3. PENGAMATAN BIOLOGI DASAR TIKUS EKOR PUTIH DI HABITAT ASLI
Pendahuluan
Habitat adalah suatu tempat organisme atau individu biasanya ditemukan. Habitat merupakan hasil interaksi berbagai komponen, yaitu komponen fisik yang
terdiri atas air, tanah, topografi dan iklim makro dan mikro serta komponen biologis yang terdiri atas manusia, vegetasi dan satwa Smiet, 1986. Fungsi
habitat menurut Bailey 1984 sebagai tempat yang dapat menyediakan makanan, air, dan perlindungan.
Penggunaan tikus ekor putih sebagai ternak penghasil daging di daerah Minahasa dan kota Manado menyebabkan permintaan akan daging tikus di
daerah tersebut meningkat namun pada daerah-daerah tertentu populasinya semakin menurun karena belum ada usaha pembudidayaan.
Sebelum dilakukan budidaya maka informasi-informasi yang berkaitan dengan biologi dasar yakni kebiasaan tikus hidup di hutan, makanan yang
dikonsumsi, tempat tinggal, tempat berlindung, tempat mencari makan, ketersediaan jumlah makanan di habitat dan semua informasi dari masyarakat
tentang tikus ekor putih tersebut harus kita pelajari. Kekurangan pengetahuan dasar tentang proses biologis yang
mengendalikan proses produksi pada tikus ekor putih telah membatasi usaha meningkatkan daya reproduksi sehingga proses pembudidayaan tidak dapat
berjalan seperti yang kita harapkan. Penelitian ini bertujuan mencari informasi sebanyak mungkin tentang
biologi dasar yang diperlihatkan tikus ekor putih di alam, yang nantinya akan dijadikan dasar pertimbangan untuk penelitian.
Bahan dan Metode
Materi yang digunakan antara lain tikus ekor putih yang ditangkap dari hutan, Rattus norvegicus. Alat yang digunakan adalah kamera, alat tulis menulis,
perangkap tikus, alat perekam, kandang tikus yang bisa dibawa-bawa, higrometer, jam, stop watch serta timbangan.
Penelusuran informasi tentang tikus ekor putih dilakukan dengan metode wawancara pada penduduk sekitar hutan tempat habitat asli, mengunjungi lokasi
habitat asli, pengukuran tubuh tikus.
26
Data yang dikumpulkan tentang asal usul tikus meliputi, karakteristik tikus umur, bobot, warna, bentuk, jenis makanan, kondisi habitat tikus, serta
pengukuran temperatur dan kelembaban habitat asli lokasi. Informasi tentang jumlah tikus yang ditangkap, meliputi jumlah tikus yang
ditangkap hidup, jumlah tikus yang mati, serta bobot badan tikus yang ditangkap. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan statistika deskriptif.
Hasil dan Pembahasan Kondisi Habitat
Sulawesi Utara mempunyai keanekaragaman satwa yang sangat tinggi, karena terdapat 114 jenis satwa. Namun demikian kebanyakan di antara satwa-
satwa tersebut mulai mengalami penurunan populasi. Jenis satwa yang sudah diketahui keberadaannya kurang dari 70, salah satu di antaranya adalah tikus
hutan ekor putih Maxomys hellwandii . Tikus hutan ekor putih hanya terdapat di Indonesia khususnya di Pulau Sulawesi, termasuk di dalamnya 14 spesies tikus
ekor putih lainnya Corbet dan Hill, 1992. Tikus hutan di Minahasa, Sulawesi Utara, sudah sejak lama dikonsumsi masyarakat setempat sebagai makanan
istimewa yang hanya disajikan pada acara-acara tertentu seperti pengucapan syukur panen, perkawinan, pembaptisan, dan acara syukuran lainnya.
Tikus hutan ekor putih di Manado lebih dikenal dengan nama tikus ekor putih, karena sebagian ujung ekor berwarna putih. Nama lokal hewan tersebut
bermacam -macam sesuai dengan nama daerah penyebarannya. Di daerah Minahasa Tengah berbahasa Toutemboan hewan tersebut dikenal dengan
nama ‘’Turean”; di daerah Tombulu “Kulo Ipus”; dan di Tondano berbahasa Tolour dikenal dengan nama “Peret”. Di daerah Minahasa semua daging tikus
yang dimakan dikenal dengan nama “Kawok”. Tikus hutan ekor putih memiliki kemampuan adaptasi lingkungan yang
tinggi. Tikus ini hidup di hutan-hutan di daerah kabupaten Minahasa sampai kabupaten Bolaang Ma ngondow Gambar 1. Aktivitas dilakukan dominan pada
malam hari dan sering ditemukan di atas pohon sirih hutan, pohon bambu dan pada pohon buah-buahan lainnya. Pada siang hari tikus masuk ke dalam liang di
bawah tanah, di semak-semak, akar pohon atau di gua batu kecil. Tikus ekor putih hidup secara berkelompok, tiap kelompok terdiri atas
jantan, induk, dan anak-anak yang bisa mencapai 10 sampai 15 ekor dalam satu liang. Liang dibuat di akar-akar pohon, panjang liang sepanjang naungan pohon.
27
Gambar 1 Kondisi habitat tempat tikus membuat liang sarang Di daerah Minahasa penduduk mendapatkan tikus dengan cara
menangkap dengan menggunakan perangkap tikus yang terbuat dari bambu. Tikus yang tertangkap pada alat perangkap terjepit, sehingga hasil tangkapannya
biasanya dalam keadaan mati. Alat perangkap tersebut biasa disebut “Palompit”. Temperatur dan kelembaban udara lokasi penelitian pada pagi hari adalah
24 C dan 74, siang hari 31
C dan 62, sore hari 37 C dan 70 dan malam
hari 23 C dan 79.
Konsumsi dan Pertumbuhan Pola Makan dan Gambaran Umum Tikus Ekor Putih
Frekuensi pemberian pakan untuk tikus ekor putih hanya satu kali dalam 24 jam. Waktu pemberian dilakukan pada pagi hari. Jumlah dan ragam pakan
yang diberikan hanya berdasarkan perkiraan untuk mengetahui jumlah pakan yang dikonsumsi dan respon pertumbuhan.
Hasil pengamatan menunjukkan jenis pakan yang dikonsumsi sangat beragam mulai dari daun-daunan, umbi-umbian, buah-buahan sampai dengan
kulit buah-buahan, juga serangga sedangkan hijauan rumput tidak disukai.
Adaptasi terhadap Pakan
Kemampuan hewan beradaptasi dengan lingkungan baru antara lain dapat dilihat dari keragaman pakan yang disukai dan dikonsumsi. Semakin banyak dan
beragam pakan yang disukai berarti hewan yang bersangkutan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan. Pada penelitian ini daya adaptasi tikus
ekor putih terhadap pakan cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat berdasarkan jenis
28
pakan yang disukai yang dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu 1 jenis daun dan sayuran, 2 jenis buah-buahan, 3 jenis umbi-umbian.
Jenis Bahan Pakan yang Berasal dari Jenis Daun-daunan
Di habitat aslinya, tikus ekor putih ditemukan di lokasi yang ditumbuhi pohon bambu, dan sering ditemui di atas pohon tersebut sedang mengkonsumsi
pucuk muda daun bambu. Tikus ini juga ditemui di pohon sirih hutan, mengkonsumsi pucuk daun muda dan juga buahnya. Selain pada daun bambu
dan sirih hutan, tikus ekor putih juga ditemui di liang akar pohon beringin ficus spp, di atas pohon enau. Tikus-tikus tersebut senang makan kelapa yang jatuh.
Gambaran yang jelas tentang kesukaan tikus ekor putih terhadap jenis pakan, berdasarkan kondisi di tempat pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 4.
Selain makanan asli dari hutan, tikus ekor putih menyukai pula jenis pakan dari tanaman budidaya seperti kangkung, daun pepaya, pucuk singkong, daun
umbi rambat, kubis, wortel, pucuk ubi rambat, selada, daun murbey, makanan sisa dari dapur, buah-buahan, biji dan kulit. Preferensi terhadap bahan pakan
percobaan, sesuai dengan tujuan penelitian pemberian pakan kepada tikus ekor putih yaitu secara kafetaria, sehingga tikus bebas memilih dan mengkonsumsi
jenis bahan pakan yang sesuai dengan pilihan kesukaannya. Selain itu, untuk mengetahui jenis bahan pakan yang berpotensi dimanfaatkan dalam upaya
budidaya. Dari hasil pengamatan pada Tabel 4, buah-buahan lebih disukai
dibandingkan daun-daunan dan sayuran. Bila disajikan bersamaan buah-buahan dimakan lebih dahulu, baru kemudian pucuk daun muda, biji-bijian dan pelet.
Sejalan dengan hasil pengamatan Haard 1985 yang menyatakan bahwa buah- buahan termasuk jenis bahan pakan yang banyak mengandung komponen
karbohidrat sederhana yang mudah dicerna dan mudah larut seperti glukosa, fruktosa dan sukrosa. Jenis bahan pakan yang berasal dari umbi-umbian yang
dimakan meskipun kurang disukai antara lain singkong, ubi rambat, dan wortel. Selain makan tumbuhan, tikus ekor putih juga memakan jenis-jenis serangga
insekta dan daging karnivora yaitu jenis arthopoda antara lain kumbang, semut, ngegat dan kecoa. Semakin banyak keragaman, ketersediaan dan
keberadaan sumber bahan pakan yang disukai berarti bahan pakan tersebut berpotensi dimanfaatkan. Hal ini dapat dijadikan sebagai faktor pendukung bagi
usaha pengembangbiakan atau budidaya.
29
Ketersediaan komponen tersebut pada buah-buahan sangat
memungkinkan dimanfaatkan secara langsung sebagai sumber energi oleh tikus ekor putih. Oleh karena itu, buah-buahan lebih disukai dan dipilih sebagai pakan
daripada hijauan yang lebih banyak mengandung serat. Tabel 4 Preferensi tikus ekor putih terhadap berbagai jenis pakan
Bagian yang di konsumsi No Jenis Tanaman
Batang Daun Buah
Biji Kulit
Umbi 1.
a. b.
c. d.
e.
f. g.
h. i.
j. k.
l. m.
n. o.
p. q.
r.
Jenis buah-buahan: Beringin Ficus variegata Jambu biji
Enau Pepaya Carica Papaya
Pisang Musa paradissiaca Mangga Mangifera indica
Rambutan Nephelium lappaceum Kelapa
Nangka Artocarpus heterophyllus Nenas Ananas comosus
Semangka Citrullus lanatus Melon
Apel Pear
Sawo Manilkara kauki Langsat
Duku Lansium domesticus Alpukat masak Persea gratissima
Jambu air -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
-
+ +
- -
+ +
++ ++
+ +
- +
+ +
- -
- +
- -
+ +
+++ +++
+++ +++
+++ +++
+++ +++
+++ +++
++ +++
+++ +++
++ +++
+++ ++
+++ +++
+++ ++
- -
+ -
- -
- -
-
+ -
- -
- +
+ -
- +
+ +
- -
- +
- -
- -
+ +
+ -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
-
2 a.
b. c.
d. e.
f. g.
h. i.
j. k.
l. m.
n. o.
Dedaunan, sayuran dan umbi: Sirih Hutan Piper aduncum
Kacang panjang Kacang ijo
Kangkung Pepaya
Singkong Ubi rambat
Selada Murbey
Kacang tanah Jagung
Beras padi Bambu muda
Wortel Kubis dll
+++ +
+ ++
- -
++ ++
++ -
+ ++
- -
- +++
+++ ++
++ +++
++ ++
+ ++
+ -
- +++
- ++
+++ +++
+++ -
+++ -
- -
+++ +++
+++ ++
- -
- +++
+++ +++
- +
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
+++ ++
+++ -
+++ -
- -
++ -
3 a.
b. c.
d. e.
f.
Serangga: Belalang
Kecoa Siput
Kumbang Semut
ngegat Daging
+++ +++
+++ +++
+++
+++ The Malasian Key Group 2004.
Keterangan: The Malasian Key Group 2004. +++ = Sangat disukai
++ = Disukai + = Kurang disukai
- = Tidak disukai
30
Pada penelitian ini tikus ekor putih diberi pakan yang mudah diperoleh di sekitar lokasi penelitian antara lain buah pisang, pepaya, singkong, ubi,
kangkung, daun singkong, dan daun pepaya. Dari hasil pengamatan selama 6 bulan ternyata makanan yang paling disukai adalah buah pisang dan pepaya dan
untuk memenuhi kebutuhan pakannya ditambahkan pelet ayam petelur. Jenis pakan inilah yang diberikan selanjutnya selama penelitian.
Karakteristik Morfologi
Karakteristik suatu individu dapat dicirikan antara lain berdasarkan karakteristik morfologi. Ehlinger 1991 menyatakan bahwa variasi morfologi
terutama terhadap ukuran tubuh size dipengaruhi oleh faktor lingkungan misalnya ketersediaan makanan, sedangkan perbedaan dalam bentuk shape
lebih berhubungan dengan faktor genetik.
Ciri-ciri kualitatif. Bayi tikus ekor putih Maxomys hellwandii mempunyai warna
merah jambu merata di seluruh tubuh tanpa rambut. Tabel 5 Ukuran organ Tikus Ekor Putih dan Rattus norvegicus
Tikus Ekor putih Rattus norvegicus
Jenis Tikus Jantan
Betina Jantan
Betina Bobot mati g
354 ±31,37 240 ±16,56
360 ± 6,71 222 ± 6,60
Panjang ekor cm 27 ± 2,39
26 ± 1,79 25 ± 0,46
19,5 ± 0,58 Panjang badan cm
15 ± 1,33 12 ± 0,83
19 ± 0,35 15 ± 0,45
Kumis terpanjang cm 10 ± 0,89
5 ± 0,35 8 ± 0,15
5,6 ± 0,32 Kaki depan cm
7 ± 0,62 6 ± 0,41
7 ± 0,13 6 ± 0,18
Kaki belakang cm 9,5 ± 0,84
7 ± 0,48 5 ± 0,09
5,5 ± 0,16 Telapak depan cm
3 ± 0, 31 2 ± 0,21
2 ± 0,04 1,9 ± 0,06
Telapak belakang cm 4,8 ± 0,43
4 ± 0,28 4 ± 0,07
4 ± 0,12 Panjang telinga cm
3 ± 0,27 2 ± 0,14
1,4 ± 0,03 2 ± 0,06
Lebar telinga cm 2,5 ± 0,22
1,5 ± 0,10 2 ± 0,04
1,88 ± 0,13 Tinggi bdn-kaki-dpn bahu cm
8 ± 0,66 6 ± 0,41
7 ± 0,13 5 ± 0,15
Tinggi bdn-kaki-blkg pingl cm 9,2 ± 0,82
7 ± 0,48 9 ± 0,17
7 ± 0,21 Panjang gigi atas mm
7 ± 0,62 6 ± 0,41
10 ± 0, 2 10 ± 0,03
Lebar gigi atas mm 4 ± 0,35
2 ± 0,14 2 ± 0,04
2 ± 0,19 Panjang gigi bawah mm
13 ± 1,15 8,5 ± 0,59
20 ± 0,40 15 ± 0,04
Lebar gigi bawah mm 2,5 ± 0,22
2,5 ± 0,17 2 ± 0.04
3 ± 0,09 Rusuk buah
11 11
13 13
Ginjal g 3 ± 0,33
1± 0,07 3,1 ± 0,06
1,8 ± 0,05 Jantung g
2,5 ± 0,22 1 ± 0,13
1,1 ± 0,02 0,6 ± 0,02
Paru-paru g 3,5 ± 0,31
3,3 ± 0,23 3,1 ± 0,06
1,7± 0,05 Hati g
19 ±1,68 15,0 ± 0,23
18,2 ± 0,34 9,7± 0,29
Limpa g 0,42 ± 0,04
0,3 ± 0,02 0,8 ± 0,01
0,5 ± 0,01 Esophagus cm
6 ± 0,53 4 ± 0,28
4 ± 0,07 3 ± 0,09
Arcus lambung panjang cm 10 ± 0,89
10 ± 0,69 6 ± 0,11
4 ± 0,12 Usus halus cm
65 ± 5,76 48,5 ± 3,35
165 ± 3,07 125 ± 3,71
Caecum cm 7 ± 0,62
5 ± 0,35 4,5 ± 0,08
4 ± 0,12 Colon cm
26 ± 2,30 20 ± 1,38
14 ± 0,30 10 ± 0,30
31
Setelah berumur tiga hari warna berubah menjadi kehitaman tanpa rambut, namun 23 bagian ujung ekor sudah jelas berwarna putih. Setelah umur 7 hari
rambut halus mulai tumbuh. Hasil pengukuran terhadap tikus ekor putih dan Rattus norvegicus
menunjukkan bahwa secara umum tikus ekor putih memiliki bentuk tubuh yang kecil dengan kepala ramping. Ukuran tubuh tikus betina lebih kecil dibanding
tikus jantan. Bentuk mata secara normal menonjol dengan kelopak normal dan sering mengedipkan matanya untuk menjaga supaya tetap lembab. Rambut
berwarna cokelat keabuan merata di seluruh tubuh dari kepala hingga sepertiga pangkal ekornya. Kecuali pada bagian dada, perut bagian dalam memiliki warna
lebih terang krem, dengan panjang ekor melebihi panjang tubuhnya.
Simpulan
1. Tikus ekor putih merupakan hewan nokturnal, yang pada siang hari mendiami liang dan beraktivitas malam hari.
2. Tikus ekor putih di habitatnya selain makan buah-buahan, daun, juga makan serangga.
3. Ukuran tubuh dan sifat biologis tikus ekor putih hampir sama dengan tikus Rattus norvegicus .
4. ADAPTASI DAN TINGKAH LAKU TIKUS EKOR PUTIH