PENDAHULUAN Tingkah laku, reproduksi, dan karakteristik daging tikus ekor putih (Maxomys hellwandii)

1. PENDAHULUAN

Latar Belakang Indonesia memiliki hutan tropik yang kaya dengan berbagai flora dan fauna, yang merupakan sumber pemenuhan berbagai kebutuhan manusia seperti sandang, pangan, obat-obatan, dan lain-lain. Namun demikian, potensi ini masih kurang mendapat perhatian serius dari berbagai pihak untuk dikembangkan. Banyak satwa dari masing-masing daerah yang dapat dijadikan sebagai satwa harapan masa depan seperti anoa, rusa, babi rusa, kupu-kupu, ular, serta satwa lain yang berpotensi menyumbangkan devisa. Di sisi lain kita masih banyak bergantung pada hasil impor luar negeri antara lain sapi potong dan bahan-bahan penyusun ransum . Sulawesi merupakan pulau yang sangat unik karena terletak di tengah- tengah kawasan garis Wallacea, memiliki keanekaragaman satwa dengan tingkat endemisitas yang sangat tinggi di Indonesia bahkan di dunia. Keunikan fauna vertebratanya telah menempatkan Sulawesi penting di antara pusat-pusat keanekaragaman hayati global. Dari jenis-jenis mamalia, 62 tidak terdapat di daerah lain di dunia Whitten et al., 1987. Tikus hutan ekor putih Maxomys hellwandii, merupakan salah satu di antaranya. Tikus hutan di Minahasa Sulawesi Utara sudah sejak lama menjadi bahan makanan eksotik untuk masyarakat setempat, terutama yang dikenal dengan nama lokal Manado sebagai tikus ekor putih, karena sebagian ujung ekornya berwarna putih. Namun demikian, sebenarnya ada beberapa jenis tikus ekor putih yang digemari masyarakat. Tikus-tikus tersebut hanya mengkonsumsi pucuk-pucuk daun muda dan buah-buahan pohon hutan. Di Minahasa Tengah berbahasa Tountemboan, tikus ekor putih disebut Turean. Tikus dewasa mempunyai warna krem dengan warna putih pada bagian dada dan perutnya. Tikus jenis Turean mempunyai ukuran tubuh yang relatif kecil, mencari makan di atas pohon pada malam hari dan berliang di tanah pada siang hari, atau pada lubang-lubang yang ada di pohon. Tikus ini hanya terdapat di hutan-hutan pulau Sulawesi Van der Zon, 1979. Mengingat peningkatan permintaan terhadap makanan eksotik ini sejalan dengan laju pertambahan penduduk, yang diikuti dengan makin berkurangnya kawasan hutan habitat satwa ini, maka dikhawatirkan populasi satwa harapan tropis tersebut akan terus menurun drastis dan akhirnya akan punah. Oleh 2 karena itu perlu dicarikan solusi untuk tetap mempertahankan keberadaan satwa ini di alam, dan sekaligus dapat mensuplai permintaan makanan eksotik masyarakat setempat. Salah satu alternatif yang rasional adalah membudidayakan satwa ini. Sampai saat ini belum ada penelitian atau usaha yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta untuk mengembangkan, melestarikan satwa langka dan endemik di luar habitat aslinya. Proses pembudidayaan di dalam kandang membantu pengamatan tingkah laku, biologis dan reproduksinya, dengan penguasaan ilmiah tingkah laku sampai pada aspek biologis dan reproduksi diharapkan populasi tikus akan meningkat sehingga dapat menyumbangkan pangan sumber protein hewani. Tujuan 1. Memperoleh gambaran tingkah laku yang berhubungan dengan aktivitas harian secara umum. 2. Membuat suatu pola manajemen pemeliharaan yang baik sesuai dengan lingkungan pembudidayaan. 3. Mempelajari kinerja biologis tikus ekor putih pada kondisi pembudidayaan ex-situ yang dapat dikembangkan sebagai ternak pedaging. 4. Mengetahui jenis-jenis pakan yang disukai dan upaya pemberian pakan secara terkontrol. 5. Mengetahui karakteristik daging dan uji penerimaan masyarakat kota Manado dan kabupaten Minahasa terhadap daging tikus ekor putih. Manfaat 1. Hasil penelitian dapat digunakan untuk pengambilan kebijakan pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dalam penanganan dan pengembangan satwa harapan yang ada di Sulawesi Utara. 2. Informasi hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan oleh kalangan ilmuwan sebagai bahan kajian maupun data dasar untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian tentang tikus ekor putih sebagai satwa harapan tropis di Sulawesi Utara. 3. Mempertahankan keberadaan keragaman plasma nutfah di Sulawesi Utara. 3 Hipotesis 1. Tingkah laku yang diperlihatkan oleh tikus ekor putih dalam kandang budidaya ex-situ tidak berbeda dengan tingkah laku di habitat aslinya yaitu di hutan in-situ. 2. Tikus ekor putih mampu beradaptasi dan bereproduksi di lingkungan budidaya. 3. Daging tikus ekor putih dapat diterima sebagai alternatif hewan penghasil daging yang berpotensi untuk budidaya.

2. TINJAUAN PUSTAKA