyakan kasus, teori ini didasarkan pada konsep ekonomi klasik
pengambilan keputusan rasional. Biasanya konsep tersebut didasarkan juga pada penyesuaian rekening karena pengaruh inflasi atau nilai pasar dari
aktiva. Teori ini pada dasarnya merupakan teori pengukuran akuntansi. Teori tersebut bersifat normative karena didasarkan tentang laba dan kemakmuran
wealth atau konsep ekonomi pada anggapan akuntansi seharusnya merupakan system pengukuran:
Laba dan nilai dapat diukur secara tepat Akuntansi keuangan bermanfaat untuk pengambilan keputusan
ekonomi Pasar tidak efisien dalam pengertian ekonomi
Ada beberapa pengukur laba yang unik. Karena teori normatif dianggap merupakan pendapat pribadi yang
subyrktif maka tidak bisa diterima begitu saja, harus dapat diuji secara empiris agar memiliki dasar teori yang kuat. Pendukung teori ini biasanya
menggambarkan system akuntansi yang dihasilkan sebagai sesuatu yang ideal, merekomendasikan penggantian system akuntansi cost histories dan
pemakaian teori normatif oleh semua pihak.
E. TEORI POSITIF